Aruna menggantung baju-baju yang akan dicobanya ke tempat yang sudah disediakan. Kemudian ia pun membuka jaket jeansnya lalu selanjutnya ia memegang ujung tanktop yang melekat erat di tubuh indahnya untuk segera dilepaskan. Baru saja ujung itu sampai di atas gundukan kenyal di tubuh bagian depannya. Terlihat sebuah kejanggalan dari cermin besar di depannya. Ia menatap gerakan kelambu yang terlihat seperti ada yang menyenggolnya dari luar.
"Siapa ya?" gumamnya mengira-ira. Aruna pun langsung menghentikan gerakannya. Ia mengembalikan posisi tanktop berwarna hitam itu seperti semula.Kemudian dengan jantung yang berdebar kencang. Ia berjalan pelan-pelan, nyaris tak bersuara ke arah kelambu itu. Dug. Dug. Dug. Jantungnya pun terasa ingin meloncat saat kedua tangannya dengan hati-hati menggenggam kelambu itu. 'Satu…. Dua….' Dia pun menghitung dalam hati. 'Tiga.' Hingga akhirnya….Srek! Kelambu pun ia buka dan menampakkan sosok Denada ada di depannya."Yah, elo. Gue kira siapa?" ucap Aruna sambil bernafas lega."Emang loe pikir siapa?" tanya Denada balik dengan kening berkerut sempurna."Nggak. Enggak. Ya, udah yuk, ah! Kita pulang saja!" ajak Aruna tiba-tiba. Sambil meraih baju-baju yang tadi sempat ia gantung di ruang coba itu lalu mengembalikannya di gantungan yang dilewatinya."Eh. Eh. Eh. Tunggu gue!" balas Denada setengah berteriak. Sambil melakukan hal yang sama dengan baju-baju yang belum sempat dicobanya itu.Dengan langkah tegap Aruna bergegas keluar dari pusat perbelanjaan itu. Ia tak lagi memperdulikan sahabatnya yang sedari tadi mengejarnya sambil mengomel tak jelas."Aruna, tunggu. Runa tunggu. Loe kenapa sih aneh banget deh," ujar Denada yang sama sekali tidak mendapat tanggapan dari Aruna.Wanita yang tingginya seratus tujuh puluh enam sentimeter tersebut terus menggerakkan kaki jenjangnya ke depan. Rok span jeans yang hanya sepanjang jengkal orang dewasa itu pun tak mampu menutupi gerakan paha mulus Aruna yang bergoyang kesana-kemari. Belum lagi tanktop hitam yang ia pakai memiliki belahan dada yang cukup lebar. Sehingga mau tak mau sepasang daging kenyal Aruna yang masih ranum itu terlihat menari-nari dari sela-selanya. Walaupun, Aruna sudah menutupi tanktop itu dengan jaket jeans belel yang sedang jadi trend fashion saat itu.Di sepanjang Aruna berjalan, puluhan pasang mata memperhatikannya. Mulai dari tatapan sinis para cewek yang iri, sampai mata jelalatan cowok-cowok mata keranjang yang tak mampu berkedip melihat kemulusan tubuh Aruna yang menggetarkan jiwa lelaki mereka. Aruna pun merasa risih juga dengan hal tersebut. Makanya ia melebarkan langkah agar cepat-cepat meninggalkan tempat ini. Hingga beberapa menit kemudian….Bruk!Aruna tak sengaja menabrak seseorang yang kebetulan tengah melintas di depannya. Sehingga semua barang belanjaannya pun berserakan."Sorry. Sorry. Sorry," ucap Aruna berulang sambil membenarkan letak kacamata hitamnya yang sedikit merosot. Ia pun segera berjongkok untuk membantu lelaki itu memunguti barang-barangnya."Iya, nggak papa. Lain kali hati-hati ya kalau…. Astaghfirullah hal 'adzim." Si lelaki pun langsung beristighfar saat tak sengaja melihat paha Aruna yang berjongkok di depannya."Kenapa? Gue ngelakuin kesalahan?" tanya Aruna bingung. Lelaki itu pun tak langsung menjawab. Ia segera beranjak. Lalu merogoh salah satu paper bag yang ada di tangannya."Pakai ini untuk menutupi auratmu!" ujar ai lelaki sambil menyerahkan sebuah bungkusan kepada Aruna. Aruna pun kaget dengan tindakan si lelaki, tapi ia segera menggapai benda yang terlihat seperti kain itu. "Saya permisi. Assalamualaikum," lanjutnya kemudian pergi. Meninggalkan Aruna yang masih terdiam di tempatnya sambil memandangi bungkusan di tangannya."Woi!" kata Denada sambil menepuk pundak Aruna. Jelas saja Aruna langsung terlonjak kaget."Ih. Apaan sih loe? Ngagetin gue aja deh kerjaannya," protes Aruna mengomel."Hehe. Lagian elo gue panggil-panggil dari tadi juga. Nggak nyaut-nyaut. Oh, ya. Yang tadi siapa? Fans elo ya? Boleh liat nggak dia kasih apaan?" cerocos Denada sambil menaikkan sebelah alisnya. Aruna pun menoleh ke arah teman akrabnya itu."Wuuu. Dasar tukang kepo!" balas Aruna sambil memukul Denada dengan benda itu. "Udah, yuk! Pulang!" Aruna pun merangkul pundak Denada lalu menyeretnya pergi dari tempat itu."Eh. Eh. Tapi elo belum jawab pertanyaan gue tadi.""Udah. Kapan-kapan gue ceritain sama elo."****Di sebuah ruangan berukuran lima kali delapan meter. Andreas menatap gambar-gambar sexy Aruna dengan gaya yang semakin menggairahkan. Senyumnya pun mengembang mengingat tingkat penjualan tabloid berisi semua informasi tentang dunia orang dewasa itu semakin melejit akhir-akhir ini.'Nggak salah juga gue ngorbitin Aruna jadi top model Amazing Adult. Heh. Ternyata dia bisa meningkatkan penjualan melebihi ekspektasi gue,' ujar Andreas dalam hati.Tok. Tok. Tok. Tiba-tiba pintu ruangannya pun diketuk dari luar. Perhatian Andreas pun segera berpindah. Ia sudah bisa menebak siapa gerangan yang sudah berani mengusik ketentraman ruang kerjanya itu. Segera majalah yang sedari tadi dipegangnya ia lempar ke atas meja."Masuk!" ucapnya sambil membenarkan posisi duduknya.Cekrek! Bunyi decitan pintu ruang kerja Andreas yang dibuka dengan pelan-pelan."Selamat siang, Mas Andreas. Ehms…. Mas Andreas manggil gue?" kata Aruna dengan malu-malu. Sebenarnya ia memang memiliki perasaan lebih pada atasannya itu. Apalagi setelah semua perhatian yang Andreas berikan. Aruna benar-benar klepek-klepek rasanya. Namun, tentunya ia tak berani bertingkah lebih. Sebab, dia sadar diri jika umur karirnya di tempat ini masih seumur jagung."Oh, iya Aruna. Silahkan masuk!" Aruna pun langsung menuruti titah sang fotografer ganteng itu. "Silahkan duduk!" lanjut Andreas saat Aruna sudah berada di depannya."Terima kasih," sahut Aruna lirih. Sambil menurunkan tubuhnya hingga menyentuh kursi di belakangnya."Jadi, begini. Besok malam gue mau mengadakan acara spesial di hotel Bintang.""Oh, iya. Gue juga sudah dengar kalau Mas Andreas sekarang ulang tahun ke tiga puluh sembilan ya. Selamat ya Mas," sela Aruna sambil mengulurkan tangannya pada Andreas. Lelaki berlesung pipit itu pun tersenyum manis."Iya, terima kasih," timpalnya sambil membalas uluran tangan halus Aruna. "Untuk sebab itu…. Gue sudah mengundang semua rekan kerja gue semua.... Kecuali kamu," lanjut Andreas yang membuat Aruna langsung menundukkan kepalanya. Menutupi senyum kecutnya yang tak ingin dilihat oleh Andreas."Iy… iya. Gue pun merasa heran karena itu. Gue pikir Mas Andreas sudah lupa sama gue," ujar Aruna. Lalu ia menggigit bibir bawah. Andreas pun kembali tersenyum."Iya. Gue memang sengaja nggak mengundang elo," kata Andreas mantap. Aruna pun langsung mengangkat kepalanya. Tak percaya dengan apa yang barusan didengar telinganya."Tapi kenapa, Mas? Apa gue melakukan kesalahan?" tanya Aruna cepat."Nggak. Nggak. Nggak dong. Bukan karena itu. Tapi, karena…. Kedatangan loe adalah hadiah buat gue. Jadi, mana mungkin gue undang hadiah gue ke acara ulang tahun gue sendiri. Siapa tau dia nggak mau dateng lagi," jawab Andreas yang langsung membuat Aruna tersipu malu. Aruna pun kembali menundukkan kepalanya dengan malu-malu. Menyembunyikan pipinya yang kini merona. "Jadi? Gimana? Loe mau dateng?" tanya Andreas pelan. Aruna pun langsung mengangguk dengan cepat. Tanda setuju.Bab. 3 Bikin Greget, Ah!Malam yang dinantikan Aruna pun datang juga. Dengan perasaan yang bahagia, ia pun memandangi refleksi bayangan yang terbentuk di cermin datar yang ada di depannya. Sesekali ia menautkan bibirnya atas dan bawah. Agar lipstik merah yang baru saja dioleskan ke permukaan bibirnya itu bisa menempel dengan rata. Lagi-lagi ia pun tersenyum setelah melihat gambarnya yang terlihat sempurna. Ketika Aruna tengah asyik mematut diri di depan meja riasnya, seseorang tiba-tiba memencet bel pintu Apartemen mewah itu.Ting. Tong.Bunyi pintu Apartemen Aruna yang berhasil merebut perhatian pemiliknya. Aruna pun meletakkan lipstick yang ada di tangannya, lalu ia segera berlari mendekati pintu ruangan mewah itu. Tanpa membuang waktu lebih lama, Aruna segera membuka pintu itu. Sehingga menampakkan sosok Denada lengkap dengan wajah tengil. "Eh, elo. Gue kirain siapa?" ujar Aruna terdengar sedikit kecewa."Emang loe mikirnya siapa?" tanya Denada balik sambil berusaha menahan senyumn
"Sebentar lagi dia juga datang," balas Andreas sambil tersenyum penuh kemenangan. Dan setelah menyelesaikan perkataannya. Tak sengaja mata Andreas menangkap sosok wanita yang sedari tadi ditunggunya. "Nah, Om. Itu dia datang," ucap Andreas sambil menggerakkan dagunya untuk menunjuk ke belakang lelaki yang tiga puluh tahun lebih tua darinya itu. Jelas saja lelaki itu segera membalikkan badannya dengan cepat. Dan ketika kedua matanya memandang sosok wanita yang baru saja keluar dari lift matanya pun langsung melotot sempurna."Wow. Legit banget!" gumam lelaki itu dengan mata yang hendak meloncat keluar. Tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang.Andreas pun tersenyum sekilas. Lalu ia angkat tangannya ke udara. Lalu ia lambaikan ke arah wanita yang ia maksud dari tadi."Aruna!" panggil Andreas yang langsung membuat Aruna menoleh. Wanita itu pun membalas lambaian tangan Andreas sambil menarik Denada untuk mendekati lelaki itu.Dengan langkah yang cukup lebar Aruna menapakkan k
Perlahan Andreas memotong kue itu. Lalu memindah bagian yang sudah terpotong ke atas lepek yang sudah di sediakan di samping roti."Kira-kira ini untuk siapa ya?" tanya Andreas sambil mengangkat lepek berisi potongan roti itu tinggi-tinggi."Buat gue aja! Buat gue aja!" teriak para cewek-cewek saling berebutan."Aduh. Telinga kalian tuh dimana sih? Tadi kan Andreas sudah bilang itu untuk seseorang yang sangat spesial. Jadi, nggak usah terlalu berharap deh," sahut Toni tidak terima."Wuuu…. Sirik aja loe," balas para cewek-cewek itu. Beberapa diantaranya bahkan ada yang sampai hati menipuki laki-laki itu. "Eh. Eh. Udah ya kalian. Nggak usah halu. Orang yang dimaksud Andreas itu sudah pasti si Renata. Pacar Andreas. Iya, kan Re?" ucap Sonya sambil menoleh ke arah wanita berbadan langsing dengan rambut ikal yang dicat coklat. Wanita yang mengenakan lingerie berwarna hitam terawang yang menunjukkan bra dan g-string berwarna senada itu pun hanya manggut-manggut mantap. Tanda setuju dengan
Aruna berjalan ke dalam kerumunan orang-orang yang sedang berdansa dengan pasangannya masing-masing. Sebagian besar dari mereka terlihat sudah mabuk berat. Sampai-sampai tak satu dua yang tengah melakukan hal-hal nyeleneh tanpa mereka sadari. Ada yang sedang bercinta, tertawa keras-keras sampai memekakkan telinga dan ada juga yang sedang menari-nari di depan semua orang sambil membuka satu per satu baju yang dia kenakan. Aruna yang belum terlalu mabuk pun langsung menangkap sosok Denada diantara para penari Stiptis itu. 'Ih, apaan sih tuh anak. Lagunya aja melow gini. Eh, dia malah joget-joget kayak orang gila gitu,' batin Aruna sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Aruna pun menghembuskan nafas beratnya. Lalu bergegas mendekati sahabat sejak kecilnya itu."Ayo, Kita pulang!" ajak Aruna sambil menyeret Denada dari atas bangku yang ia gunakan untuk panggung menari-nari."Ih, apaan sih loe? Gue kan lagi seneng-seneng. Iya, nggak temen-temen? Hahaha," kata Denada ngelantur."Bene
Chiiit….. Mobil mewah Andreas berhenti di parkiran Apartemen tempat tinggal Aruna. Ia pun melirik ke arah sosok wanita yang kini duduk di sampingnya. Andreas mengulurkan tangannya untuk menyentuh dagu Aruna yang terus menunduk sejak masuk mobilnya tadi."Loe kenapa, Sayang? Kok lesu gitu sih?" tanya Andreas. Sambil mengangkat dagu Aruna agar menatap ke arahnya. Aruna pun tak menjawab. Jujur, ia masih merasa tak percaya dengan apa yang sudah dilakukannya semalam. 'Bagaimana aku mempertanggung jawabkan ini sama ayah dan ibu?' ujarnya dalam hati."Gue takut, Mas," balas Aruna lirih. Andreas pun tersenyum."Untuk apa loe takut. Kan ada gue di samping loe. Gue sayang banget sama elo, Run. Jadi, loe jangan khawatir ya," kata Andreas menenangkan. Senyumannya yang manis pun akhirnya berhasil meluluhkan kebimbangan di hati Aruna. Terbukti dengan senyuman Aruna yang tak kalah manis terukir di bibirnya. "Loe janji ya, Mas. Jangan tinggalin gue.""Janji, Sayang. Masak sih gue tinggalin orang yang
Trap. Trap. Trap. Bunyi suara langkah kaki itu yang terdengar semakin dekat. Aruna pun semakin panik. Ia membuka tas itu lebar-lebar lalu memandang isinya sambil terus ia acak-acak.Dada Aruna pun berdebar kencang. Kaki dan tangannya pun gemetaran tak karuan. Peluh di keningnya pun terus mengucur deras. Sedangkan kartu yang dipasang di tempat khusus sebelah pintu. Tak kunjung sesuai dengan apa yang diperintahkan layar kecil itu. Aruna pun memutar posisi kartu itu beberapa kali. Hingga akhirnya terdengar bunyi klik di pintu Apartemen Aruna. Tanda pintu itu sudah terbuka. Aruna pun langsung masuk dan segera menutupnya.Hosh. Hosh. Hosh. Nafas Aruna pun tersengal-sengal sambil terus menatap pintu yang sudah ditutup rapat itu. Kakinya yang masih gemetaran pun berjalan mundur. Hingga beberapa menit kemudian seseorang memegang pundak dari belakang."Aaargh…." teriak Aruna sekuat tenaga. Sambil menutup mata dan telinganya rapat-rapat."Kenapa sih loe teriak-teriak? Ini gue Denada!" ucap oran
"Hallo. Assalamualaikum," ucap Al pada seseorang di seberang sana. "Apa?!" ucap Al sambil menginjak pedal remnya seketika. Untung saja tidak ada mobil lain di belakangnya. Jadi, Al masih dilindungi oleh Tuhan yang Maha Esa dari hal buruk yang mungkin bisa saja menimpanya. "Kenapa bisa begitu?" tanya Al pada lawan bicaranya di telepon. "Oke. Kalau begitu saya kesana sekarang," lanjut Al sambil kembali mengemudikan mobilnya.Al menggigit bibir bawahnya. Sedang tangannya memegang setir mobil dengan gemetaran. Perasaannya pun menjadi kalut sekarang. Takut terjadi apa-apa pada perusahaannya yang baru saja ia rintis. Seketika sepenggal perdebatan dengan sang Papah muncul di benaknya."Papah senang kamu sudah lulus dari Kairo, Al. Itu artinya kamu siap masuk ke dalam perusahaan Papah, kan? Papah sudah mempersiapkan jabatan penting untuk kamu," ucap Papah Al beberapa hari yang lalu. Al pun mengurungkan niatnya untuk menyuapkan nasi terakhir yang ada di piring makannya."Tanpa mengurangi rasa h
Malam itu, Ballroom di hotel Permata Nusa dipenuhi oleh puluhan penggemar majalah Amazing Adult yang akan mengadakan jumpa fans dan launching edisi terbaru majalah dewasa tersebut. Tentu saja hal itu langsung menarik minat para fans untuk datang. Walaupun mereka harus merogoh kocek lebih dalam untuk mendapatkan kartu masuk dan sebuah majalah edisi terbaru itu.Sungguh, pintar sekali strategi bisnis Andreas untuk meningkatkan penjualan dan mendapatkan laba yang sangat besar. Bagaimana tidak? Dengan diadakan acara begini. Banyak lelaki hidung belang yang berbondong-bondong datang hanya untuk melihat tubuh seksi Aruna secara live. Sebab, biasanya mereka hanya bisa lihat di gambar majalah tersebut. Bahkan tanpa Aruna ketahui. Para lelaki itu pun meminta Andreas untuk melakukan pertunjukkan spektakuler dari si top model, Aruna. Agar mereka bisa memuaskan diri dengan melihat langsung tubuh semok Aruna di depan mata. Dan gilanya lagi, Andreas pun menyetujui permintaan itu begitu saja. Dengan