☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕
Happy reading🔰
Tiga bulan setelah kepulangan dari bulan madu, aku belum juga dinyatakan positif hamil. Setiap bulan aku selalu rutin mengecek lewat test peck, berharap ada dua garis di sana, namun sepertinya memang belum rezekiku untuk memiliki momongan.Belum dikasih hamil, ada plus minusnya. Plusnya ya aku bisa fokus untuk mengerjakan skripsi, dan berharap tahun ini bisa lulus. Minusnya kadang aku merasa insecure, takutnya Rey akan berpaling ke lain hati.
Beruntungnya aku punya suami seperti Rey. Dia tidak pernah menuntut agar aku cepat hamil. Rey juga selalu membesarkan hatiku jika test pecl yang kugunakan sehabis ngecek, masih bergaris satu.
Oh, ya, sekarang aku dan Rey tidak lagi tinggal di apartemen, melainkan di pondok indah mertua, alias rumah o
☕sebelum baca, aku ingetin kalian buat follow akun aku 'Achla El Aufa' dan follow juga cerita ini, biar aku tambah semangat. Kalau semangat, kan jadi cepet update part selanjutnya☕Happy reading🔰"Bang, aku pengen seblak, nih," pinta Key padaku dengan nada manjanya yang selalu sukses membuatku tak tega untuk menolaknya. Apalagi sekarang dia tengah mengandung buah cinta kami.Meski usia kandungan Key sudah memasuki bulan ke delapan, tetap saja dia minta yang aneh-aneh dengan alasan nyidam, terlebih saat tengah malam begini."Besok aku beliin ya, sekarang kamu tidur, udah malem ini, kasihan baby kalau diajak begadang," ujarku menolak secara halus permintaan Key sembari mengusap lembut perut yang di dalamnya bersemayam darah dagingku."Ih, nggak mau! Aku maunya sekarang, Bang. Baby pengennya sekarang nih," rajuknya.Aku menghela napas berat. Sebenarnya sudah aku pastikan dia akan memprotes seperti itu, pasalnya buk
"Bang, ini dede nangis, tolongin dong ...," teriakku di sela-sela tangisan bayi yang baru saja kulahirkan lima hari yang lalu. Tadi popoknya sudah ku-cek, barangkali dia pipis atau pup, tapi ternyata tidak. Aku susui, tetap saja dia tidak mau, mungkin masih kenyang juga karena sepuluh menit yang lalu baru kususui. Meski sudah kutimang-timang penuh kasih, sudah coba kuhibur dengan berbagai macam cara, termasuk mengajaknya bicara, tetap saja dia asyik menangis. Anehnya, begitu dia diambil alih oleh ayahnya, maka spontan tangisannya mereda. Tapi sekarang ke mana bang Rey? Kok tidak muncul juga? Biasanya sekali panggil, dia langsung menghampiriku. "Baaang," panggilku dengan volume suara yang lebih keras dari yang tadi. Mana bayinya nangisnya tambah kenceng lagi. Sungguh aku jadi pusing. "Apa sih, Key, kok teriak-teriak?" Bukannya bang Rey yang datang, tapi mamaku. Mama memang setiap hari ke sini buat nengokin cucunya ini. "Ini dede nangis, Ma," ucapku sedikit khawatir karena dari tad
part satuPukul 06:30 WIBHari ini matahari tampak malu-malu untuk memancarkan sinarnya. Lumayan mendung. Semendung hatiku yang kemarin baru saja habis putus sama pacar. Eh ralat, maksudnya mantan pacar. Ketika kesetiaan telah terkhianati, ya jalan satu-satunya adalah putus. Putus dari orang yang udah dua tahun ini menjadi pacarku. Menghiasi hari-hariku yang yah ... itu-itu saja. Menemaniku kemana pun aku pergi.Kupikir dia laki-laki yang setia, tapi nyatanya sama saja dengan yang lainnya. Suka mengatakan cinta pada pasangannya hampir di setiap harinya, namun gemar juga melirik wanita yang berbeda, menebarkan pesona seakan-akan dia adalah lelaki paling sempurna.Cih! Harusnya dulu aku tak termakan bujuk rayunya. Padahal jelas-jelas dia adalah mahasiswa jurusan sastra yang sudah pasti pandai berkata-kata. Bodohnya diriku yang waktu itu dibutakan oleh cinta. Andai saja aku dulu tak tertarik akan pesonanya, tak akan ak
Suasana seketika menjadi panas. Gerah lebih tepatnya. Pening juga kurasakan sekarang. Yang bisa kulakukan saat ini adalah mencoba mengelak dan berontak dari dua orang yang sejak tadi berusaha untuk mengubah diriku. Dua orang itu adalah perias yang disewa oleh Tante Mariska.Ya, saat ini aku berada di kamar yang dikhususkan untuk rias pengantin. Tadi saat aku diseret oleh Tante Mariska, dan dipaksa untuk mengikutinya, ternyata aku dibawa ke sini, dan berakhir lah aku dengan kedua perias ini.Sebelum Tante Mariska pergi meninggalkanku dengan dua perias lucknut ini, ia sempat memohon kepadaku agar aku mau menjadi pengantin perempuan dari anaknya--Rey.Jelas aku terkejut dengan permintaan Tante Mariska tersebut. Bagaimana mungkin aku menuruti itu, sedang diriku saja terlalu membenci Rey, seseorang yang sejak dulu kuanggap sebagai musuh bebuyutan. Mungkin jika Tante Mariska menyuruhku untuk membuang anaknya itu ke sungai Amazo
"Key, jangan pingsan lagi dong, ini hari bahagiamu," tutur Mama."Iya Key, jangan pingsan, sekarang kita keluar yuk, Rey sudah menunggu di depan."Aku tak memperdulikan ucapan mama maupun tante Mariska, karena tubuhku sekarang rasanya ingin limbung saja. Dan tak lama semuanya kembali terasa gelap.🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎"Key, ya ampun ... bangun dong sayang.""Key, sayang, ayo bangun, ini hari bahagia kamu."Sayup-sayup kudengar suara mama dan tante Mariska bersahut-sahutan menyebut namaku. Apa yang sebenarnya terjadi?Perlahan kubuka kedua mataku. Hal yang pertama kulihat adalah mama dan tante Mariska yang tengah berusaha untuk membuatku siuman, seperti pada waktu aku pingsan pertama tadi. Entah berapa lama aku hilang kesadaran hingga ada beberapa wanita paruh baya berada di kamar ini. Mungkin akan kutanyakan nanti pada mama.
Aku mendudukkan diri di salah satu kursi di dekat jamuan kue. Nah, kebetulan aku laper, jadi langsung aja kusikat kue-kue yang sudah bikin liurku hampir menetes.Hmmm ... yummy ... enak banget kuenya.Sebenarnya dari tadi ada beberapa pasang mata yang memandang heran ke arahku. Masa bodoh lah, yang penting perutku terisi dan nggak menjerit-jerit lagi. Perut kenyang, hati pun senang. Dalam hati aku menyorakkan jargon ala Ehsan di film Upin Ipin.Tiba-tiba. "Heh!""Dih!, apaan sih Lo." Aku melotot ke arah Difi. Bayangin aja, lagi enak-enak makan malah dikagetin. Eh, tapi mungkin itu karma buatku juga kali ya, karena tadi aku juga ngagetin Difi pas lagi makan kue kayak gini. Ini pasti Difi balas dendam nih. Dasar temen nggak ada akhlak.Difi hanya terkekeh mendengar gerutuanku, kemudian ia ikut duduk tepat di sampingku."Pengantin kok makannya di sini sih, sendi
Perjalanan menuju kamar tadi, sebenarnya banyak pasang mata yang memperhatikanku, keluarga dan kerabat Rey, tentu saja. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang menyapaku, semenjak aku sah jadi istrinya Rey. Mereka hanya memandang dan menilai penampilanku, terlihat dari raut wajah mereka. Mengucapkan selamat pun hanya beberapa, dan itu pun hanya pada Rey, aku seolah-olah tak dianggap dan tak terlihat oleh mereka. Hmmm ... apa mungkin mereka tak menyukaiku? Atau bahkan membenciku?Terserahlah mau bagaimana sikap mereka padaku, aku tak peduli. Toh pernikahanku dan Rey juga bukan kemauanku, mungkin Rey juga terpaksa menerima aku sebagai pengantinnya menggantikan calon istrinya yang mencoba bunuh diri itu. Dan mungkin saja Rey menerimaku karena desakan dari tante Mariska juga kan?Ngomong-ngomong soal tante Mariska, aku jadi berpikir kenapa dia memilihku untuk menjadi pengantin penggantinya? Kenapa bukan perempuan muda dari pihak kerabatnya at
Cup.Satu kecupan mendarat lembut di pipi kananku. Siapa lagi pelakunya kalau bukan dia. Ah, rasanya pipiku jadi panas, jantung juga tiba-tiba main bedug nggak beraturan. Saking syok-nya tiba-tiba aku teringat kata-kata mama tadi, supaya ... jangan pingsan.Ini Rey kesambet atau kenapa sih?Pingsan nggak ya, pingsan nggak ya?Pingsan aja deh."Key!"Apa sih, Bambang! Manggilnya biasa aja kali, gak usah pake nada panik segala, dan gak usah nampilin wajah khawatir gitu kali. Aku kan gak pingsan, tepatnya lebih memilih untuk tidak jadi pingsan. Eh, emang pingsan boleh dipilih ya?Teringat kata-kata ajaib mama tadi, gak boleh pingsan meskipun ada kejadian tak terduga. Ya, seperti tadi, tiba-tiba suami k*m*ret nyium pipi kananku. Tadi pagi nyium dahi, sekarang nyium pipi, menang. banyak dia, lah aku? Kapan bisa nyium dia coba? Eits ... bukan nyium