Baru saja beberapa hari yang lalu bertemu dengan Farah, kini di hadapan Rani dan Saka sudah terdapat anggota dengan lengkap.
Mereka bahkan berada di meja makan yang sama kecuali Ghandi.Karena pria itulah yang sedang menikah di atas panggung sana.Lucunya, Airlangga duduk di sebelah Rani, Rani di sebelah Saka, dan di sebelah Saka ada Farah.Lengkap sudah.Airlangga yang menyukai Rani, Rani yang menyukai Saka, Farah yang juga menyukai Saka, dan Saka yang sekarang sudah menjadi suami dari Rani.Anggraini yang duduk bersama mereka, sudah merasakan hawa-hawa buruk, firasatnya bahkan juga merasa tidak enak, pikirannya sudah menyuruhnya untuk bergerak mundur teratur atau kalau bisa pindah tempat duduk.
"Ah, cantik sekali ya istri Ghandi."Basa-basi yang dikeluarkan Anggraini agar memecahkan suara ini pun ditanggapi oleh satu-satunya yang tidak nyambung di dalam kumpulan mereka."Iya ya, cantik banget. Jadi ingat pas kita dulu ya, Saka."Merasakan tepukan di wajahnya, Rani pun terbangun pelan-pelan. Lalu mengelus matanya sendiri.Mengerjapkan matanya pelan-pelan,"Saka..."Kata pertama yang ia ucapkan begitu bangun, lalu melihat wajah Saka yang baginya selalu bercahaya walaupun berada di dalam gelap. Ketika kita mencintai seseorang, apapun yang kita lihat pada orang itu menjadi bercahaya, seakan-akan ada aura berwarna putih terang yang ada di samping-sampingnya. Apalagi Matanya. Sungguh, untuk mencintai orang lain pun rasanya tidak mampu, bagaimana bisa kita melihat orang lain ketika mata kita hanya tertuju padanya?"Bangun,"Satu ucapan Saka yang membuat Rani tersadar, keadaan sekitar masih malam, dan mereka bukan berada di depan rumah."Ini dimana, Saka?"Tanyanya yang langsung dijawab oleh Saka,"Turun dulu."Bukannya takut nanti akan ditinggalkan atau dibiarkan begitu saja. Hanya saja, ini diluar dari rencana mereka, kan?Akhirnya Saka menghela nafasnya dan men
Demi menjadi istri dan calon ibu rumah tangga yang baik, bukan hanya bisa memasak saja, Rani jadi terbayang, bagaimana kalau nanti anaknya ulang tahun, dan ia ingin merayakannya secara kekeluargaan terlebih dahulu baru acara besar.Itu artinya ia juga harus bisa membuat kue ulang tahun.Agar anak-anaknya kelak akan merasakan arti dari kasih sayang ibu yang sesungguhnya.Sedang tersenyum sendiri dengan rencananya hari ini, saat memasukkan kemeja-kemeja Saka ke dalam lemari, ia bisa melihat pria itu sedang memakai pakaian yang lagi-lagi bukan ia setrika dan urus sendiri.Sejujurnya, semua pakaian Saka memang ada sebagian yang sudah diurus terlebih dahulu, dan sebagian ada yang Rani urus secara khusus, ia ingin mencuci, menyetrika dan melipat pakaian-pakaian itu dengan tangannya sendiri sebagaimana apa yang dilakukan oleh istri kepada suami.Namun saat kancing ke empat dari kemeja Saka yang ingin dipasangkan, pria itu tiba-tiba mengeluh, ternyata kancin
Setelah kemarin Saka terang-terangan makan malam bersama saat ada Airlangga, hari ini Saka sudah kembali seperti semula, pulang malam dan membiarkan Rani memakan masakannya berdua dengan Mbok.Padahal, kemarin pria itu seakan-akan bertujuan tidak akan meninggalkan Rani makan sendiri lagi.Rani seperti sedang dibawa terbang ke awan lalu dijatuhkan begitu saja.Pandai sekali pria itu memainkan perasaannya.Rasa-rasanya ia tidak melakukan kesalahan dan membuat Saka malu kemarin malam, lantas kenapa pria itu tidak ingin makan malam bersamanya lagi malam ini?Apakah sesibuk itu?Dipikir-pikir Saka juga pulang sangat cepat dari yang biasanya kemarin.Apakah karena itu ia menjadi sangat sibuk sekarang?Pertanyaan itu terus menghiasi pikiran Rani. Sampai rasa-rasanya ia ingin mempertanyakan langsung ke Saka. Namun, ia juga terlalu takut, ia takut mendengar apa yang akan dikatakan Saka nanti.Bia
Menurut kalian, bagaimana cara membunuh paus?Pakai senapan harpoon? Terlalu biasa, cukup membuang sampah ke laut setiap harinya dan lama-lama mereka akan mati karena tidak bisa mencerna semua sampah itu.Kalimat-kalimat itu sejujurnya sedikit sulit dicerna. Apa maksudnya?Sama juga dengan pertanyaan, bagaimana cara membunuh manusia? Ditusuk atau ditembak pun terlalu biasa. Cukup abaikan saja semua cinta yang mereka beri, mereka juga akan mati rasa kemudian.Tapi mau bagaimana lagi? Kita ibaratkan besi dan orang yang kita cintai itu adalah magnet. Tidak dapat dicegah, kita terus mengejar mereka.Sama juga seperti yang Rani rasakan, setiap pagi berharap suatu saat akan ada yang berubah, setidaknya dari hal kecil saja. Ia yakin, semuanya akan kembali seperti dulu kan?Semalaman berpegangan tangan, walaupun begini, ini bukan pertama kalinya ada hujan dan Saka memperlakukannya begini. Setidaknya, walaupun ia ketakutan, tapi kini ia malah ber
Semenjak kedatangan dua makhluk kecil itu. Rani jadi semakin halu.Contohnya? Tenang, Saka sudah ada semua bukti-bukti tindakan gadis itu."Oreo, Pocky. Kalian salam dulu nak sama Ayah, tuh... Ayah Saka lagi liatin kalian."Sinting, kan? Kucing disuruh salam itu bagaimana ceritanya, sih?Belum lagi kucing-kucing itu seakan-akan mengerti bahasa manusia dan mengeong.Oh ya, foto profil Rani juga sudah ganti. Jadi foto Oreo yang ceritanya menjadi raja dan Pocky menjadi ratu, bahkan keduanya memakai mahkota.Bukannya tidak senang. Saka malah setuju foto yang dulu itu diganti, daripada ia kasihan kepada Rani, dengan pose foto yang ada di gambar, tapi kenapa malah jadi foto kucing? Foto dirinya sendiri kan bisa.Lalu, gadis itu jadi sering lupa menyambutnya dan mengurusnya.Seminggu ini cukup membuktikan bahwa anak kecil seperti Rani tidak bisa diberikan peliharaan.Bagaimana Rani bisa memelihara ketika dirinya sendiri saja
"Eh, kaki kenapa kaki?"Kedatangan Aca pada hari ini tentu saja karena Rani."Ini, Rani kurang hati-hati waktu ngejar Saka."Sambil mengelus-elus kakinya sendiri seperti nenek-nenek tua, Rani menunjukkan hanya sedikit sekali rasa sedihnya. Ia tidak ingin membuat Aca khawatir atau mengomel lagi."Tu orang berulah lagi? Duh, udahan deh ya jadi orang baiknya, gua capek liat drama lu.Pleasedeh, Ran. Hidup tuh engga segampang sinetron."Rani mengerutkan dahinya."Ini kan emang bukan sinetron, Ca."Aca langsung melotot."Lu pikir dengan lu hangatkan dia terus-menerus lalu dia bakal mencair? Engga. Terus kalaupun dia ga berubah, dia juga ga dapet karma. Saka tetap Saka. Manusia kaku, dingin danpsycho."Rani langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Engga ya, Saka bukan psikopat. Enak aja."Lalu Rani pun teringat sesuatu."Oh ya, waktu itu kenapa buru-buru langsung pergi? Tumben mau ketemunya
Saka kembali ke rumahnya sekitar pukul dua pagi.Ya, ia menjaga Farah terlebih dahulu.Setidaknya menunggu hingga gadis itu tertidur benar-benar pulas barulah ia pulang.Tapi, begitu sampai kamar ia tidak melihat Rani di ranjangnya.Sempat ada rasa cemas, namun ia menemukan gadis itu, istrinya di belakang. Sedang baring hingga tertidur di sofa dengan keadaan Oreo berada di atas kepalanya dan Pocky di atas pundaknya. Ada bekas tangisan di pipi gadis itu.Saka pun mengelus pipi Rani dengan pelan. Lalu Saka akhirnya hanya melapisi Rani dengan selimut dan memberikan gadis itu bantal di kepalanya yang dibawanya dari lantai atas.Sungguh, rasanya dirinya lelah sekali. Ia bahkan hanya memiliki waktu empat jam untuk tidur.Sekembalinya Saka, entah hormon apa yang membawa Rani hingga gadis itu kembali menangis. Entah apa yang gadis itu harapkan.Suaminya pasti lebih nyaman untuk tidur sendirian kan?Rani pun menyelimuti dirinya sendiri leb
"Hah? Tunggu-tunggu. Gua ga paham letak posisi pengangguran lu dimana. Trus juga, keknya udah banyak banget cerita yang gua lewatin padahal keknya kita baru ketemu dua hari yang lalu."Rani menekuk bibirnya, menyenderkan kepalanya ke sofa sambil mengelus kedua anaknya ini."Tapi, walaupun malam itu Saka ga gendong Rani ke kamar, dia selimutin Rani plus kasih Rani bantal. Itu lebih cukup buat Rani. Harusnya Rani senang udah dikasih perhatian kecil dari Saka, mungkin dia takut Rani kebangun."Aca sejujurnya tidak bisa melihat sisi positif lagi untuk Saka."Oke, cuma kalau lu tiba-tiba berniat cuti buat cinta sama Saka. Mungkin lu bisa sama Angga atau bahkan Irsyad-Irsyad yang lu ceritain ke gua tadi. Gini ya, teorinya tuh buat apa lu ngebucinin orang yang ga care sedangkan di depan mata ada yang jelas-jelas bisa bucinin elu. Enakan dibucinin dari pada ngebucinin orang, Ran. Serius deh gua."Rani tertawa remah, cuti cinta