Share

Chapter 6 - Romantisnya Mr. Judes Hemingway

Sedekat- dekatnya taman dekat perumahan yang dimaksud pria dewasa itu, taman itu masih tiga gang dari rumahnya, dan letaknya ini yang membuat Charisa Davis meletakkannya di tempat nomor satu yang gadis itu hindari ketika malam, di samping lahan bekas pemakaman tua. Pemilik tanah memang sudah merelokasi semua makam dan tulang belulangnya ke pemakaman lain, karena lahan itu akan digunakan sebagai pusat perbelanjaan nantinya, tetapi tetap saja yang namanya bekas lahan pemakaman akan tetap jadi pemakaman bagi seorang Charisa Davis, tempat ketemunya para hantu, Convention hall-nya makhluk gaib lah. Dan pria dewasa itu sekarang memintanya datang kesana seorang diri di malam hari seperti ini.

Calon suami macam apa, paman judes itu!?

Charisa sudah akan menghiraukan saja suruhan laki – laki itu, gadis itu sedari tadi sudah mondar – mandir di lantai dapur rumahnya. Antara datang dengan semua ketakutannya, atau membiarkan pria itu disana saja biar laki – laki itu yang datang ke rumahnya sendiri. Sampai sebuah kalimat aneh dari laki – laki itu mendadak tercatat oleh otak pemalasnya.

Melamarmu?

Apa yang dimaksud paman itu akan melamarnya, apa alasan itu yang membuat laki – laki dewasa itu datang malam – malam begini seperti itu ke area perumahannya? Charisa jadi kepo sendiri dibuatnya.

Gadis itu langsung pergi ke kamarnya, membuka lemarinya dan mengambil satu hoodie warna putihnya, yang langsung dipakai gadis itu. Charisa kemudian memutar jalan ke arah meja belajarnya, ia tarik laci besar dibawah mejanya, mencari suatu barang yang akan ia butuhkan nanti. Tetapi barang itu tak kunjung juga gadis itu temukan.

Sangat lama gadis itu mencari senter peninggalan acara perkemahan sekolahnya musim panas tahun lalu, tetapi senter tersebut belum juga ketemu. Charisa membuka ponselnya, ada dua miscall dari tuan Skandar Hemingway yang judes itu. Gadis itu menghirup nafasnya dengan cepat, ia sudah membuang setengah jam waktu laki – laki itu lagi, pasti laki – laki itu akan marah lagi padanya. Charisa pada akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamarnya tanpa melanjutkan lagi untuk mencari senternya.

Membulatkan tekat untuk pergi ke taman itu tanpa senter, sembari memakai sepatu selopnya, gadis itu mengetik pesan yang berbunyi dia akan segera datang ke taman itu. Charisa terlihat sangat tergesa hingga lupa untuk berpamitan pada kakak iparnya yang melihatnya dari atas tangga lantai dua rumahnya. Saudara ipar Charisa itu melihat adik iparnya dengan pandangan aneh, Amanda tidak pernah melihat seorang Charisa Davis keluar malam – malam seorang diri.

Bunyi tapak sepatu selop Charisa berhenti ketika gadis itu membuka pagar pintu rumahnya, gerakan tangan gadis itu juga berhenti saat sesosok manusia tertangkap oleh matanya yang bulat itu. Laki – laki itu berdiri membelakanginya, berdiri di samping mobil sedannya yang diparkir di depan pagar rumahnya.

“Paman Skandar?” Tanya gadis itu memastikan.

Pria dewasa itu menoleh pada asal datangnya suara. Charisa merasa seakan mata bulatnya membohonginya. Gadis itu tidak salah lihat bukan, siapa laki – laki yang berdiri di hadapannya. Tidak, Charisa tidak salah lihat, karena laki – laki itu memang Skandar Hemingway, Skandar yang menatapnya balik dengan senyuman saat melihatnya.

“Kenapa paman jadi yang datang kesini?” Gadis itu berjalan mendekat ke arah pria itu.

“Kalau aku tidak datang kesini, kau mau yang datang ke lahan bekas pemakaman itu?” Seru Skandar sedikit kesal, pria itu mengecheck ponselnya dari dalam saku jasnya.

“Gadis bodoh, aku tidak setega itu menyuruhmu datang kesana malam – malam begini. Pesanmu baru masuk, padahal aku langsung kesini sejak terakhir kali kau menelfonku tadi.” Ujar Skandar lagi, laki – laki tinggi satu itu mengeluh.

”Maafkan aku paman....” Charisa hanya bisa menekuk wajahnya, ia tahu ia sudah membuat laki – laki itu menunggunya lama di udara malam yang dingin itu.

Skandar Hemingway menatapnya dengan kepala miring, kemudian ada senyum kecil yang terlihat di ujung bibirnya. Pria itu lantas menyentuh kuping panjang dari tudung hoodie putih yang sedang dikenakan oleh calon istrinya itu. Gadis di hadapannya itu selalu mengenakan pakaian - pakaian khas anak SMA, karena memang gadis itu kenyataannya masih remaja.

“Kau terlihat lucu.” Ucap Skandar tanpa sadar, dan menepuk kuping hoodie milik Charisa pelan.

Charisa hanya meresponnya dengan pandangan bingung, apa yang lucu darinya sebenarnya, ucapan maaf seumur – umurnya bukan sesuatu yang masuk sebagai kosa kata yang umum digunakan untuk melawak. Menyadari tatapan gadis muda di depannya, Skandar langsung merubah mimik mukanya ke wajah stoicnya yang biasa.

“Ayo ikut aku.”

Pria itu menarik lengan calon istrinya untuk mendekat ke arahnya, dan mengajaknya untuk berjalan mendekat ke mobilnya. Skandar melepaskan tangannya dari lengan Charisa, dan berjalan sendiri ke seberang pintu penumpang di kursi depan.

Laki – laki dingin itu mengeluarkan beberapa barang, dan membawa semua barang itu dengan kesusahan. Pria dewasa itu kemudian berjalan kembali ke tempat dimana Charisa berdiri seorang diri. Melihat semua bawaan Skandar sekarang, Charisa Davis refleks mengambil langkah satu ke belakang. Gadis itu begitu terkejut melihatnya.

“Itu semua apa?” Tanya Charisa hati – hati.

“Bukankah aku sudah bilang aku akan melamarmu.” Ucap Skandar pelan.

Laki – laki itu mengucapkannya dengan nada yang kaku. Tetapi tetap saja, semua ekspresi laki – laki itu tidak bisa menyembunyikan raut mukanya malam ini, tulang pipi laki – laki itu memerah, bukan hal biasa yang keluar saat laki – laki itu sedang kesal, seperti suatu hal yang erat dengan hal salah tingkah.

Charisa masih diam, gadis itu belum tahu harus mengucapkan kalimat seperti apa. Dua bola matanya yang mungil dan bulat itu menelusuri barang – barang yang dibawa oleh pria itu. Laki – laki itu membawa sebuah boneka kelinci lucu yang cukup besar, membawa beberapa kumpulan balon bewarna pink, ungu dan putih yang sudah ditiup dan mengembang ke atas langit malam hitam yang cerah. Pria dingin itu juga membawa sebuket bunga mawar putih besar yang sungguh cantik. Charisa menatap buket bunga mawar putih itu lama, ia tidak pernah melihat buket bunga mawar putih seindah itu.

“Ini untukmu.” Ungkap Skandar kembali.

Laki – laki itu memberikan buket bunga dan boneka kelincinya kepada gadis itu, lengan gadis itu bersentuhan dengan tangannya ketika ia memberikan kedua barang itu, balon – balon yang memang sudah dari awal diikatkan ke kalung boneka kelinci putih itu melayang sedikit bergoyang saat pemegangnya beralih tangan.

Skandar menatap gadis muda yang juga sebagai calon istrinya itu sesaat. Jujur ia sudah gugup melakukan semua tindakan heroik semacam ini, ini adalah kali pertama dirinya melakukan hal semacam ini untuk seorang gadis. Meskipun Charisa Davis hanya seorang gadis SMA yang kekanakan, tetap saja gadis itu adalah seorang perempuan, dan perempuan di hadapannya kini hanya terdiam mematung.

Apa ia salah beli barang?

Apa semua ini bukan barang yang tepat untuk melamar seseorang?

“Tolong jangan tertawa, ini adalah kali pertama aku melamar seorang gadis. Apa aku sudah salah mempersiapkan barang? Kenapa kau diam saja?” Tanya laki – laki itu padanya dengan nada sedikit kalut.

Charisa tersenyum mendengar perkataan laki – laki itu. Dia tahu, semua barang – barang itu adalah barang – barang yang biasa seorang pria berikan ketika melamar seorang gadis, bukankah ia adalah penonton setia drama bersama kakak iparnya, tetapi Charisa tidak tahu jika rasanya akan seperti ini. Ada sesuatu yang hangat yang diam – diam memenuhi dadanya, rasanya ada yang menggelitik perutnya saat pria itu mendekat dan memberikan semua hal ini padanya. Mengapa dilamar oleh seseorang rasanya begitu membuat perutmu sakit dan ingin tersenyum terus.

“Aku tidak pernah menyangka, paman akan melamarku. Aku kira karena perjodohan kita, paman tidak akan peduli dengan hal semacam ini.”

“Ka- Kau tidak suka?” Tanya Skandar yang gagal faham.                                  

“Tidak... Aku sangat menyukainya, ini indah sekali.. Aku senang paman menyiapkan semua ini.”

Gadis itu tersenyum pada Skandar, senyuman polos dan juga cantik ia berikan pada laki – laki yang terdiam kehabisan kata karenanya. Charisa mencium buket bunga mawarnya, tudung kepala hoodienya jatuh dan menampakkan rambut panjang gadis itu yang terurai cantik dengan latar paduan kelopak bunga mawar putih. Membuat gadis itu terlihat secantik malaikat.

Melihatnya Skandar merasa tak percaya jika tuhan akan menyandingkannya dengan gadis muda SMA seperti Charisa. Iya, dia tidak akan berkilah kembali jika calon istrinya itu cantik dan manis. Skandar menggangguk mendengar ucapan gadis muda itu, sampai ia hampir melupakan sesuatu yang sangat penting.

“Aku hampir lupa, Risa.”

Skandar mengambil sesuatu dari saku celananya, laki – laki itu mengeluarkan sebuah kotak merah kecil dan membukanya, sebuah cincin emas putih dengan beberapa berlian kecil di sekelilingnya. Charisa berdebar – debar menerka apa selanjutnya yang akan dilakukan oleh pria itu. Laki – laki itu tidak berlutut seperti adegan pria di drama picisan yang laki – laki itu benci. Skandar Hemingway tetap berdiri dengan gayanya yang tegap, namun yang membuat seorang Charisa tidak akan lupa betapa romantisnya pria itu adalah ucapan Skandar Hemingway setelah ini.

“Charisa Davis, aku tidak bisa menjanjikanmu akan terus bahagia bersamaku. Karena hidup manusia bukanlah dongeng Walt Disney yang akan hidup bahagia selamanya, tuhan pasti menguji hidup umatnya, akan menguji rumah tangga kita nanti juga.” Skandar menjeda ucapannya, laki – laki itu menatap mata Charisa dengan serius.

“Tetapi percayalah, saat aku menjadi suamimu, dan kau istriku, aku akan sebisa mungkin menghindarkanmu dari apa itu rasa luka, sedih dan tidak bahagia. Aku ingin menjadi orang pertama yang memastikanmu baik – baik saja, memberimu dengan sebanyak mungkin perasaan dan cinta yang akan bisa aku berikan sebagai suamimu, itu yang aku bisa janjikan kepadamu.”

“Paman...” Ucap Charisa pelan, mendengar itu gadis muda itu benar – benar tidak tahu harus mengatakan seperti apa. Sekarang dia tahu seberapa tanggung jawab seorang pria dari keluarga Hemingway itu sekarang.

“Mungkin awal pertemuan kita karena keinginan keluarga kita berdua, tetapi bagaimanapun hidup kita berdua nanti adalah milik kita sendiri. Aku ingin mendengar darimu, langsung darimu.” Skandar sedikit melangkah ke depan, laki – laki itu sudah mengangkat cincin yang Charisa tatap sedari tadi.

“Charisa Zwetta Davis, maukah kau menjadi pendamping hidupku? Berdua besamaku?” Ucap Skandar dengan hati – hati, ucapan itu terasa membuat jantung Charisa terstimulus puluhan kali untuk berdetak lebih cepat.

“Iya, paman.” Charisa menganggukkan kepalanya, setetes air matanya jatuh, tetapi itu adalah air mata bahagia. “Aku mau.”

Ayah...

Ayah akan bahagia melihatnya kan?

Charisa akan bahagia jika ayah bahagia...

“Terima kasih....” Ucap Skandar pelan. Laki – laki itu lantas sedikit mengambil tangan kanan Charisa dengan lembut, dan memasangkan cincinnya di jari manis gadis itu.

Gadis pemilik mata bulat itu menengadahkan kepalanya, menatap laki – laki yang tinggi dihadapannya. Charisa mengamati raut muka laki – laki itu beberapa saat. Laki – laki itu tersenyum dengan tulus menatapnya, membuatnya tersenyum pada laki – laki itu juga. Charisa dapat merasakan tangan laki – laki itu mengelus rambutnya pelan beberapa kali, rasanya seperti dilindungi.

Skandar mengamati tingkah calon istrinya itu yang sedang melihat jari manisnya yang kini telah tersemat sebuah cincin. Kemudian memeluk erat boneka kelinci yang dia berikan tadi.

“Terima kasih atas semuanya, paman.” Ucap Charisa yang dibalas dengan senyuman tipis dari calon suaminya.

“Cuma begini saja? Apa kalian tidak mau berciuman?”

Celetuk seseorang tiba – tiba, dari arah kanan mereka. Membuat kedua orang barusan berjengit kaget. Charisa membalik badannya dengan refleks. Di dekat pintu pagar rumahnya, telah berdiri Noah, Amanda, bahkan Yuta dan Anna juga. Mereka berempat kompak sekali memandangi Skandar dan Charisa seakan mereka berdua adalah opera sabun siaran langsung.

“Kurang ciumannya, Skandar!”

“Charisa, selamat ya... Romantis sekali... Uwuwuwu....”

“Kau sold-out juga akhirnya ya Char?”

Mendengar komentar netizen-nya, baik Skandar maupun Charisa langsung bertatapan dan mengambil jarak satu langkah menjauh dari masing – masing. Skandar bahkan terlihat salah tingkah saat Noah, calon kakak iparnya menatapnya ingin tahu dari balik bahu teman – teman calon istrinya.

“Hei!! Kenapa kalian jadi ada disini semua?” Teriak Charisa pada mereka berempat. Gadis itu kekurangan akal melihat tingkah bodoh orang disekelilingnya. Bukannya biasanya dia yang bodoh seharusnya.

“Oh iya, kalian bisa lakukan sentuhan terakhir. Ayo tinggalkan mereka berdua sendiri.” Ucap Amanda refleks, dan menggiring ketiga orang yang masih ingin terus melihat kelanjutan opera sabun tadi.

“Sentuhan terakhir apa?” Ucap Charisa membeo melihat Amanda yang kesusahan memasukkan Yuta dan Anna ke dalam pintu rumahnya.

“Sudah kubilang, kita seharusnya melakukannya di lahan pemakaman tadi saja!” keluh Skandar sambil menepuk jidatnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Adeline Fong
Cerita nya lain dari pada yang lain, lucu dan romantis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status