Di salah satu hotel mewah….
Di dalam kamar hotel itu dua orang pria yang sangat tampan sedang menikmati malam panjang mereka.
Mereka adalah sepasang kekasih sesama jenis. Berhubungan sudah 3 tahun. Mereka mengatakan itu adalah karena cinta yang membuat mereka bersatu.
Malam itu sudah beberapa kali mereka melakukan nya, sudah menghabis kan bungkusan kon*om sebagai pelindung bagian bawah nya.
Shakeel Zaferino, seorang pria berusia 33 tahun. Sangat tampan, kaya raya, memiliki tubuh yang sangat sempurna. Di balik kesempurnaan
nya, ada kekurangan yang tidak di ketahui banyak orang.
Dia bisa menjalani kehidupan normal lain nya. Namun untuk malam hari hasrat s*x nya di lampiaskan dengan kekasih sejenis nya. Mereka menganggap itu adalah cinta mereka.
Shakeel memiliki beberapa perusahaan, bergerak dalam bidang
perhotelan, restaurant dan saham. Uang bukan lah masalah bagi nya. Selama dia
dan kekasih nya bahagia.
Banyak wanita yang mencoba mencari perhatian dari nya,
walaupun hanya untuk cinta satu malam, mereka tidak keberatan. Tapi Shakeel
sama sekali tidak tertarik dengan lawan jenis nya.
Daviandra Gavin, seorang pria tampan berusia 25 tahun.
Memiliki perbedaan 8 tahun dengan Shakeel Zaferino. Daviandra adalah kekasih
dari Shakeel Zaferino. Hubungan terlarang mereka berawal ketika Shakeel
mengunjungi sebuah club malam. Saat itu Daviandra yang memang memiliki
ketertarikan dengan sejenis nya sudah di rasakan sejak Sekolah Menengah Pertama
nya. Dia mendekati Shakeel yang berwajah tampan itu, dan mengajak nya kencan.
Tidak di sangka nya kalau Shakeel menyambut perasaan Daviandra.
Daviandra menuruti permintaan kekasih nya. Segera di atur
nya posisi membelakangi Shakeel.
Shakeel memegang pinggul Daviandra, memasukkan senjata ampuh
nya secara perlahan.
JJJLLEEBB…..
Bagian bawah Shakeel sudah masuk semua ke lu**ng milik
Daviandra.
“Sekarang aku akan bergerak.” Ucap Shakeel.
“pelan-pelan ya sayang.” Pinta Daviandra.
Shakeel memaju-mundur kan alat nya dengan pelan, membuat
Davian menikmati nya.
“Lebih cepat sayang, lebih cepat..” pinta Davian menuntun
pinggul Shakeel.
Shakeel menjadi lebih semangat dan mempercepat aksi nya.
Desahan dari kedua pria itu keluar secara bergantian.
Mereka terus memainkan nya cepat dan semakin cepat, hingga
mencapai klimaks bersama.
“Aku sudah keluar sayang. Apa kau juga?” Tanya Davian yang
masih menungging.
“Iya, aku juga sudah keluar..hhhaaahhh…” jawab Shakeel di
belakang bok**g Davian dan memeluk nya.
Mereka serentak berbaring telentang di atas tempat tidur
setelah selesai mengeluarkan nafsu nya.
Hanya suara nafas berat yang terdengar, keringat membasahi
tubuh mereka, dan tentu saja masih dalam keadaan telan***g.
“Sayang, apa kau puas?” Tanya Daviandra memutar tubuh nya
sehingga berada di depan dada Shakeel yang mengatur nafas nya.
Shakeel tersenyum bahagia, di cium nya lagi bibir Davian
yang berada di hadapan nya, ciuman ganas yang sangat dalam.
Shakeel mengubah posisi nya menjadi duduk, dalam keadaan
saling berciuman. Daviandra juga berubah posisi berada di hadapan Shakeel duduk
di pangkuan Shakeel.
‘Seperti nya kau masih kurang puas sayang?” Tanya Shakeel
yang melepas ciuman nya.
“Aku pikir kamu yang kurang puas.” Jawab manja Daviandra.
“Apa kau mau kita melakukan nya lagi?” bisik Shakeel.
“Hahahaha…. Kau sangat nakal.” Jawab Daviandra.
Dan mereka pun mengulangi lagi aksi mereka.
****************
Di dalam rumah kebesaran tempat berkumpul keluarga besar
Shakeel Zaferino. Orang tua dan nenek
nya resah dan khawatir dengan hubungan asmara yan terlarang itu terjalin lebih
lama.
“Apa mereka masih berhubungan?” Tanya seorang wanita berusia
56 tahun. Sonya Lisa nama nya.
Wanita itu adalah ibu kandung dari Shakeel Zaferino.
“Benar nyonya, dan tadi malam mereka berada di salah satu
hotel.” Jawab karyawan nya yang sudah bekerja dengan nya selama 10 tahun,
bernama Galen.
Sonya merasa sangat kesal dan marah, mendengar hubungan
terlarang putera nya. Sudah lama dia mendengar dan berusaha untuk memisahkan
mereka namun selalu gagal.
“Apa yang harus kita lakukan pa?” Tanya Sonya pada suami nya
yang duduk di hadapan nya.
Reynand Pradana, pria berusia 58 tahun itu adalah papa nya
Shakeel. Masih berpikir dengan tingkah memalukan dari anak semata wayang nya.
“Hah….” Suami nya membuang nafas berat. Tampak kerutan di
wajah nya semakin terlihat.
“Papa juga tidak tahu ma. Papa sudah lelah memikirkan nya.”
Jawab Reynand menggelengkan kepala nya.
“Anak itu membuat nama keluarga kita menjadi malu. Walaupun
dia hebat dalam berbisnis, tapi hubungan asmara nya menjijikkan.” Ucap papa nya
lagi memegang kepala nya.
Elfrida, berusia 78 tahun turun dari tangga, di bantu
pelayan pribadi nya. Menghampiri anak dan menantu nya itu.
“Di mana cucu ku? Apa dia sudah pulang?” Tanya nenek
Elfrida.
Sonya dan Reynand saling melihat.
“Mama, kenapa mama tidak istirahat di kamar saja.” Jawab
Reynand, anak nya Elfrida.
“Iya ma. Kalau mama membutuhkan sesuatu, biar pelayan yang
mengurus nya.” Tambah Sonya.
Elfrida melihat anak dan menantu nya satu persatu dengan
kesal.
“Di mana cucu ku? Apa dia belum pulang?” Tanya lagi dengan
nada sedikit keras.
“Ma, Shakeel belum pulang. Dia sangat sibuk dengan pekerjaan
nya. Sebentar lagi juga pulang.” Jawab Reynand.
Elfrida melihat putera nya.
“Kau pikir aku tidak tahu di mana cucu ku berada? Apa kalian
pikir orang tua Bangka ini bodoh?” Tanya nya tegas.
“Ma, jangan berbicara seperti itu, kami….
“Cukup! Kalian tidak bisa mengurus satu anak saja? Ini semua
salah mu Sonya, kau hanya melahirkan satu anak saja. Kalian lihat bagaimana
tingkah nya di luar sana? Membuat malu keluarga.” Elfrida berbicara sambil
berdiri.
Sonya merasa sangat sedih mendengar kalimat dari mama mertua
nya.
“Ma, apa yang mama bicarakan? Ini tidak ada hubungan dengan
Sonya.” Rey berusaha menenangkan mama nya.
“Tidak ada hubungan? Lalu siapa yang salah di sini? Aku?” Tanya
Elfrida yang sudah emosi.
“Mama, tidak ada yang salah di sini. Mama tolong jaga
kesehatan mama.” Bujuk Reynand.
Elfrida memegang dada nya, mengatur pernafasan yang sudah
mulai sesak di rasakan.
Dengan bujukan putera nya, dia duduk dan diam.
“Aku tidak mau cucuku seperti ini. Entah apa yang di lalui
nya sehingga memilih hubungan terlarang ini.” Ucap Elfrida.
“Ma, kami juga tidak mau putera kami…….
Elfrida melihat menantu nya dengan tatapan sinis. Membuat
Sonya diam seketika.
“Cepat carikan cara agar dia bisa berubah. Usia nya sekarang
sudah 30 tahun lebih.” Ucap Elfrida dengan suara pelan.
Elfrida berdiri ingin kembali kekamar. Di bantu Sukma,
pelayan pribadi nya. Dia meninggalkan anak dan menantu nya yang masih bingung
dengan keadaan.
Elfrida sangat lelah dan malu dengan berita yang buruk
tentang cucu nya. Beberapa kali dia menangis seorang diri di dalam kamar.
Aneska Luna, seorang gadis muda berusia 24 tahun. Di besarkan di salah satu panti asuhan. Pekerjaan keseharian nya adalah pagi harimenjual Koran di jalanan, siang hari bekerja di warung makan tetangga nya danmalam hari bekerja sebagai waitress di club malam. Dalam satu hari dia hanyabisa tidur 3-4 jam.Aneska tinggal di kost an sederhana, yang hanya bisa buat tidur saja. Karena banyak waktu nya bekerja di luar. Tapi sesekali dia akan datang ke Panti asuhan untuk berkunjung dan memberikan sumbangan.Dia memiliki sepeda untuk berjalan ke tempat kerja nya.Pagi ini sedang menjual Koran di lampu merah.Sebuah mobil mewah melihat gadis cantik polos itu sedang berkeliling menawarkan Koran nya. Dia tidak malu walaupun cuaca sudah panas.“Hey, kamu” panggil seorang perempuan dari dalam mobil.Aneska melihat asal suara yang memanggil nya.“Saya?” Tanya n
Shakeel kembali ke rumah keluarga besar nya. Dengan pakaian bau keringat dan rokok. Berjalan tidak semangat, jas di tenteng di tangan kanan.“Shakeel..” panggil seorang pria yang lebih tua dari nya.Pria tua itu duduk di sofa, yang ternyata sedari tadi sedang menunggu kedatangan putera nya.Shakeel berhenti melanjutkan langkah nya yang ingin naik tangga.“Papa ingin berbicara dengan mu.” Ajak papa nya.“Apa yang ingin papa bicarakan?” Tanya Shakeel yang masih berdiri di tempat.“Kemari dan duduk dengan ku.” Suruh Reynand Pradana, papa nya.Awal nya Shakeel masih diam, menunggu beberapa saat. Danpada akhir nya dia melangkah duduk di hadapan orang tua nya.Tidak ada pembicaraan, hanya saling menatap. Reynandmenggelengkan kepala nya melihat kondisi putera ny
Mereka bertiga duduk di dekat jendela.“Kamu mau pesan apa nona muda?” Tanya Sonya.Aneska melihat buku menu yang menuliskan banyak menu dan harga.“Ya ampun, mahal sekali harga nya.” Ucap nya pelan menggerutu.Sonya tersenyum mendengar suara pelan Aneska.“kau tenang saja. Aku yang mentraktir mu. Jadi pesan saja apa yang kau mau.” Ucap Sonya.“Tidak nyonya…“Aku yang mengajak mu bertemu di sini. Jadi tolong jangan menolak tawaran ku.” Sonya yang menebak kalau wanita itu akan menolak nya.“Mmmmm… baik lah kalau begitu nyonya. Tapi jangan salah paham ya.” Ucap Aneska.“Tentu.” Jawab nya singkat.“Walaupun begitu, aku tidak boleh asal memilih nya. Harus tahu diri juga aku nya. Jadi aku tetap akan memilih yang paling murah saja.” Gumam nya.*************“Nyonya, ini uang anda, saya ke
Aneska Luna terus memikirkan tawaran dari Sonya, dia memang membutuhkan uang untuk kehidupan pribadi dan membantu panti asuhan tempat nya dulu di besar kan. Anak-anak panti sudah banyak yang mulai masuk pendidikan.Beberapa bulan terakhir, banyak terdapat bayi-bayi yang baru lahir di letakkan begitu saja di depan pintu.Entah kenapa para orang tua yang tidak bertanggung jawab selalu ‘membuang’ anak mereka di sana. Pemilik panti juga tidak bisamenyalahkan atau mengabaikan bayi-bayi yang tidak bersalah itu. Mereka merasa, kalau itu adalah tugas yang di berikan.Alesan-alesan yang sering di dapat kan dari selipan pakaian bayi itu beranekaragam.“Tolong jaga bayi saya……“Saya tidak memiliki uang untuk membesarkan anak saya……“Suami saya menolak anak ini, jadi tolong……“Saya belum menikah, saya masih sekolah, tolong anak ini…..Begitu lah contoh dari ‘
“Biar menyatu dengan alam bu.” Jawab Anes tersenyum.“Menyatu dengan alam? Cari penyakit itu nama nya.” Jawab Ayu ngeledek.“Kan gak langsung tidur di lantai, pakai tikar dan selimut.” Ucap Anes.“Ya sudah, biar kan saja. Nanti biar di siapkan selimut dan tikar nya ya.” Santi mengijinkan Anes tidur dengan keinginan nya sendiri.Anes senang mendengar persetujuan ibu asuh nya.*****************Hentakan musik yang sangat keras,cahaya remang-remang membuat suasana lebih menyenangkan buat mereka yang ingin mencari kesenangan di tempat itu. alkohol, rokok sudah menjadi ciri khas nya.Shakeel dan Daviandra juga berada di tempat itu. di lantai dansa, mereka menari-nari sambil berpelukan. Daviandra meliuk-liukan tubuh nya,menari naik dan turun di sekitar tubuh Shakeel. Sesekali mereka berciuman bibir di tempat ramai itu. Tidak ada rasa malu lagi di antara mereka.
Si pengemudi mobil turun dan melihat kondisi mobil nya.“Nona, apa anda tidak bisa melihat jalanan?” si sopir marah.Aneska belum menjawab, berusaha berdiri dan memunguti koran-koran yang sedikit kotor.“Lihat bagaimana mobil ini? Lecet, bagaimana anda harus bertanggung jawab?” Tanya si supir menunjuk bagian yang sudah tergores akibatgesekan dari sepeda milik Anes.Anes mulai jenuh. Dia membersihkan tangan yang terdapat pasir dan tanah.“Pak, anda juga yang salah, kenapa tidak klakson? Anda juga membawa dengan kecepatan yang tinggi, padahal ini kan jalan sempit.” Jawab Anes.Gadis itu memiliki luka gores di pergelangan tangan dan lutut kaki nya.“Saya kan sudah bunyikan klakson nya….“Anda memang membunyikan nya tapi saat anda sudah dekat dengan sepeda saya.” Anes memotong kalimat si supir yang belum selesai berbicara.“Apa y
Aneska menemukan semua koran pesanan teman pria itu. dengansangat senang di berikan pada Aarav. Pria itu pun membayar nya dengan beberapalembar seratus ribuan.“Pak, ini banyak sekali. Satu lembar saja masih lebih nih.”Anes menggenggam 4 lembar seratus ribuan.“Tidak apa-apa. Ambil saja, anggap lagi dapat rejeki.” Aaravtersenyum.“Tidak pak, saya tetap tidak bisa menerima begitu saja. Sayaharus mengembalikan kelebihan nya.” Mengitung kembalian untuk Aarav.“Dia tidak mau menerima nya?” gumam Aarav yang memperhatikanwanita itu.“Ini, kembalian nya.” Setelah di hitung dan total nya sudahcukup, segera di berikan pada pria yang memborong koran nya.“Terimakasih. Jarang ada pedagang yang menolak uang lebih.Biasa nya mereka sangat senang menerima nya.” Puji Aarav.“Kalau lebih nya Cuma seribu dua ribu saya masih bisa
“Kenapa diam? Ngomong.”“Jadi, kami harus bagaimana nih Nes. Biar kamu senang?” Tanya Dodo melas.“Ubah penampilan, lepas mana yang harus di lepas, ganti mana yang harus di ganti.” Suruh nya.“Tapi Nes kami….“Nih, aku bantu dengan sedikit uang ku. Cukup gak cukup, harus cukup.” Anes memberikan beberapa uang simpanan nya.“Tapi Nes….“Udah, jangan banyak Tanya lagi. Ambil, sebelum aku berubah pikiran……..Mereka langsung mengambil uang yang di tawarkan teman wanita nya.“Iya Nes, kami ambil. Hehehehhe…..makasih ya Nes. Nanti kalau ada rejeki kami kembalikan lagi.” Ucap Dodo di ikuti dua rekan nya yang lain.“Ya udah. Ini aku mau lanjut kerja lagi. Udah makan belum?” Tanya Anes.“Belum.” Kompak menjawab.“Ayo ikut ke warung mba Wik. Aku teraktir makan, tapi cuma tahu tempe ya lauk nya.” Ajak Anes.