Share

Bab. 4 Malam Ulang Tahun

"Sebentar lagi dia juga datang," balas Andreas sambil tersenyum penuh kemenangan. Dan setelah menyelesaikan perkataannya. Tak sengaja mata Andreas menangkap sosok wanita yang sedari tadi ditunggunya. "Nah, Om. Itu dia datang," ucap Andreas sambil menggerakkan dagunya untuk menunjuk ke belakang lelaki yang tiga puluh tahun lebih tua darinya itu. Jelas saja lelaki itu segera membalikkan badannya dengan cepat. Dan ketika kedua matanya memandang sosok wanita yang baru saja keluar dari lift matanya pun langsung melotot sempurna.

"Wow. Legit banget!" gumam lelaki itu dengan mata yang hendak meloncat keluar. Tak percaya dengan apa yang sedang dilihatnya sekarang.

Andreas pun tersenyum sekilas. Lalu ia angkat tangannya ke udara. Lalu ia lambaikan ke arah wanita yang ia maksud dari tadi.

"Aruna!" panggil Andreas yang langsung membuat Aruna menoleh. Wanita itu pun membalas lambaian tangan Andreas sambil menarik Denada untuk mendekati lelaki itu.

Dengan langkah yang cukup lebar Aruna menapakkan kaki jenjangnya yang mengenakan hak tinggi warna merah menyala di atas lantai Rooftop. Baju lingerie bodysuit bergaya kucing yang berwarna sama pun membuat badan Aruna yang proporsional semakin terlihat menonjol ketimbang tamu-tamu yang lain. Bahannya yang sangat minim hanya mampu menutupi puncak daging kenyal nan berisi Aruna walau masih menunjukkan bulatan kecil di tengah-tengahnya. Pundak Aruna yang tak begitu lebar pun hanya ditutupi seutas tali yang ia ikat di belakang lehernya. Sedang punggung Aruna yang berkulit mulus tanpa ada satu noda bekas jerawat badan pun dibiarkan telanjang tanpa sehelai benang pun yang menutupinya. Hanya di bagian bawahnya terdapat model rumbai sejengkal melingkari tubuh Aruna dengan hiasan ekor kucing yang mencuat tepat ditengah-tengah bokong layaknya ekor kucing sungguhan. Di leher, Aruna memakai sebuah pita yang menambah kesan seksi serta menantang. Dan sebagai pelengkap bando yang juga berwarna merah dengan bentuk menyerupai telinga kucing menempel sempurna di ujung kepala Aruna yang dihiasi rambut lurus sebahunya.

"Ini dia hadiah terindah ya Tuhan kirimkan untuk saya," ujar Andreas saat Aruna hampir sampai di dekatnya. Aruna pun tersenyum. Entah mengapa hatinya merasa terbang ke awang-awang mendengar ucapan Andreas tadi.

"Happy birthday ya, Mas. Semoga di usia loe yang semakin matang ini. Loe bisa semakin sukses," ucap Aruna sambil mengulurkan tangannya. Namun, bukannya meraih uluran tangan Aruna. Andreas malah meraih pinggang Aruna dan menariknya ke dalam pelukan. Jelas saja Aruna langsung terkejut. Tak menyangka Andreas akan memperlakukannya seperti itu. Di depan orang banyak lagi.

"Terima kasih ya. Loe udah mau dateng," balas Andreas tepat di depan telinga Aruna. Bulu kuduk gadis itu pun sedikit terangkat saat hembusan nafas Andreas yang hangat menyapa kulitnya yang kedinginan. Tanpa Aruna sadari sebuah aliran listrik pun seakan menyengat tubuhnya begitu saja. Sehingga membuat debaran jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Untung saja Andreas segera melepas pelukannya. 'Kalau tidak. Entah apa yang harus gue lakukan setelah ini,' ucap Aruna dalam hati.

Sebagai wanita yang sudah menginjak umur dua puluh lima tahun. Tentu saja ia pernah melihat adegan panas di sebuah film biru yang kala itu sedang naik daun. Dan ia sadar betul kondisinya saat ini bisa memicu reaksinya seperti ketika ia menonton film itu.

"Iy… iya. Sama-sama," balas Aruna sambil menundukkan kepalanya. Menyembunyikan rona merah yang terbentuk di kedua pipinya.

"Oh, iya. Kenalin nih. Pak Bramantio. Beliau akan menjadi salah satu investor di Amazing Adult," ujar Andreas memperkenalkan.

Aruna pun tersenyum sambil menatap lelaki setengah baya yang ikut-ikutan memakai lingerie man seperti Andreas dan juga para tamu cowok lainnya.

'Ini orang emang nggak ingat umur kali ya. Rambut saja udah ubanan pakai sok-sokan pakai lingerie gitu. Walau nggak gue pungkiri badannya masih macho sih,' batin Aruna sambil berusaha mempertahankan senyumnya.

"Aruna, Om," sapa Aruna sambil mengulurkan tangannya.

"Wah. Wah. Wah. Pantas saja kamu jadi top model. Kamu memang benar-benar cantik dan mempesona," balas lelaki itu sambil menggelengkan kepalanya beberapa kali. Matanya pun menatap lurus ke wajah Aruna. Sedang tangan lembut Aruna tak kunjung ia lepas dari genggamannya. Padahal, Aruna sudah berusaha melepaskan tangannya dari lelaki hidung belang itu.

"Terima kasih, Om," sahut Aruna sambil terus berusaha tersenyum.

"Ehem!" Andreas pun berdehem. Untuk menyadarkan Om Bramantio yang mulai berulah. Sebab, ia tidak mau Aruna merasa tidak nyaman sekarang.

"Eh, halus sekali tangannya," gumam Om Bramantio sambil melepas tangan Aruna. Wanita itu langsung bernafas lega. Akhirnya jari-jari lentiknya bisa lepas dari remasan lelaki tua itu.

"Kalau begitu mari kita mulai acaranya," ujar Andreas kemudian. "Selamat malem semua!" kata Andreas lewat mikrofon yang langsung mengalihkan perhatian semua hadirin.

"Malem," jawab semua orang serempak.

"Pertama-tama gue ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk kalian semua. Karena sudah menyempatkan waktu kalian untuk datang ke acara yang alakadarnya ini. Kemudian di acara selanjutnya gue akan memotong kue tart spesial ini. Untuk seseorang yang sangat spesial di hidup gue," lanjutnya. Sambil menunjuk kue tart berukuran jumbo yang sedang didorong menggunakan sebuah meja dorong ke arah Andreas.

"Wuuu…." Ucapan Andreas pun disambut dengan sorak-sorai para hadirin beserta tepuk tangan yang riuh.

"Come on, baby. Gue udah nggak sabar siapa orang yang dimaksud Andreas!" teriak Renaldo salah satu anak buah Andreas juga. Kepada pelayan cantik yang tengah mendorong kue tar itu.

"Tenang. Tenang. Sebentar lagi juga kalian tau," sahut Andreas sambil tersenyum penuh misteri. Ia pun melirik Aruna sekilas dengan senyum yang berubah manis. Aruna pun menundukkan kepalanya. Karena tak sengaja pandangannya bertemu dengan Andreas tadi.

"Silahkan, Bos," kata si waitress sambil memberikan pisau roti kepada Andreas. Andreas pun tak langsung mengambilnya. Ia malah menatap Aruna sekilas. Dan lagi-lagi pandangan mereka bertemu. Aruna pun tersenyum dengan pipi yang semakin terlihat merona.

"Terima kasih," ucap Andreas. Lalu meraih pisau itu dari tangan pelayan sexi itu.

"Ayo, Ndre. Cepet. Gue udah nggak sabar nih!" ujar seorang cowok di antara para cewek cantik berpakaian super seksi itu.

"Iya, Ndre. Cepet. Potong! Potong! Potong!" seru anak-anak lainnya.

"Baiklah. Kalau gitu gue potong sekarang," timpal Andreas.

"Yeee…."

Plok. Plok. Plok.

Suasana pun kembali riuh dengan suara tepuk tangan. Andreas pun melangkahkan kakinya untuk mendekati kue itu. Lalu ia arahkan pisau plastik itu ke tingkat ke dua roti dengan lilin yang masih menyala itu. Dia memang tidak suka acara tiup lilin dan memohon doa. ''Karena itu hanya dilakukan oleh anak kecil," ucapnya saat ulang tahun ke dua puluh lima dulu. Jadi, lilin di atas roti itu hanya simbolis saja. Tak ada maksud lain.

Perlahan Andreas memotong kue itu. Lalu memindah bagian yang sudah terpotong ke atas lepek yang sudah di sediakan di samping roti.

"Kira-kira ini untuk siapa ya?" tanya Andreas sambil mengangkat lepek berisi potongan roti itu tinggi-tinggi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status