Aku membencinya, tapi aku juga ingin terus bersamanya. Love and hate him at the same time.
Sekarang aku dengan nyaman berada dalam dekapannya dan menghirup aroma tubuhnya sebanyak mungkin. Aku rindu aroma itu, aroma yang membuatku merasa hidup di dunia ini tal sia-sia, aku harus bertahan karena ada Bryce sialan yang akan terus berada di sampingku, ada Bryce sialan yang bisa memanjakan aku. Tapi, saat dia mencampakkan aku duniaku seolah berhenti.
"Jangan pergi." Aku memohon padanya. Dia hanya memandangku, dan tak bereaksi apa-apa. Aku tak ingin Bryce pergi, aku ingin menahan dirinya hanya untuknya, di sisiku.
Dengan gerakan tubuhnya, aku merasa dia seperti ingin melindungku, aku memeluk tubuhnya semakin, andai di dunia ini hanya kami berdua aku akan senang sekali dan akan ada kami yang lahir.
"Kamu senang menjadi seorang ayah?" Bryce menunduk melihatku, dan mengelus-elus rambutku, tanpa sadar aku tersenyum. Rasanya aku ingin mencium
"Senyum. Jangan cemberut terus, nanti aku nyuruh Bryce ke sini dan kalian bisa bersenang-senang." Aku hanya menopang daguku. Mau dibuat seperti apa aku tetap merasa kecil, aku merasa seperti Skye—anak yang tidak diinginkan sama sekali."Mommy lagi pengen makan cake yang manis-manis dan segar." Aku berbalik dan menoleh pada Mommy. Apa mommy tulus? Atau Mommy hanya wanita munafik yang berpura-pura di atas semua ini. Apa aku bisa menanyakan hal ini? Apa bisa membuat Mommy terluka? Apa hal ini bisa kembali membawa luka lama?"Mommy lagi pengen makan strawberry. Skye mau?" Aku hanya mengangguk pada Mommy yang bertanya dan tersenyum padaku. Aku bisa merasakan jika itu adalah senyuman tulus. Jadi kenapa aku harus bersikap seperti ini?"Telpon Bryce. Kita merayakan bersama. Sebentar lagi Verena ulang tahun kan?"Ulang tahun Verena, Asher dan Kelsea itu berturut-turut. Hanya aku saja yang ulang tahunnya sendirian, jauh di bandingkan mereka semua. Harusnya da
Aku tersenyum pada Paula yang sedang membuat adonan. Dia sedikit pendiam dan lebih banyak bekerja daripada bergosip. Dia adalah karyawan panutan."Paula, mau makan roti bersamaku?" Aku menawarkan padanya, ingin mengakrabkan diri. Jika Lizzie bisa diajak bercanda, tapi Paula dia hanya tersenyum simpul. Aku sudah mengenal dirinya sejak sekolah, dia anak yang sangat pendiam dia suka menyendiri hingga sekarang."Aku selesaikan adonan ini dan akan menyusulmu." Aku tersenyum pada Paula.Aku ingin menjalani hidup normal tanpa memikirkan Bryce terus menerus, laki-laki sialan hanya akan membuat hidupku semakin buruk.Lizzie sedang memanggang roti. Aku duduk menunggu pelanggan untuk membeli. Perutku semakin membesar dan sudah tidak bisa membohongi orang lain tentang kehamilan ini. Aku juga sudah merasa sesak terkadang.Aku mengambil croissant dan ingin memakannya sambil menunggu Paula dan berbincang bersama. Aku menelungkupkan k
"Kau tahu, dia bercinta denganku tapi dia dengan lantang berbicara ingin menikahi saudariku."Aku menyeka air mataku. Aku mengundang Paula datang ke flat. Paula menghadiri undangan dan Sekarang kami sedang minum teh bersama. Aku menceritakan semuanya walau Paula hanya diam, tapi dia sepertinya bersimpati padaku dalam."Aku turut bersedih mendengarnya, Skye. Mungkin memang sudah seharusnya kau melupakan Bryce."Aku makin tersedu. Bagaimana mungkin aku melupakan laki-laki ini jika hidupku masih berpusat padanya?"Dia perhatian padaku, tapi bicaranya sangat menyakitkan hatiku. Aku masih sangat mencintainya, Paula. Aku sangat mencintai Bryce." Air mataku meluruh. Aku selalu cengeng, mungkin Paula juga muak melihat air mataku, tapi tak ada yang bisa kulakukan selain menangis. Aku mencintainya, kehadiran anak di tengah hidup kami membuatku yakin Bryce tidak akan meninggalkanku, tapi dia tak peduli."Kita tidak bisa berbuat banyak. D
Fisikku tetap saja lemah. Aku tertidur dengan tubuh menggigil lagi.Terkadang ada titik di mana aku ingin menyerah dengan hidupku, dan sekarang aku berada di titik ini. Berjuang bagaimana pun, aku memang tak pernah diinginkan sejak awal. Aku hadir karena kesalahan, tak ada yang menginginkan diriku.Sometimes I think I overthinkAnd I start to feel anxietyThere were times I couldn't even breatheBut you abandoned meAku menangis, aku merindukan si bajingan itu. Aku memang sudah gila! Tapi aku merindukan dirinya, aku ingin dia di sini memperhatikan diriku dan mungkin memanjakan diriku. Aku ingin dimanja, aku ingin dia melihat diriku.Aku bangun dari tempat tidur dan melihat benda tajam itu. Belum! Belum saatnya itu digunakan.Aku ingin menelpon Kelsea, sesungguhnya aku butuh teman karena hidupku kesepian.&n
Ruangan itu terasa mencekam. Para dokter berusaha untuk menyelamatkan dua nyawa yang sedang berjuang bersama.Bryce berdiri di sana, hanya lewat kaca, sedikit menyesal—sangat menyesal, mantan istrinya yang bodoh bisa keguguran. Dia langsung membawa Skye ke rumah sakit dan sekarang Skye sedang ditangani. Jika anaknya tak bisa diselamatkan, setidaknya ibunya masih selamat. Bryce tahu, Skye menahan kesaktian saat dia menatap mata wanita itu.Laki-laki itu masih terus memperhatikan. Dia sudah menelpon orang tua Skye. Mereka sedang dalam perjalanan. Walau Skye bodoh dan cengeng, laki-laki itu tak mau wanita bodoh itu pergi."Aku udah tahu, pasti ini kelakuan, kau!" Bryce tak bisa melindungi dirinya saat pukulan bertubi-tubi dia dapatkan dari Gerald. Orang tua itu murka, dan seperti tahu selama ini Skye menderita saat bersama Bryce. Padahal selama hidupnya dia selalu mengusahakan yang terbaik buat anak-anaknya.
Skye makan dalam diam, matanya tak lepas dari incubator tersebut. Satu bulan lebih tetap tak ada kehidupan. Skye ingin menyerah, anaknya tidak ingin berjuang bersamanya. Tapi saat ingin menyerah ada bisikan yang menyuruhnya tetap kuat, masih banyak hal manis yang menanti di ujung jalan dari perjalanan yang pahit.Skye berusaha untuk tetap makan, karena anaknya membutuhkan ASI. Walau tubuhnya menolak semua makanan itu tapi dia paksa."Dia suka bangat tidur ya." Skye mengalihkan pandangannya ke arah ibunya dan hanya diam. Dia tak ingin berfokus pada kisah masa lalu orang tuanya karena anaknya lebih urgent dari sana.Walau dia merasa hidupnya sial, tapi kadang Skye dia menyadari jika dia punya support system yang luar biasa. Jika tanpa keluarganya, Skye tidak akan bisa bertahan sejauh ini.Skye minum susu untuk ibu menyusui. Pertumbuhan Liezel bertambah satu kilo. Sebuah progress yang membuat mereka bisa bernapas sekarang. Skye memutu
"Sssttt!" Skye menempelkan jari di bibirnya mengintip dari kamar, melihat ayahnya yang galak. Dia sedang menyembunyikan Bryce, setelah Gerald pergi ke kantor baru Bryce keluar dari tempat persembunyiannya.Dia tahu, masih berat untuk memaafkan Bryce setelah banyak hal brengsek yang telah Bryce lakukan untuknya, tapi dia tak memungkiri semalam dia bisa merasakan banyak kenyamanan. Semalam adalah malam yang membawanya tidur begitu pulas, tidur bersama keluarga kecil impiannya. Ada Liezel di tengah mereka. Skye jadi tersenyum memikirkan Liezel, bayi mungil kurus itu membuat dia bangga telah jadi seorang ibu yang sempurna sekarang.Skye menutupi lagi pintu kamar dan melihat putrinya. Hari ini mungkin dia bisa membawa Liezel berjemur di bawah sinar matahari langsung, dan langsung menyusukan Liezel. Musim semi kembali, bunga-bunga kembali bermekaran, mungkin menyambut kedatangan Liezel.Skye mendekati Liezel dan mencolek
Musim semi indentik dengan keindahan, dan bunga-bunga yang bermekaran. Mereka menunjukkan keindahan mereka setelah hibernasi panjang.Seperti tradisi keluarganya dari kecil, keluarga Skye selalu piknik jika musim panas tiba. Mereka akan membeli banyak makanan dan berpiknik di hutan dan melakukan banyak games.Hari ini, Skye hanya berpiknik di taman kota yang masih sepi bersama Liezel dan Bryce. Mau tidak mau, laki-laki itu yang menemani dirinya. Mereka menyusuri jalanan dengan mendorong Liezel yang sedang tertidur nyaman dalam keretanya.Hubungan itu terasa hambar. Skye bahkan tidak terpengaruh lagi dengan semua sentuhan Bryce. Bryce memang keterlaluan!"Mau makan apa?" Skye berbalik. Bryce yang mendorong kereta bayi, mereka berjalan berdampingan."Sebenarnya, kau kerja atau tidak?" Semenjak berpisah, Bryce seperti pria pengangguran yang selalu merusak hari-harinya.&nbs