Aku melirik ke arah Bryce sambil memperhatikan semua gerak-geriknya yang mencurigakan. Jika memang Bryce yang melakukan itu semua, apa motifnya? Apa benar dia tidak pernah mencintaiku?
Hari ini, laki-laki sial ini mengunjungi diriku dan juga Liezel, sebenarnya aku senang saja Bryce di sini, tapi aku jadi berpikiran yang buruk. Mengikuti kemana Bryce pergi, aku takut dia meracuni anakku, tapi bukankah Liezel anak Bryce? Tegakah dia meracuni anak Bryce? Baiklah, Skye! Mantan suamimu ini seorang psikopat, tentu hal itu mudah baginya.
Aku hanya berdiri saat melihat Bryce berbicara dengan Leizel yang tidak mengerti apa-apa, bayiku sudah terlihat sedikit mengemaskan, bobot tubuhnya semakin bertambah. Aku akan mengusahakan apapun untuk Liezel.
Saat Bryce menatapku, aku juga diam menatapnya. Apa Bryce bangga jadi seorang ayah?
"Aku sudah memikirkan dia sekolah di mana." Aku mengangkat alisku dan menatap Bryce,
Aku terduduk dan menangis sambil memeluk Liezel. Dia sudah sedikit tenang, dan tertidur daripada saat terbangun dan terus menangis.Aku menunduk tubuh putriku yang kecil dengan tubuh kurus. Apakah mereka tega melihat perkembangan Liezel yang begitu kecil, tidak seperti anak normal lainnya?"I'm sorry, Baby."Bryce duduk di hadapanku dengan gusar, mengusap rambut dan wajahnya berkali-kali, menarik napas. Aku tidak peduli dia mau berbuat apa, dia yang membuatku seperti ini.Aku mencoba menidurkan Liezel di keranjang miliknya."Maafkan, Mutter. Mereka jahat!" Aku berbisik pada Liezel dengan air mata yang terus mengalir, tak tega padanya. Akhirnya Liezel tertidur pulas dan aku bernapas lega.Aku berbalik dan melihat bajingan itu berdiri di depan pintu, sebenarnya hatiku sangat panas ingin membunuh Bryce kalau bisa.Aku menutupi mataku, menahan segala gejolak emosi yang kurasakan."Tol
"Mommy, tidak menyalahkan kamu, Sayang. Mommy cuman mau tahu kebenarannya."Aku masih terdiam, Mommy membawaku dan Liezel kembali mengungsi ke rumah Mommy. Sekarang hanya ada aku dan Mommy, mungkin Mommy ingin kami bicara private dari hati ke hati, sama-sama perempuan yang mengerti, tidak ada Daddy yang terus marah-marah.Aku dan Mommy sedang berada di ruang kerja Daddy. Ruangan yang sering dijadikan tempat untuk berbagi rahasia. Aku menatap Mommy yang menunggu aku membuka suara, walau aku enggan. Aku menatap wanita ini, apa Mommy sering sakit hati melihatku yang anak dari wanita lain? Apa diam-diam Mommy membenciku?"Skye!" Aku menatap Mommy lagi, tapi lagi-lagi bungkam."Mommy...." Kini giliran aku yang membuka suara. Aku ingin berbicara personal tentang masa lalu mereka, aku ingin tahu bagaimana pendapat Mommy tentang Alicia."Apa Mommy pernah membenci aku?" Mommy menggeleng."Mommy, pernah sakit hati k
"Aku berharap semoga kita bisa membuktikan ini semua." Wanita itu mengangguk, ya sudah sangat geram. Mau bertahan berapa lama lagi agar iblis itu berhenti menganggu?"Kau punya rencana?""Sebenarnya tidak ada. Satu-satunya yang kupikirkan adalah mematahkan lehernya." Wanita itu menggeleng, Seolah berkata 'bukan begitu cara mainnya'!"Jadi, harus menunggu berapa lama lagi untuk kita berpura-pura dengan semua ini?""Hari ini eksekusinya!" Dia berujar mantap. Wanita itu menggosok tangannya, sudah tidak sabar dan sangat menanti apa yang terjadi.Sedikit cookies dan minuman bersoda untuk membakar semangat.Dia menyesap minumannya dan melihat ke jalanan ke luar yang ramai jika sore hari seperti ini, banyak orang berjalan kaki dan berlalu lalang, akhiri semua penderitaan ini dan mari menyambut hari baru!Keduanya terdiam walau terus berpikir bagaimana caranya. Agar eksekusi ini benar-benar meyakinkan dan s
Dalam hidup, kamu tidak bisa mengontrol dengan siapa kamu bertemu, dalam hidup, kamu bisa memilih dengan siapa kamu berteman, dalam hidup, kamu wajib memiliki rasa curiga pada orang lain. Karena, apa yang ditampilkan terkadang tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya mereka rasakan.Dengan tangan gemetar, Skye mencoba untuk membuka matanya, dan mencari di mana sumber sakit dan juga darah berceceran yang sempat ia lihat tadi."Skye!" Skye takut, tapi, akhirnya dia beranikan untuk membuka mata dan melihat keadaan sekeliling.Tapi, kenapa kalau berdarah dia tidak merasakan apa-apa? Harusnya perutnya terasa sakit karena dia baru saja ditusuk."Kamu tidak apa-apa, karena yang tertusuk sebenarnya adalah Bryce." bisik Kelsea, membuat Skye langsung membuka matanya lebar. Tidak! Apa yang sebenarnya terjadi?"M-mana, Bryce?""Dia langsung ditemani Lissie ke rumah sakit. Skye, nggak papa?" Entah kenapa, seluruh rasa b
Skye sedikit berdamai dengan keadaan. Dia ketakutan, tapi kata-kata Bryce membuat dia sedikit lega.Skye menoleh ke arah Bryce."Skye, Paula mencintaiku!" Skye berbalik dan memasang wajah biasa saja, walau dia shock setengah mati sekarang."Kenapa?" Bukanya bertanya hal lain, malah pertanyaan itu yang keluar."Kenapa? Aku tidak tahu jawaban pasti, tapi, sejujurnya dia sudah suka saat masih sekolah dulu.""Oh." Napas Skye tercekat. Belum tahu kabar Paula apa motifnya dan sekarang pengakuan itu membuatnya makin tak karuan."Jangan khawatir, aku tidak akan membiarkan dia mencelakaimu." Bryce memangkas jarak di antara mereka. Skye mendongak melihat mantan suaminya. Dia tidak pernah punya jawaban pasti Bryce mencampakkan dirinya dan sekarang laki-laki ini mengakui jika musuhnya menyukai mantan suaminya. Rumit tentu saja.Saat Bryce mengelus-elus kepalanya Skye terdiam merasakan ketulusan itu menyen
"Skye! Mommy mencintai kamu, belajar yang rajin." Skye tersenyum dan mengangguk. Memeluk ibunya dan masuk ke halaman sekolah."Belajar yang rajin, Skye jelek!" teriak Verena, menyembulkan kepalanya dari dalam mobil. Skye memutar bola matanya, saudarinya yang super unik itu.Dia berjalan pelan, merindukan saudarinya Kelsea yang pindah sekolah jauh. Skye merindukan Kelsea, andai Kelsea ada, dia tidak akan merasa kesepian."Aku lihat, kau disayang keluargamu." Skye menatap Paula, dan kembali terdiam. Skye, Paula, Lissie, Bryce, berada di tingkatan yang sama. Gymnasium, andai Kelsea tidak pindah ke Indonesia, Kelsea akan sekolah yang sama.Mereka melangkah bersama, dan melihat keadaan yang belum begitu ramai."Itu Bryce." Skye hanya terdiam, sebagai seorang remaja yang telah menyukai lawan jenis, tentu melihat crush rasanya seperti berada di taman bunga yang banyak, dan jantung yang bertalu-talu saat melihat sosoknya. Tidu
WARNING!!! ADA ADEGAN BERBAHAYA, KEKERASAN YANG MENJIJIKAN! TIDAK UNTUK DITIRU! BIJAKLAH!________________Ala bisa karena terbiasa, atau terbiasa karena bisa.Layaknya kita belajar naik sepeda pada awalnya, tentu kita tidak langsung menyeimbangkan tubuh dengan dua roda, dipakai empat roda, tiga, dan akhirnya dua roda, dan menjadi atlit bulu tangkis.Sama seperti kesakitan, terkadang terlalu sering mendapatkan rasa sakit, membuat kita tak bisa lagi mentolerir rasa sakit, atau bahkan mati rasa.Paula mengira, orang-orang jahat itu hanya ada dalam film, atau novel karangan manusia, tapi sekarang dia sadar, apa yang ditampilkan di layar kaca tersebut merupakan refleksi kehidupan manusia di dunia nyata.Gadis itu hidup dalam kesakitan, ketakutan, hidup dalam keadaan hidup yang mengambang. Dia tidak tahu kenapa nasib hidupnya seperti ini, hingga detik ini Paula belum bisa ikhlas dengan hidupnya. Akhir-akhir ini dia kem
Paula memperhatikan tersangka yang membuatnya makin iri, Paula terobsesi ingin menjadi Skye, atau hidup seperti Skye.Wajah pagi Skye terlihat ceria, dengan senyuman yang terus menghiasi wajahnya. Hal pertama yang Paula lakukan setiap pagi adalah menunggu Skye, dan mereka masuk ke kelas bersama. Saat Paula melihat tersangka utama, ada tersangka yang lain, Bryce berdiri di sana, dan seperti menyambut Skye. Skye hanya memalingkan wajahnya, pura-pura malu, saat dia melihat sosok Bryce. Verena tidak bohong, mereka sudah melakukan ciuman pertama."Skye, kau berpikiran tentang ciuman? Maksudku apa kau berkhayal tentang berciuman?" Paula pura-pura bertanya, Skye yang ditanya seperti itu langsung menganga, seperti tertangkapnya basah sedang berciuman, setelah sadar dia langsung menutupi mulutnya, dan berdehem sambil menggeleng."Ya, ya. Semua remaja mengimpikan ciuman pertama mereka." Skye menjawab dengan tergugup, dengan wajah seperti tomat busuk.&nbs