"Eh, kaki kenapa kaki?"
Kedatangan Aca pada hari ini tentu saja karena Rani."Ini, Rani kurang hati-hati waktu ngejar Saka."Sambil mengelus-elus kakinya sendiri seperti nenek-nenek tua, Rani menunjukkan hanya sedikit sekali rasa sedihnya. Ia tidak ingin membuat Aca khawatir atau mengomel lagi."Tu orang berulah lagi? Duh, udahan deh ya jadi orang baiknya, gua capek liat drama lu. Please deh, Ran. Hidup tuh engga segampang sinetron."
Rani mengerutkan dahinya."Ini kan emang bukan sinetron, Ca."Aca langsung melotot."Lu pikir dengan lu hangatkan dia terus-menerus lalu dia bakal mencair? Engga. Terus kalaupun dia ga berubah, dia juga ga dapet karma. Saka tetap Saka. Manusia kaku, dingin dan psycho."Rani langsung menggeleng-gelengkan kepalanya."Engga ya, Saka bukan psikopat. Enak aja."
Lalu Rani pun teringat sesuatu."Oh ya, waktu itu kenapa buru-buru langsung pergi? Tumben mau ketemunyaSaka kembali ke rumahnya sekitar pukul dua pagi.Ya, ia menjaga Farah terlebih dahulu.Setidaknya menunggu hingga gadis itu tertidur benar-benar pulas barulah ia pulang.Tapi, begitu sampai kamar ia tidak melihat Rani di ranjangnya.Sempat ada rasa cemas, namun ia menemukan gadis itu, istrinya di belakang. Sedang baring hingga tertidur di sofa dengan keadaan Oreo berada di atas kepalanya dan Pocky di atas pundaknya. Ada bekas tangisan di pipi gadis itu.Saka pun mengelus pipi Rani dengan pelan. Lalu Saka akhirnya hanya melapisi Rani dengan selimut dan memberikan gadis itu bantal di kepalanya yang dibawanya dari lantai atas.Sungguh, rasanya dirinya lelah sekali. Ia bahkan hanya memiliki waktu empat jam untuk tidur.Sekembalinya Saka, entah hormon apa yang membawa Rani hingga gadis itu kembali menangis. Entah apa yang gadis itu harapkan.Suaminya pasti lebih nyaman untuk tidur sendirian kan?Rani pun menyelimuti dirinya sendiri leb
"Hah? Tunggu-tunggu. Gua ga paham letak posisi pengangguran lu dimana. Trus juga, keknya udah banyak banget cerita yang gua lewatin padahal keknya kita baru ketemu dua hari yang lalu."Rani menekuk bibirnya, menyenderkan kepalanya ke sofa sambil mengelus kedua anaknya ini."Tapi, walaupun malam itu Saka ga gendong Rani ke kamar, dia selimutin Rani plus kasih Rani bantal. Itu lebih cukup buat Rani. Harusnya Rani senang udah dikasih perhatian kecil dari Saka, mungkin dia takut Rani kebangun."Aca sejujurnya tidak bisa melihat sisi positif lagi untuk Saka."Oke, cuma kalau lu tiba-tiba berniat cuti buat cinta sama Saka. Mungkin lu bisa sama Angga atau bahkan Irsyad-Irsyad yang lu ceritain ke gua tadi. Gini ya, teorinya tuh buat apa lu ngebucinin orang yang ga care sedangkan di depan mata ada yang jelas-jelas bisa bucinin elu. Enakan dibucinin dari pada ngebucinin orang, Ran. Serius deh gua."Rani tertawa remah, cuti cinta
"Kalian baik-baik ya, sayang. Bunda pergi dulu. Mudah-mudahan urusan bunda lancar. Jadi, bisa cepat pulangnya." Ucap Rani terhadap anak-anaknya, Oreo dan Pocky. Kedua kucing itu pun mengeong lagi-lagi seakan mengerti apa yang dikatakan oleh Rani.Hari ini, Rani sudah memutuskan akan mulai fokus ke Pet Shopnya. Tidak, ia ingin membangun penampungan seluruh hewan yang dibuang begitu saja oleh pemiliknya atau tidak terurus, setelah itu, barulah jika ada yang menginginkan hewan-hewan itu, ia akan memberikannya dengan catatan harus terurus dengan baik, di samping itu ia menyediakan peralatan atau asesorisnya untuk dijual bagi para pengadopsi yang ingin membeli.Untungnya memang tidak banyak, hanya saja cukup bagi Rani yang hanya ingin memiliki pekerjaan, toh ia tidak akan rugi hanya dengan memberikan sedikit dari yang ia punya untuk berbagi dengan hewan-hewan yang tidak memiliki apapun itu. Rani mulai mengatur ini dengan Aca sejak kemarin. Ia masih belum menemukan tempat.
Rani sedang menunggu Saka, sudah dari pagi mereka masak-masak di halaman hijau belakang tempat penampungan.Bakar-bakaran dan menikmati hasil dari mereka menata serta membersihkan tempat itu sendiri.Lalu sekarang mereka kotori lagi, entahlah kumpulan manusia aneh."Kok bisa tiba-tiba kepikiran buat gini, Ran?"Airlangga dengan semua jenis caranya untuk memulai obrolan, terutama dengan Rani. Makanya, ia berusaha sekeras ini."Rani kan sekarang punya dua anak kucing, Oreo sama Pocky. Rani suka sama hewan, terus juga buat penampungan bakal cocok buat Rani."Airlangga mengangguk-anggukkan kepalanya. Sejujurnya, ia tahu kok kalau Rani hanya ingin memiliki aktivitas saja.Sudah dengar dari Aca, tapi ia ingin saja mendengar hal itu lagi langsung dari bibir Rani.Sekaligus menjadi bahan obrolan juga."Rani takut kalau buka bisnis lain, malah ketahuan bodohnya. Takut rugi. Jadi, meningan yang sukarela langsung begini aja. Cari untungnya bel
Rani dengan senang hati membantu Saka untuk memesankan makanan yang dimakan pria itu.Ini pertanda baik bukan? Ya Tuhan, terima kasih atas segala yang Kau berikan.Tidak ada yang paling bahagia dibandingkan Rani hari ini, perasaan gundahnya hilang seketika.Oreo dan Pocky ikut duduk seakan membantu Rani memilih menu yang akan dipesan."Menunya bikin bingung ya buat Ayah kalian. Di aplikasi ini banyak banget menunya, tapi Bunda takut ga sehat makanannya."Berakhir dengan restoran cepat saji bergaya jepang yaitu hoka-hoka bento, dengan menu pilihan andalan yang banyak disukai orang-orang serta tambahan satu porsi spicy chicken."Ayah kalian tuh pasti perutnya meronta-ronta. Badan segede gitu, makan jarang. Nanti kalau kempes gimana? Kan bunda belum sempet pelukin tiap malem ya, nak."Oreo dan Pocky kembali mengeong-ngeong.Hampir lebih dari setengah jam, barulah makanan itu sampai. Rani pun memindahkan sem
Walaupun Rani bodohnya sampai ke ubun-ubun, tapi semenjak ia menikah dengan Saka, ia jadi paham tata bahasa menerjemahkan perkataan singkat Saka.Bukannya selama ini Rani tidak tahu arti dehaman Saka.Pria itu berdeham ketika ia tidak ingin sesuatu yang ribet dan merepotkan dirinya terlalu banyak.Melalui sudut mata pria itu, wajah kakunya dan bahasa tubuh saja sudah cukup bagi Rani.Masih teringat di pikiran Rani, terakhir kali ia melihat Saka tersenyum dengan ikhlas tanpa tekanan apapun itu lama sekali. Kini hanya ada pria yang kaku dan jarang tersenyum yang ada di hadapannya.Nama mereka bukan berjodoh dari Raysaka dan Rani. Tapi dari nama Maharani dan Mahendra.Maharani berarti permaisuri kerajaan atau ratu yang agung dan besar, sedangkan Mahendra adalah raja yang agung dan sabar.Raja dan Ratu? Lucu sekali bukan?Anggap saja Rani konyol, tapi memang benar ia mencari semua hal-hal kecil yang tak pernah terpikirkan oleh orang lain.
Padahal sudah memakai blazer, tapi angin yang masuk melalui bawah pakaian Rani membuatnya merasa kedinginan.Siapa yang menyuruhnya memberikan ide makan di pinggir laut pada malam hari?Apalagi mereka di lantai tiga. Anginnya berhembus semilir menusuk tulang Rani.Saka yang tadinya ingin tidak peduli pun jadi ikut khawatir, bagaimana jika gadis ini sakit? Akhirnya ia membuka jasnya dan menutupi bagian paha Rani yang sedikit terbuka. Walaupun Rani memakai dress di bawah lutut, tetap saja saat duduk akan menjadi di atas lutut.Rani yang melihat perlakuan Saka pun menjadi tersenyum sendiri.Namun, ada rasa timbul tak enak dalam hatinya."Saka, nanti Saka kedinginan."Baru saja ia ingin mengangkat jas Saka tapi pria itu menahannya."Tidak apa-apa."Lalu ia pun kembali ke tempatnya semula.Baru kali ini Rani merasa dipedulikan, walaupun Saka pernah memberikannya selimut, bantal dan men
Semenjak insiden cium-mencium, Saka tidak mau lagi berkendara dengan mobil itu. Sungguh aneh, kan? Ini juga menyinggung hati Rani. Ia jadi merasa sakit hati. Apa sebegitu tidak inginnya Saka ciuman dengannya?Bahkan keesokan hari setelah mereka ciuman itu, Saka berangkat sangat pagi, sekitar pukul empat. Gila kan? Apa yang pria itu ingin lakukan sepagi itu?Rani malah lebih khawatir, apakah istirahat pria itu cukup? Kalau begini caranya pria itu bisa kecapekan karena terlalu menekan diri seperti itu.Lagi pula, apa yang salah hanya dari ciuman? Kenapa harus seperti itu sih?Rani menekuk wajahnya sendiri, dan beralih ke lemarinya.Di dalam lemarinya ini ada laci, di dalam laci itu ada semua barang yang bersangkutan dengan Saka.Dari Rani kecil, ia memang sudah mencintai Saka. Seperti Saka ya g pernah mengajarinya di selembaran kertas, kertas tersebut sudah ia laminating dan simpan baik-baik. Pensil, penghapus dan lain-lain yang dipakai Saka untuk m