Saat Rey sibuk mengotak-atik ponselnya, aku bangkit dari duduk, dan bersiap-siap untuk merebut kembali ponselku dari tangan lucknut Rey. "Eh, sini hp gue."
Dengan sigap Rey kembali menjauhkannya dariku, bener-bener si*l. Aku pun tak menyerah dan kembali mencoba merebutnya.
"Key ...."
Eh, siapa sih yang manggil-manggil? Nggak tepat banget waktunya.
Aku menghentikan aksiku berebut ponsel dengan Rey, kemudian mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara yang tadi memanggilku.
"Kak Arga?" lirihku.
Dia lagi? Kenapa sih kok bisa ketemu sama dia lagi pas aku lagi sama Rey gini. Waktu itu di hotel sekarang di taman. Coba aja ketemunya pas aku lagi sendiri, kan kita bisa. ngobrol banyak tanpa ada gangguan.
"Iya." Kak Arga tersenyum manis. Ah, senyum yang dari dulu selalu bikin aku meleleh. "Kalian lagi pada ngapain di sini? Tadi kebetulan l
Setelah pagi tadi jalan-jalan muteri komplek, dilanjut ngobrol-ngobrol sama mertua yang berakhir aku membantunya sekaligus belajar masak, maka malam ini badanku rasanya pengen remuk. Belum lagi tadi diceramahin, eh diomelin sama oma, tambah menderita lah aku. Lahir batin rasanya nggak enak. Seenggak enaknya hidup jomlo. Eh.Sebenarnya kalau udah masuk malem gini rasanya males banget, karena harus tidur sekamar sama si manusia batu itu. Memang sih, nggak tidur bareng, tapi sikapnya dan omongannya itu lho, yang suka bikin naik darah. Maklum, oma dan cucu sama-sama keturunan sangobion. Tahu sangobion? Itu lho, multivitamin penambah darah. Kalau nggak salah sih, hehe.Ceklek.Terdengar suara pintu dibuka. Siapa lagi yang dateng kalau bukan si empunya kamar. Kamar yang bagus nan luas ini berbanding terbalik sama yang punya. Jelas lah, yang punya udah nggak bagus, nyebelin pula, walau kata orang-orang dia tampan. Ck, mun
"Mau ke mana kalian?"Eeh ... ini ngapain induknya sangobion tanya-tanya segala? Mana tatapannya ke aku tajam gitu, belum puas tadi udah ngomelin apa. Sekarang mau apa lagi coba?"Mau ke rumah Mama papa aku, Oma," jawabku sambil menunduk karena nggak kuat dengan tatapan matanya."Saya nggak tanya kamu ya," ujarnya ketus.Lha, tadi kan dia tanyanya 'kalian' ya berarti aku sama Rey dong, bukan Rey doang yang ditanyain, jadi nggak papa kan kalau aku yang jawab. Lagian Rey juga diem aja."Emm ... kita mau ke rumah orang tuanya Key, Oma, mertua aku," jawab Rey sambil menggaruk tengkuknya yang kuyakin nggak gatel."Malam-malam begini?" Nada suaranya sinis aja ni oma-oma."Iya, Oma." Rey menjawab sedangkan aku diem aja, dari pada ikutan ngomong lagi, entar malah diomelin lagi, kan repot."Mau ngapain?" Caela
"Lha, gitu aja ngambek, kayak anak kecil. Nggak malu apa sama suami," cibir mama. "Udah sana buatin minum.""Ng-nggak usah Ma, saya nggak haus kok," ucap Rey. Mulai carmuk alias cari muka."Ya nggak papa dong Rey." Tuh kan, mama baik banget sama mantunya. Padahal dia sering bikin aku kesel. "Oh, iya kok ke sininya maleman sih?""Iya, Ma, kita mau nginep di sini, boleh kan?""Ya boleh dong, Rey ... boleh banget, ya kan Pa?" Mama menatap papa. "Kapan lagi coba rumah ini diinepin sama orang ganteng seperti mantu mama ini.""Iya tentu saja boleh, ini rumah kalian juga, jadi jangan sungkan-sungkan," timpal papa.🌚🌚🌚Datang ke sini bukannya langsung tidur karena badan udah capek semua, eh malah disuruh bikin kopi sama nganter cemilan buat papa yang lagi main catur sama mantu barunya itu.
Setelah di rasa cukup, aku mulai berbaring dan bersiap memejamkan mata. Baru saja terpejam, tiba-tiba terdengar suara gaduh di depan pintu. Refleks aku menatap Rey yang juga tengah menatapku.Ada apa ya?Karena suara semakin gaduh aja, mau tidak mau akhirnya aku. turun dari ranjang kemudian berjalan menuju pintu. Penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Rey juga mengikutiku.Setelah sampai di depan pintu, segera aku meraih gagangnya lalu membukanya perlahan. Kebetulan tadi pintunya nggak aku kunci, karena sebenarnya aku was-was berduaan sama Rey di kamar sesempit ini tapi pintu terkunci. Maksudnya kalau nggak dikunci kan aku bisa langsung bisa melarikan diri jika Rey mulai berlaku hal yang nggak terduga. Misalnya nyekik aku gitu, kan aku perlu waspada.Pintu pun terbuka, dan terpampang lah wajah kedua orang tuaku yang lagi sama-sama berdiri berdampingan sambil kepalanya menunduk ke arah
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
Karena penasaran, akhirnya aku membuka room chat dari nomer tak dikenal ini.+6285xxxKeykamu di mana? Key Siapa?+6285xxxSuami kamu.Apa?Suami?Oh iya, hampir aja lupa kalau diri ini udah bersuami, soalnya nggak pernah ngakuin sih. Ya gimana mau ngakuin suami yang modelan kek manusia batu gitu. Mimpi diri pengen punya laki yang jadi pilot atau Ceo perusahaan besar, atau mi
"Ngapain kamu berdiri saja di sini? Kamu. naksir sama pelayan tadi?"Kalau orang pada dasarnya sirik ya begini nih."Iya, aku naksir sama pelayan tadi. Kamu mau mengenalkan aku sama dia? Mau dong dikenalin," godaku dengan suara yang dibuat lebay kayak anak ABG."Jangan aneh-aneh, ingat status kamu sekarang," tutur Rey datar.Status?"Oh, status. Status aku kan mahasiswa, Bang, lupa emangnya ya?""Kamu yang lupa." Dengan nggak ada akhlaknya, Rey langsung menarik tanganku dengan kasar."Lepasin woy, sakit tau," gerutuku. Aku mencoba melepaskan tanganku dari cengkeraman Rey sembari berjalan mengikuti langkahnya. Namun usahaku sia-sia karena cengkeraman Rey yang begitu kuatnya. Pasti abis ini tanganku tambah sakit deh.Rey berhenti mendadak dan langsung menghadap ke arahku. Aku yang nggak siap, sonta