Setelah di rasa cukup, aku mulai berbaring dan bersiap memejamkan mata. Baru saja terpejam, tiba-tiba terdengar suara gaduh di depan pintu. Refleks aku menatap Rey yang juga tengah menatapku.
Ada apa ya?
Karena suara semakin gaduh aja, mau tidak mau akhirnya aku. turun dari ranjang kemudian berjalan menuju pintu. Penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya. Rey juga mengikutiku.
Setelah sampai di depan pintu, segera aku meraih gagangnya lalu membukanya perlahan. Kebetulan tadi pintunya nggak aku kunci, karena sebenarnya aku was-was berduaan sama Rey di kamar sesempit ini tapi pintu terkunci. Maksudnya kalau nggak dikunci kan aku bisa langsung bisa melarikan diri jika Rey mulai berlaku hal yang nggak terduga. Misalnya nyekik aku gitu, kan aku perlu waspada.
Pintu pun terbuka, dan terpampang lah wajah kedua orang tuaku yang lagi sama-sama berdiri berdampingan sambil kepalanya menunduk ke arah
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
Dengan langkah gontai, aku memasuki sebuah cafe yang lumayan nge-hits di kota ini. Suasana cafe yang cukup ramai siang ini, menambah kesan bahwa tempat ini emang asyik buat nongki-nongki.Desain cafe yang instragamable ini cukup membuat para pengunjung tertarik untuk kembali ke sini, apalagi bagi kaum milenial kayak aku, beuh ... demen banget nongkrong di sini. Selain karena nyaman, dan banyak spot-spot yang bagus, di sini juga free wi-fi, jadi nggak heran anak muda pada betah berlama-lama di sini.Nggak cuma anak-anak seumuranku aja yang suka ke sini, dari mulai anak ABG, sampai lansia juga sering kutemui di sini. Kalau ABG maklum lah betah di mari, tapi kalau yang lansia itu yang suka bikin aku heran. Seumuran mereka masih suka nongki juga ternyata, mungkin nggak mau kalah sama yang muda-muda, atau bisa jadi mereka lagi nostalgia masa-masa sebelum kekeriputan melanda. Hehe.Karena aku termasuk jajaran kaum mileni
Karena penasaran, akhirnya aku membuka room chat dari nomer tak dikenal ini.+6285xxxKeykamu di mana? Key Siapa?+6285xxxSuami kamu.Apa?Suami?Oh iya, hampir aja lupa kalau diri ini udah bersuami, soalnya nggak pernah ngakuin sih. Ya gimana mau ngakuin suami yang modelan kek manusia batu gitu. Mimpi diri pengen punya laki yang jadi pilot atau Ceo perusahaan besar, atau mi
"Ngapain kamu berdiri saja di sini? Kamu. naksir sama pelayan tadi?"Kalau orang pada dasarnya sirik ya begini nih."Iya, aku naksir sama pelayan tadi. Kamu mau mengenalkan aku sama dia? Mau dong dikenalin," godaku dengan suara yang dibuat lebay kayak anak ABG."Jangan aneh-aneh, ingat status kamu sekarang," tutur Rey datar.Status?"Oh, status. Status aku kan mahasiswa, Bang, lupa emangnya ya?""Kamu yang lupa." Dengan nggak ada akhlaknya, Rey langsung menarik tanganku dengan kasar."Lepasin woy, sakit tau," gerutuku. Aku mencoba melepaskan tanganku dari cengkeraman Rey sembari berjalan mengikuti langkahnya. Namun usahaku sia-sia karena cengkeraman Rey yang begitu kuatnya. Pasti abis ini tanganku tambah sakit deh.Rey berhenti mendadak dan langsung menghadap ke arahku. Aku yang nggak siap, sonta
Pintu pun terbuka, dan menampilkan sesosok karyawan perempuan. "Permisi, Nyonya Key." Dia membungkukkan badan setelah masuk ruangan."Iya," jawabku."Maaf, Nyonya, saya mau menyampaikan kalau di luar ada orang yang mau bertemu dengan Nyonya."u"Siapa?""Saya kurang tahu, Nyonya," ucapnya sambil terus menundukkan kepala. Elah, segan banget perasaan, padahal aku nggak suka diseganin loh.Berdehem sekilas, kemudian kuminum jus jeruk. "Laki-laki atau perempuan?"Heran sekaligus penasaran sih, gimana enggak coba, aku baru datang dua kali ke restoran ini, dan statusku sebagai istrinya Rey juga baru beberapa bulan, kok udah ada yang nyari aja ke resto. Apa aku langsung terkenal semenjak menyandang sebagai Nyonya Rey? Atau, yang. nyariin aku adalah salah satu temanku, Difi misalnya. Tapi itu 95% nggak mungkin, karena selain Difi, teman-temanku belum ada yang
"Apa-apaan kalian! Kalian pengen buat oma malu?" Wajah keriputnya diliputi dengan amarah. "Susah-susah dulu opa merintis usaha dari nol, mempertahankan agar bisa bersaing dengan kompetitor, tapi seenaknya kalian rusak image keluarga.""Sudah lah, Ma, ini kan tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan, Rey dan Key kan melakukannya di restoran Rey, jadi terserah mereka mau berbuat apa, wajar mereka itu masih pengantin baru," ujar Om Danu, mencoba mendinginkan ibunya itu."Meskipun itu mereka lakukan di restoran Rey, tapi tetap saja perusahaan kita kena imbasnya karena berita murahan itu. Karena Rey sudah dikenal publik bagian dari keluarga Alatas, sudah sepantasnya menjaga diri." Oma masih dengan amarahnya.Baru jam sepuluh pagi, tapi atmosfer di ruangan ini rasanya panas banget karena dipengaruhi kemarahan oma. Kami sengaja dikumpulkan di ruangan keluarga setelah oma melihat gosip di tv yang menayangkan bahwa pengu
"Eh, ngapain kamu di sini?""Ya elah, Ma, sama anak sendiri gitu amat sih," jawabku. "Kalau bukan ke sini, mau ke mana lagi?""Maksud mama kenapa kamu ke sini sendirian, mana suamimu? Mana mantu mama yang cakep itu?" tanya mama seraya menghampiriku yang lagi duduk di sofa depan tv.Saat aku ke sini tadi, mama lagi di kamar mandi kayaknya, makanya nggak tau kalau anak gadisnya ini pulang. Untungnya pintu depan nggak dikunci, jadi bisa langsung masuk, nggak beruntungnya ya kalau maling yang masuk. Eh, tapi mana ada maling yang mau ke rumah ini, bukan rumah mewah seperti rumah depan punya keluarga Rey."Lagi di restorannya lah, Ma, Mama kan tau sendiri kalo dia pengusaha resto.""Hemm ... mantu mama emang the best deh pokoknya," ucap mama setelah duduk di sofa persis di sebelahku. "Tapi kamu nggak bohong kan, Key?"Aku memutar bola mata, males
+6285xxxKey,Malam ini aku lembur,jadi pulangnya agak malaman,mungkin nanti juga pulangnyake rumah bunda.Kamu masih di rumah mama kan?Meski belum dikasih nama, tapi aku tau siapa yang chat itu. Sengaja aku abaikan, karena menurutku itu nggak penting. Mau lembur ya lembur aja kali, ngapain pake ijin segala, kek aku orang tuanya aja.🍎🍎🍎🍇🍇🍇🍏🍏🍏🍓🍓🍓🍊🍊🍊Pagi ini seusai sarapan, papa memutuskan supaya kita semua datang ke rumahnya Rey, eh maksudku rumah orang tuanya di depan sana. Katanya semua ini harus segera diselesaikan.Awalnya aku menolak, karena kurasa nggak ada yang harus diselesaikan, toh masalah utama yang bikin aku nggak betah di rumah gedong itu adalah omanya Rey, yang selalu bikin naik darah.Mama juga kelihatannya ogah-ogahan, malah nyuruh papa buat b