"Kamu kalau laper tinggal ke sini aja Key, mama ngerti kok kalau kamu sungkan makan banyak-banyak di rumah mertua, mama juga gitu dulu." Nah, mamaku emang paling nggak tega biarin anaknya kelaparan.
"Beres, Ma, kan cuma berapa langkah doang tinggal nyebrang, nyebrangnya juga bukan jalan raya." Aku menjawab disela-sela makanku.
"Ehem." Kok kek ada suara ya.
"Owh, ya ampun mantu mama udah dateng, sini-sini ikut sarapan." Mama langsung heboh begitu tahu siapa yang datang. Perasaan waktu aku tadi yang datang, mama nggak sebahagia ini deh. Kan jadi merasa tersingkirkan. Sebenarnya yang kedudukannya sebagai anak itu siapa sih.
"Makasih, Ma, tapi saya sudah sarapan tadi," ucap Rey.
"Iya mama udah tau kok, tadi Key udah bilang. Tapi nggak papa juga kan kalau sarapan lagi, tuh Key aja udah mau dua piring."
"Uhuk." Aku tersedak mendengar ucapan mama ya
"Oh iya, aku mau kasih ini, Key." Kak Arga memberikan sesuatu untukku, yang setelah kuterima ternyata sebuah undangan. Ya, undangan pernikahannya dengan ... wanita pilihannya.Aku membuka dan mulai membaca undangan itu. Setelah selesai, aku kembali mendongak. Namun, udah nggak ada lagi kak Arga di sampingku.Ke mana dia?"Kak, Kak Arga ... where are you going?" Aku celingukan mencari kak Arga.Heran deh, barusan aja duduk di sampingku, eh ditinggal baca undangan doang tiba-tiba ngilang. Sebenarnya dia makhluk apaan sih. Kan jadinya aku ngeri.Aku terus berusaha mencari kak Arga. Berjalan ke sana ke mari, barangkali dapat kutemukan dia. Namun, seluruh taman sudah kususuri, tak kunjung kutemukan juga batang hidupnya. Secepat itu kah dia pergi. Tapi, bayang dan rasa untuknya masih ingin berlama-lama di hati. Hoek, lebay."Key, Keyla ...." Terde
"Key udah siap," ucapku datar. Sedatar perasaanku sekarang."Nah, akhirnya princess keluar juga," sindir mama.Aku tak membalas ucapan mama, males kalau nanti ujung-ujungnya debat, kan nggak enak, nambah bad mood doang. Susah ngembaliin mood kalau udah bad.Aku beralih menatap Rey, yang sedang berdiri sambil menatapku seperti ... oh kenapa dia? Kok diem-diem bae, bukannya dari tadi nyerocos sama mama, eh sekarang malah melempem kek kerupuk, mana pandangannya gitu lagi sama aku. Kenapa sih dia?"Ehem ... kayaknya sang pangeran terpesona nih, sama princess jadi-jadian," ucap Mama sambil senyum-senyum nggak jelas.Rey gelagapan, sepertinya ucapan mama tadi berhasil mengembalikan kesadarannya dari lamunan."Eh, oh, kamu udah siap, Key?" tanya Rey salah tingkah."Udah siap dari tadi kali," ucapku ketus "lo aja yang nggak sad
"Ehem." Rey berdehem. "Iya, Key juga sudah baik kok jadi istri, makanya saya merasa beruntung jadi suaminya." Rey masih merangkul pundakku, kini semakin erat. Takut banget aku kabur."Setiap malam istri saya ini juga sangat ... ehem, iya kan, Sayang?" Eh, ini Rey tanya apa sih? Mana wajahnya deket banget lagi, kan malu dilihat Difi.Aku juga kenapa jadi bengong begini sih, nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Hingga tanpa terasa sesuatu yang kenyal mendarat di pipiku.Apa ya itu? Kok tiba-tiba bikin kepalaku nyut-nyutan begini."Wow ... so sweet banget sih kalian, ngalahin drakor yang biasa gue tonton," ucap Difi dengan raut wajah yang lebih berbinar lagi seperti tadi. "Muka lo udah merah banget tuh, Key. Segitu ngefeknya ya ciuman bang Rey di pipi lo."Mendengar ocehan Difi, aku segera tersadar dari lamunanku, meskipun tadi rasanya ingin pingsan. Biarlah dibilang ratu ping
Saat Rey sibuk mengotak-atik ponselnya, aku bangkit dari duduk, dan bersiap-siap untuk merebut kembali ponselku dari tangan lucknut Rey. "Eh, sini hp gue."Dengan sigap Rey kembali menjauhkannya dariku, bener-bener si*l. Aku pun tak menyerah dan kembali mencoba merebutnya."Key ...."Eh, siapa sih yang manggil-manggil? Nggak tepat banget waktunya.Aku menghentikan aksiku berebut ponsel dengan Rey, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara yang tadi memanggilku."Kak Arga?" lirihku.Dia lagi? Kenapa sih kok bisa ketemu sama dia lagi pas aku lagi sama Rey gini. Waktu itu di hotel sekarang di taman. Coba aja ketemunya pas aku lagi sendiri, kan kita bisa. ngobrol banyak tanpa ada gangguan."Iya." Kak Arga tersenyum manis. Ah, senyum yang dari dulu selalu bikin aku meleleh. "Kalian lagi pada ngapain di sini? Tadi kebetulan l
Setelah pagi tadi jalan-jalan muteri komplek, dilanjut ngobrol-ngobrol sama mertua yang berakhir aku membantunya sekaligus belajar masak, maka malam ini badanku rasanya pengen remuk. Belum lagi tadi diceramahin, eh diomelin sama oma, tambah menderita lah aku. Lahir batin rasanya nggak enak. Seenggak enaknya hidup jomlo. Eh.Sebenarnya kalau udah masuk malem gini rasanya males banget, karena harus tidur sekamar sama si manusia batu itu. Memang sih, nggak tidur bareng, tapi sikapnya dan omongannya itu lho, yang suka bikin naik darah. Maklum, oma dan cucu sama-sama keturunan sangobion. Tahu sangobion? Itu lho, multivitamin penambah darah. Kalau nggak salah sih, hehe.Ceklek.Terdengar suara pintu dibuka. Siapa lagi yang dateng kalau bukan si empunya kamar. Kamar yang bagus nan luas ini berbanding terbalik sama yang punya. Jelas lah, yang punya udah nggak bagus, nyebelin pula, walau kata orang-orang dia tampan. Ck, mun
"Mau ke mana kalian?"Eeh ... ini ngapain induknya sangobion tanya-tanya segala? Mana tatapannya ke aku tajam gitu, belum puas tadi udah ngomelin apa. Sekarang mau apa lagi coba?"Mau ke rumah Mama papa aku, Oma," jawabku sambil menunduk karena nggak kuat dengan tatapan matanya."Saya nggak tanya kamu ya," ujarnya ketus.Lha, tadi kan dia tanyanya 'kalian' ya berarti aku sama Rey dong, bukan Rey doang yang ditanyain, jadi nggak papa kan kalau aku yang jawab. Lagian Rey juga diem aja."Emm ... kita mau ke rumah orang tuanya Key, Oma, mertua aku," jawab Rey sambil menggaruk tengkuknya yang kuyakin nggak gatel."Malam-malam begini?" Nada suaranya sinis aja ni oma-oma."Iya, Oma." Rey menjawab sedangkan aku diem aja, dari pada ikutan ngomong lagi, entar malah diomelin lagi, kan repot."Mau ngapain?" Caela
"Lha, gitu aja ngambek, kayak anak kecil. Nggak malu apa sama suami," cibir mama. "Udah sana buatin minum.""Ng-nggak usah Ma, saya nggak haus kok," ucap Rey. Mulai carmuk alias cari muka."Ya nggak papa dong Rey." Tuh kan, mama baik banget sama mantunya. Padahal dia sering bikin aku kesel. "Oh, iya kok ke sininya maleman sih?""Iya, Ma, kita mau nginep di sini, boleh kan?""Ya boleh dong, Rey ... boleh banget, ya kan Pa?" Mama menatap papa. "Kapan lagi coba rumah ini diinepin sama orang ganteng seperti mantu mama ini.""Iya tentu saja boleh, ini rumah kalian juga, jadi jangan sungkan-sungkan," timpal papa.🌚🌚🌚Datang ke sini bukannya langsung tidur karena badan udah capek semua, eh malah disuruh bikin kopi sama nganter cemilan buat papa yang lagi main catur sama mantu barunya itu.
Setelah di rasa cukup, aku mulai berbaring dan bersiap memejamkan mata. Baru saja terpejam, tiba-tiba terdengar suara gaduh di depan pintu. Refleks aku menatap Rey yang juga tengah menatapku.Ada apa ya?Karena suara semakin gaduh aja, mau tidak mau akhirnya aku. turun dari ranjang kemudian berjalan menuju pintu. Penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Rey juga mengikutiku.Setelah sampai di depan pintu, segera aku meraih gagangnya lalu membukanya perlahan. Kebetulan tadi pintunya nggak aku kunci, karena sebenarnya aku was-was berduaan sama Rey di kamar sesempit ini tapi pintu terkunci. Maksudnya kalau nggak dikunci kan aku bisa langsung bisa melarikan diri jika Rey mulai berlaku hal yang nggak terduga. Misalnya nyekik aku gitu, kan aku perlu waspada.Pintu pun terbuka, dan terpampang lah wajah kedua orang tuaku yang lagi sama-sama berdiri berdampingan sambil kepalanya menunduk ke arah