Al duduk dengan gelisah di depan UGD yang sedang memeriksa keadaan Pak Kus. Beberapa kali ia pun berdiri lalu berjalan kesana-kemari kayak setrikaan. Masih jelas dalam ingatannya, saat Al seketika panik melihat lelaki setengah baya itu pingsan setelah melihat hidangan yang sudah Al pesan di restoran mewah itu.Sungguh, sejak ia kenal dengan Fadil, putranya. Tak sekalipun ia tahu jika Pak Kus mempunyai phobia dengan kepiting. Menurut cerita Fadil melalui sambungan telepon tadi. Sejak kecil, ayahnya memang takut dengan kepiting. Karena, kata teman SMA Al yang kini masih kuliah di Amsterdam itu. Dulu saat ia kecil anak kucing kesayangan Pak Kus mati terjepit capit kepiting. Dan kejadian itu terjadi tepat di depan matanya. Makanya sampai sekarang masih terbawa trauma."Ya Allah. Semoga nggak terjadi apa-apa sama Pak Kus. Gue jadi merasa sangat bersalah deh. Tau gini gue nggak akan pesen makanan itu," gumam Al dengan gelisah. Walau Fadil sudah memberitahunya jika keadaan Pak Kus akan seger
Aruna terdiam di sofa Apartemennya. Di depannya terlihat Denada yang tengah berlutut sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Namun, Aruna bergeming. Ia malah lebih fokus dengan game online yang kini berada di tangannya. Tak memperdulikan sahabat sejak kecilnya itu."Run. Loe percaya kan sama gue? Gue beneran khilaf Run. Gue nggak ada maksud nikung loe di belakang. Saat itu kita bener-bener dalam keadaan mabuk berat," ujar Denada setengah memohon. Aruna pun tak menjawab. Ia malah memasang headphone di kedua telinga. Lalu meningkatkan volume dengan memencet salah satu tombol yang ada di sisi ponsel itu. Namun, tak lama kemudian seseorang menarik headphone itu dari belakang. Sehingga mau tak mau benda tersebut terlepas dari kepala Aruna. Aruna pun menoleh dan menangkap sosok Andreas lengkap dengan wajah tampannya muncul tepat di belakang Aruna."Ih, ngapain sih loe," ujar Aruna sewot sambil merebut kembali headphone yang kini berada di tangan Andreas. Ketika Aruna hendak memak
Blak!!!"Jangan bergerak!!!" ucap seorang lelaki berbadan tegap dengan memakai jaket kulit berwarna hitam. Di tangannya ia menodongkan sebuah pistol dengan kondisi siap menembak ke arah lawannya. Tentu saja ketiga manusia yang sedang asyik berindehoi itu langsung menghentikan gerakannya. Takut lelaki itu kalap dan melepaskan peluru yang masih tersimpan di dalam senapan itu.Denada yang sedang duduk membelakangi Andreas dengan senjata Andre yang menancap di goa kenikmatannya pun hanya mampu menoleh. Sementara Aruna yang berada di atas tubuh Andreas dengan posisi kedua kaki yang ia sampirkan di bahu kokoh lelaki itu. Sehingga liangnya menghadap lurus tepat di depan bibir Andreas yang dengan rakus melumat benda itu, bisa menatap dengan jelas lelaki yang tiba-tiba menerobos Apartemen tanpa permisi. Namun, karena hasratnya sudah berada di ujung dinding pertahanannya. Makanya dia menahan kepala Andreas agar tidak menoleh dan tetap melanjutkan permainannya. Andreas yang sudah sangat paham den
"Assalamualaikum," ucap Pak Kus di depan pintu rumah baru Al."Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh," sahut orang-orang yang sudah berada di dalam ruang tamu rumah itu sambil menoleh. "Pak Kus. Silahkan masuk, Pak. Silahkan!" ajak Al sambil berdiri untuk menyambut lelaki paruh baya itu. Pak Kus pun segera melakukan apa yang diminta Al tadi. Dengan sesekali berdecak kagum, ia melayangkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan."Wah. Wah. Wah. Nyamannya rumah ini. Kamu memang benar-benar tidak salah pilih hunian, Al," puji Pak Kus sambil menepuk pundak Al. Setelah langkahnya sampai di samping Al.Al pun tersenyum. Mendengar pujian Pak Kus tadi."Haha. Pak Kus bisa saja. Ini semua sudah menjadi garis takdir dari sang Maha Kuasa, Pak. Sebagai Hamba, saya hanya bisa menjalaninya saja," balas Al merendah."Iya. Iya. Kamu memang benar," balas Pak Kus sambil mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali."Kalau begitu silahkan duduk, Pak. Kita semua sudah menunggu kehadiran Bapak sejak t
Sampai di tempat pemotretan Aruna langsung duduk di sofa lobi. Tangannya pun langsung meraih botol air mineral milik Denada yang sudah sampai tempat itu duluan. Gluk! Gluk! Gluk! Aruna pun menenggak air itu hingga tersisa setengah botol."Eh. Eh. Eh. Apa-apaan loe dateng-dateng langsung nyerobot minuman gue," protes Denada dengan mulut penuh. Ia pun menatap sebal sahabat itu sambil memakan donat krim coklat di tangannya. Sedang di meja depannya beberapa buah donut berbagai krim masih berdiam diri dalam kotak menunggu giliran untuk dimakan."Huh. Gila. Sumpah gila. Gue hampir aja dimainin sama cowok gila tau nggak?" balas Aruna sebal. Mendengar ucapan Aruna tadi, Denada pun tersedak. Saking kagetnya."Wah. Pantesan wajah loe merah padam kayak gitu. Jadi, loe abis seneng-seneng," ujar Denada sambil tersenyum geli. Ia pun melirik ke arah Viola yang duduk di sebelahnya dengan alis yang bergerak naik turun."Hahaha. Gila loe ya! Bukannya ngumpulin tenaga buat kerja. Loe malah ngumpulin tena
Malam harinya Aruna tengah mempersiapkan diri untuk berkencan dengan Andreas. Ia pun merias wajahnya secantik mungkin. Agar malam ini Andreas akan terpesona dengannya. 'Lalu Andreas tidak bisa ngelupain gue sedetikpun,' ujar Aruna dalam hati. Ia pun menatap pantulan wajahnya di cermin datar yang menempel di meja rias."Perfect," soraknya dengan wajah yang terlihat begitu bahagia.Aruna pun segera beranjak dari duduknya. Kini dia menggunakan long dress hitam berbahan dasar beludru ketat, sehingga menunjukkan setiap lekuk tubuhnya. Di dada bagian atasnya pun memang dibuat terbuka sampai-sampai menunjukkan kedua pundak dan belahan dadanya. Sedangkan di bagian bawahnya pun memiliki belahan dari ujung kaki sampai sebagian paha Aruna yang terlihat mulus.Aruna meraih tas wanita kecil berwarna coklat bata yang berhias permata murni. Dengan pegangan tangan yang terbuat dari emas dua puluh empat karat di atas meja rias. Gadis itu segera melangkahkan kakinya keluar Apartemen. Saat di pintu kelua
"Lepasin gue!!! Lepasin!!" ujar Aruna sambil terus berontak."Hahaha. Nikmati saja sayang. Aku bisa bermain lebih enak dari pada Andreas," ujar lelaki itu sambil menyerang Aruna dengan membabi buta. Aruna pun berusaha melepaskan diri. Hingga tak sengaja kuku-kukunya yang panjang mencakar kulit sawo matang lelaki itu. "Kurang ajar," gerutunya dengan penuh amarah. Lalu lelaki itu pun membanting tubuh Aruna ke atas sofa dengan cukup keras. Dan tanpa menunggu waktu lama ia segera menindih tubuh Aruna. Lelaki itu pun kembali menyerang Aruna. Mulai dari mencium bibir Aruna, meremas belahan dadanya dan berusaha menyibak dress bagian bawah Aruna. 'Andreas. Tolong…. Tolongin gue…. Hiks,' batin Aruna terus menerus. Air mata Aruna pun menetes di sudut kedua matanya. Hingga akhirnya….Bruk!!!Aruna menendang kemaluan lelaki itu hingga tersungkur ke belakang."Aw. Aw. Sialan loe," ucap lelaki itu mengumpat sambil memegangi area kemaluannya.Aruna pun tidak mau menyia-nyiakan momen ini. Dia segera
Aruna pun berlari dari tempat itu. Namun, tanpa sengaja ia menjatuhkan kalung pemberian Andreas kemarin. 'Brengsek. Biadap. Andreas keterlaluan. Bisa-bisanya dia cuma memanfaatkan gue untuk kesenangannya pribadi. Sialan. Dia memang sialan. Denada juga. Tega-teganya dia melakukan ini di belakang gue. Hiks…. Hiks…. Gue benci mereka semua. Gue benci,"' ujar Aruna dalam hati. Ia pun terus menyumpahi Andreas sambil terus berlari sekencang yang ia bisa. Air matanya pun mengalir deras. Seiring langkah kakinya yang dibuat selebar yang ia bisa, agar segera pergi dari tempat ini.Tak lama kemudian Aruna pun sampai di depan mobilnya yang tadi sempat mogok. Tanpa membuang waktu. Aruna pun masuk ke dalam mobil itu, lalu ia segera menghidupkan mesin mobil. Dan dengan ajaib. Mobil pun menyala. Tanpa pikir panjang Aruna pun menekan pedal gas dan segera melajukan mobil itu keluar area komplek perumahan mewah ini.Sepuluh menit berlalu, Aruna pun sudah sampai di Apartemennya. Ia pun langsung menuju kama