"Skye! Mommy mencintai kamu, belajar yang rajin." Skye tersenyum dan mengangguk. Memeluk ibunya dan masuk ke halaman sekolah.
"Belajar yang rajin, Skye jelek!" teriak Verena, menyembulkan kepalanya dari dalam mobil. Skye memutar bola matanya, saudarinya yang super unik itu.
Dia berjalan pelan, merindukan saudarinya Kelsea yang pindah sekolah jauh. Skye merindukan Kelsea, andai Kelsea ada, dia tidak akan merasa kesepian.
"Aku lihat, kau disayang keluargamu." Skye menatap Paula, dan kembali terdiam. Skye, Paula, Lissie, Bryce, berada di tingkatan yang sama. Gymnasium, andai Kelsea tidak pindah ke Indonesia, Kelsea akan sekolah yang sama.
Mereka melangkah bersama, dan melihat keadaan yang belum begitu ramai.
"Itu Bryce." Skye hanya terdiam, sebagai seorang remaja yang telah menyukai lawan jenis, tentu melihat crush rasanya seperti berada di taman bunga yang banyak, dan jantung yang bertalu-talu saat melihat sosoknya. Tidu
WARNING!!! ADA ADEGAN BERBAHAYA, KEKERASAN YANG MENJIJIKAN! TIDAK UNTUK DITIRU! BIJAKLAH!________________Ala bisa karena terbiasa, atau terbiasa karena bisa.Layaknya kita belajar naik sepeda pada awalnya, tentu kita tidak langsung menyeimbangkan tubuh dengan dua roda, dipakai empat roda, tiga, dan akhirnya dua roda, dan menjadi atlit bulu tangkis.Sama seperti kesakitan, terkadang terlalu sering mendapatkan rasa sakit, membuat kita tak bisa lagi mentolerir rasa sakit, atau bahkan mati rasa.Paula mengira, orang-orang jahat itu hanya ada dalam film, atau novel karangan manusia, tapi sekarang dia sadar, apa yang ditampilkan di layar kaca tersebut merupakan refleksi kehidupan manusia di dunia nyata.Gadis itu hidup dalam kesakitan, ketakutan, hidup dalam keadaan hidup yang mengambang. Dia tidak tahu kenapa nasib hidupnya seperti ini, hingga detik ini Paula belum bisa ikhlas dengan hidupnya. Akhir-akhir ini dia kem
Paula memperhatikan tersangka yang membuatnya makin iri, Paula terobsesi ingin menjadi Skye, atau hidup seperti Skye.Wajah pagi Skye terlihat ceria, dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya. Hal pertama yang Paula lakukan setiap pagi adalah menunggu Skye, dan mereka masuk ke kelas bersama. Saat Paula melihat tersangka utama, ada tersangka yang lain, Bryce berdiri di sana, dan seperti menyambut Skye. Skye hanya memalingkan wajahnya, pura-pura malu, saat dia melihat sosok Bryce. Verena tidak bohong, mereka sudah melakukan ciuman pertama."Skye, kau berpikiran tentang ciuman? Maksudku apa kau berkhayal tentang berciuman?" Paula pura-pura bertanya, Skye yang ditanya seperti itu langsung menganga, seperti tertangkapnya basah sedang berciuman, setelah sadar dia langsung menutupi mulutnya, dan berdehem sambil menggeleng."Ya, ya. Semua remaja mengimpikan ciuman pertama mereka." Skye menjawab dengan tergugup, dengan wajah seperti tomat busuk.&nbs
Bagi orang-orang, masa remaja adalah masa penuh keindahan. Ada senang, sedih, ternyata crush tidak menyimpan perasaan kembali. Masa remaja adalah masa coba-coba, rasa penasaran yang tinggi.Masa remaja akan indah, jika perasaan yang kamu rasakan terbalas, atau hidupmu penuh dengan kejutan.Memasuki masa terakhir sekolah, setelah ini, semua akan memiliki hidup masing-masing bekerja, melanjutkan pendidikan, atau mungkin memutuskan untuk berkeliling dunia.Paula melewatkan masa-masa sekolahnya monoton, tidak ada yang spesial, jika sampai hari ini crush yang dia suka, tidak menyimpan perasaan balik, hanya dijadikan batu loncatan, dan pendekatan Bryce pada Skye.Hubungan Skye dan Bryce semakin lengket, mungkin juga mereka sudah jadian. Terkadang ada rasa penasaran, tapi ada saat Paula menahan dirinya, tak ingin menambah luka hati yang kian dalam.Setelah mereka berpisah, mungkin dia tidak akan lagi mengalami masalah percint
Pernah terbayang tentang sebuah kencan yang romantis? Semua orang mengimpikan punya pasangan yang manis, selalu mengerti, mengalah, saling percaya, komunikasi yang lancar. Sebuah hubungan tanpa komunikasi yang baik, ibarat minum teh tanpa gula. Hambar.Skye tersenyum di depan cermin, dengan striped dress vertikal berwarna baby blue, terlihat manis. Dengan mengurai rambutnya yang pirang panjang, Skye masih betah menatap dirinya di cermin. Berputar-putar, sebentar lagi dia akan pergi kencan dengan sang pujaan hati.Setelah memastikan berkali-kali semuanya sudah terlihat sempurna, dengan menyemprotkan parfum hampir satu botol, yang membuat siapa saja yang menciumnya, hidungnya bisa bolong.Gadis itu keluar malu-malu, karena hari ini dia terang-terangan akan berkencan."Jangan lupa makan permen rasa mint, agar ciumannya menyenangkan." Orang pertama yang menyambut Skye adalah Verena, saudari cerewet yang selalu mengomentari apa s
"No!"Gerald menggeleng keras. Skye baru saja berbicara dengan orang tuanya, dia akan menikah dengan laki-laki pujaan hatinya. Tapi, Gerald tak setuju. Dia merasa, Skye masih terlalu muda untuk menikah. Laki-laki itu tahu, bagaimana pusingnya menikah muda, karena mental yang belum siap, ditambah banyak sekali tuntutan.Skye hanya menatap orang tuanya bergantian, menatap ibunya memohon, karena tahu ayahnya tidak akan menolak jika ibunya sudah bersuara.Rara hanya tersenyum, mengelus-elus lengan suaminya. Dia tahu, apa yang Gerald takutkan. Mereka dulu menikah tanpa persiapan, dengan usia yang masih labil yang membuat mereka terus bertengkar, dan lagi-lagi pihak perempuan yang terlihat menderita di sini. Padahal, sama-sama mengambil peran di sini.Ditambah ibunya yang suka ikut campur membuat rumah tangga itu makin berantakan. Puncaknya, saat hadirnya Skye dia hampir gila waktu itu. Kamu hamil, dan tiba-tiba mendapati suami menghamil
Paula tahu, ini hanya akan jadi kebodohan demi kebodohan untuk kesekian kalinya. Tapi, gadis itu berusaha untuk lebih menghancurkan dirinya dari puing-puing kehancuran yang terus menggerogoti hatinya.Untuk terakhir kalinya, dia akan menemui Bryce meminta pada laki-laki itu, atau memohon pada laki-laki itu bagaimana untuk memikirkan perasaanya, Paula sudah mencintai Bryce sejak laki-laki itu masih puber, sejak jakun Bryce baru tumbuh.Paula menetralkan perasaan gugup serta takut, dia akan kecewa tentu saja, tapi dia suka sekali menyakiti dirinya sendiri. Mencoba stalking Skye, melihat kehidupan Skye yang kian terasa sempurna. Mungkin, saat Tuhan menciptakan Skye, Tuhan sedang jatuh cinta, saat Tuhan menciptakan dirinya, Tuhan sedang mengalami patah hati yang hebat.Paula mematut dirinya di cermin toilet, dia baru saja pulang kerja. Gadis itu akan menemui sang pujaan hati, dia sudah berganti pakain sekarang."Mau memiliki kamu saja
"Kamu bahagia, Sayang, dengan pernikahanmu?" Skye hanya tersenyum, dua bulan menikah, tentu saja sekarang masa-masa menikmati pernikahan yang indah, yang penuh kebahagiaan."Aku bahagia." Skye memasukan apa saja yang akan di bawa dalam trip kali ini, mereka akan berlibur—bulan madu ke beberapa tempat.Rara tersenyum lagi. Dia senang, putrinya sudah besar. Putri yang dia rawat dengan tangannya sendiri walau Skye adalah anak selingkuhan suaminya."Aku berani bertaruh, pulang-pulang, kau sudah hamil, Skye." Verena berdiri di depan pintu, hanya memakai tanktop usang berwarna abu-abu, celana pendek berwarna hitam, rambut keritingnya dibiarkan tergerai."Tahu apa kamu soal hamil?" tanya Rara sewot. Dia dan Verena suka tak pernah akur, karena Verena suka membantah."Sel telur, dan sel sperma bertemu, membentuk zigot, terjadi pembuahan, akhirnya bertelur." Skye hanya tersenyum, sambil menggeleng. Verena suka berbicara as
"Kau gila! Kau benar-benar sinting! Aku baru tahu ada manusia gila sepertimu!" ucap Bryce murka, melihat wajah Paula yang makin gila minta dihunus pedang detik ini juga.Paula hanya memalingkan wajahnya, sambil tersenyum. Menarik! Cara yang dia lakukan untuk menarik perhatian laki-laki itu berhasil. Paula membasahi bibirnya, obsesi memang membawa petaka bagi siapa saja, tapi dia tidak akan berhenti, sebelum obsesi itu berubah menjadi possession.Laki-laki itu memijit kepalanya hampir pecah, dan hampir membanting Paula ke lantai, andai gadis gila ini sebuah vas."Well, well. Aku bahkan sudah menyatakan lebih dari 3000 kali, artinya Bryce, kali ini banyak kejutan yang menanti. Bukan lagi ancaman, tapi sebuah tindakan nyata." Bryce mengepakkan tangannya. Dia mendorong Paula ke tembok, mencekik sedikit. Paula tentu saja tersenyum, kekerasan sudah menjadi bagian dari hidupnya yang menyenangkan. Saat merasakan cengkraman di lehernya kian kuat, Paula