Share

2. Mau Tidak Mau

Darka menatap tajam Bayu—bahawan setianya yang iris berekspresi. Pria itu baru saja meletakkan setumpuk pekerjaan di atas meja Darka, tanpa memperhatikan ekspresi yang terpasang pada wajah Darlka. Pria berkacamata itu malah balas menatap Darka. “Apa Anda tidak melihat semua berkas itu? Kenapa Tuan malah menatap saya? Hari ini, kita benar-benar sibuk, Tuan,” ucap Bayu dengan nada datar dan ekspresi datar yang membuat Darka ingin menyemburnya dengan vodka kesukaannya. Bayu sepertinya sudah terlalu lama hidup di jalan yang lurus.

Darka benar-benar heran dengan Bayu, pria itu sangat minim berekspresi. Sepertinya, Bayu berpikir jika berkespresi sedikit saja, bisa membuatnya bangkrut dan tidak lagi bisa mengemudikan mobil mewah kesayangannya. Darka yang mendengar semua perkataan Bayu tidak bisa menahan diri untuk mendengkus. “Ayolah, apa kau tidak melihat ekspresiku saat ini? Apa suasana hatiku tidak tercerminkan dengan baik oleh ekspresiku ini?” tanya Darka.

“Saya masih bisa menggunakan penglihatan saya dengan baik. Namun, saya rasa ekspresi itu tidak ada hubungannya dengan kerja otak, Tuan. Bukankah Tuan masih bisa berpikir dengan baik, walaupun suasana hati Tuan tengah buruk?” tanya Bayu masih dengan nada datar yang terdengar menjengkelkan ditelinga Darka. Jika Bayu sudah bertingkah seperti ini, Darka sangat ingin memecat Bayu saat ini juga. Sayangnya, Darka tidak bisa melakukan hal itu. Bayu sudah menemaninya sejak dirinya turun langsung untuk mengurus perusahaan. Jadi, sudah bisa dibayangkan seberapa lama, dan seberapa setia Bayu selama ini menemani dirinya. Jika mengenyampingkan sikapnya yang terkadang menjengkelkan, Bayu memang sangat bisa diandalkan.

Saat Darka akan membalas perkataan Bayu, saat itu pula Bayu membungkuk dan berkata, “Kalau begitu, silakan kerjakan tugas Tuan. Saya undur diri dulu, untuk mengerjakan tugas saya sendiri.” Tanpa menunggu jawaban Darka, Bayu bangkit dan berbalik.

Meskipun bukan kali pertama melihat tingkah kurang ajar Bayu, Darka tidak bisa menahan diri untuk merasa begitu syok dan kesal atas apa yang ia terima. Darka menunjuk Bayu dan berseru, “Hei, aku bahkan belum selesai berbicara padamu! Apa kau ingin aku pecat?!”

Bayu menghentikan langkahnya. Darka pikir, Bayu akan berbalik dan meminta maaf. Darka sudah menyeringai dan berpikir jika anacaman pemecatan berhasil membuat Bayu berpikir dengan baik. Namun, Bayu ternyata berhenti untuk mengangkat telepon. “Halo, Sayang? Apa, pembalut tanpa sayap milikmu? Oh, carilah di laci ketiga,” ucap Bayu sembari melangkah pergi meninggalkan Darka yang semakin syok. Jadi, Bayu tetap mengabaikannya walau sudah mendengar ancaman pemecatannya dan hanya fokus pada telepon sang kekasih.

Darka menghela napas panjang sebelum bersandar pada sandaran kursi kerjanya. Darka mendongak dan menatap langit-langit ruang kerjanya tersebut. Darka benar-benar tidak berminat untuk bekerja saat ini. Penyebab utama dari suasana hati buruk Darka ini tak lain adalah hukuman yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Tadi malam, Darka menghabiskan semalaman tidur di atas bangku taman. Untung saja, malam itu tidak hujan, dan menambah penderitaannya. Jangan pikir, Darka mau-mau saja tidur di bangku taman, sementara sebelumnya ia juga datang ke rumah tersebut menggunakan mobil. Ya, Darka memang bisa tidur di dalam mobil. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan oleh Darka ketika mama dan papanya memang sudah berniat untuk memberikan hukuman. Jika Darka masih saja mencari jalan untuk melarikan diri dari hukuman tersebut, sudah dipastikan jika Darka akan mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada tidur di bangku taman.

Darka tahu jika kedua orangtuanya tengah berusaha membuat mengubah gaya hidupnya yang terlalu bebas. Darka memang mencintai kebebasan. Darka tidak senang terikat. Contohnya saja, Darka tidak mau terikat dengan seorang wanita saja. Dalam sehari, Darka bahkan bisa berganti wanita sampai tiga kali. Jika bosan, Darka akan mencari yang baru, yang tentunya lebih menarik dan bisa membuatnya terbakar oleh gairah. Jika malas mencari wanita yang sesuai dengan seleranya, Darka akan kembali pada seorang wanita yang memang menjadi favoritnya. Wanita yang rela menjadi simpanannya dan menjadi tempat kembali Darka, setelah Darka bosan berkelana mencari wanita yang bisa memuaskan hasratnya.

Wanita itulah yang paling setia pada Darka selama ini. Darka sendiri tidak keberatan mengeluarkan uang yang begitu banyak untuk wanita simpanannya itu. Baik untuk memanjakannya dengan barang-barang mewah, hingga menyediakan tempat tinggal yang nyaman. Selain merasa puas dengan pelayanannya, wanita itu juga tidak pernah menuntut perihal cinta atau hal yang sejenisnya. Karena itulah, Darka bisa merasa sangat nyaman dengan wanita satu ini dan tidak membuangnya setelah bertahun-tahun berhubungan. Kapan pun itu, wanita ini akan datang dan membuat Darka terpuaskan oleh gairah yang tersalurkan dengan tepat.

Jadi, salahkah Darka karena enggan untuk melepaskan kesenangannya ini? Darka tidak memiliki niatan sedikit pun untuk meninggalkan dunia yang penuh gelora ini. Sebab bagi Darka, hidup ini hanya sekali. Bukankah akan sangat sayang jika hanya dihabiskan dengan menjalani kehidupan yang lurus-lurus saja? Setidaknya, untuk saat ini Darka tidak akan mau melepaskan kesenangannya. Darka akan mencari cara untuk ke luar dari rencana yang saat ini tengah dibuat oleh kedua orang tuanya.

***

Darka membanting pintu mobilnya dengan keras. Semua pekerja di kediaman Risaldi,

berusaha untuk menciutkan diri dan tidak mencuri perhatian Darka. Tentu saja semua orang sudah bisa melihat betapa suasana hati Darka sama sekali tidak baik. Cari mati namanya jika saat ini mereka berhadapan atau mencuri perhatian Darka. Bisa-bisa mereka masuk rumah sakit atau kamar mayat karena menjadi bulan-bulanan Darka. Percayalah, Darka memiliki tenaga dan kemampuan bela diri yang tidak main-main.

Hal itu memang tidak terlepas dari gen dan pelatihan yang ia terima sejak kecil. Sebagai seorang penerus satu-satunya dari dua keluarga konglomerat—keluarga Risaldi dan keluarga Al Kharafi, tentu saja Darka harus memiliki kemampuan bela diri yang membuatnya bisa melindungi dirinya sendiri saat waktu terdesak. Karena itulah, sejak kecil Puti dan Nazhan secara pribadi memberikan pelatihan pada putra mereka tersebut, hingga membentuknya menjadi pria gagah yang handal dalam bela diri. Namun sampai sebesar ini, sepertinya tidak ada satu pun kesempatan bagi Darka untuk menggunakan kemampuan bela dirinya tersebut.

Darka memasuki ruang keluarga. Puti tengah berbaring di atas sofa dengan kepala yang dipangku oleh Nazhan. Tentu saja Nazhan mengelusi rambut halus Puti dengan penuh kasih. Betapa hangatnya suasana tersebut, dan betapa romantisnya interaksi pasangan yang sudah tidak lagi muda itu. Darka mencibir dan merasa heran. Apa keduanya tidak pernah merasa bosan untuk bertingkah seperti itu selama puluhan tahun? Darka sendiri merasa sangat bosan bertemu dengan wanita yang sama dalam waktu beberapa hari. Darka melangkah masuk dan duduk di atas lantai yang berada di dekat sofa yang diduduki kedua orang tuanya tersebut. “Ma, Pa, kok semua kartu debit Darka diblokir sih?” tanya Darka jengkel.

Puti yang mendengarnya melirik tajam pada Darka dan bertanya balik, “Apa saat ini kamu tengah merasa jengkel pada Papa dan Mama?”

Mendengar pertanyaan itu, seketika Darka memasang senyum manis dan mengulang pertanyaannya dengan nada yang penuh kesopanan. “Mama, Papa, kenapa semua kartu debit Darka diblokir? Memangnya, Darka salah apa lagi kali ini?” tanya Darka dengan tersenyum manis dan manja. Nazhan yang melihat hal itu mengernyit.

Dengan wajah tegas Darka dan perawakannya yang tegap bukankah sangat menggelikan jika dirinya bertingkah manja seperti itu? Nazhan mencibir dan membuat Darka yang melihatnya tidak bisa menahan diri untuk mengerucutkan bibirnya. Tentu saka Darka jengkel dengan tingkah Nazhan tersebut. Kini, Darka masih saja menatap Nazhan dan Puti dengan penuh harap. Namun, keduanya sama sekali tidak tergerak untuk menanggapi permohonan Darka. Nazhan dan Puti sudah mengambil keputusan bulat yang tentu saja tidak bisa diganggu gugat. “Itu hukuman tambahan untukmu. Dengan begini, kamu tidak akan bisa membelikan apa pun untuk para wanita mata duitan itu, bukan?” tanya Puti membuat Darka semakin kesal saja. Ternyata, sang mama juga memantau penggunakan kartu debit miliknya itu. Padahal itu adalah kartu pribadi yang dibuat atas nama Darka sendiri. Darka sendiri pula yang membayar tagihannya. Namun, kenapa sang mama masih memiliki akses untuk memeriksa penggunaan bahkan memblokirnya seperti ini?

“Kenapa Mama dan Papa masih bertindak seperti ini? Aku ini sudah dewasa. Usiaku bahkan sudah dua puluh tujuh tahun. Kenapa Mama dan Papa masih saja memperlakukanku seperti remaja yang bahkan belum bisa membedakan hal yang buruk dan benar?” tanya balik Darka.

Nazhan pun menjawab, “Karena kamu sama sekali tidak terlihat dewasa di mata kami.”

Darka yang mendengar hal tersebut tentu saja tidak terima. Ayolah, Darka sudah sebesar ini. Bahkan Darka sudah bekerja dan mengurus sebuah perusahaan besar yang memang menjadi perusahaan utama AR di Indonesia. Tentu saja, Darka yang sudah melakukan semua itu merasa jika dirinya sudah bersikap lebih dari cukup sebagai seorang pria dewasa. Siapa pun pasti akan sependapat dengan Darka. Ia sudah lebih dari cukup bertindak bertanggung jawab dengan mengurus pekerjaan dan membawahi ribuan orang yang bekerja di perusahaannya. Lalu, di mana letak dirinya tidak terlihat dewasa?

“Memangnya kenapa aku terlihat belum dewasa? Aku benar-benar tidak terima jika disebut seperti itu oleh Mama dan Papa. Bukankah aku sudah melakukan semua yang dilakukan oleh orang dewasa? Aku bahkan sudah berhasil memimpin ribuan pekerja sebagai seorang presdir. Bukankah semua itu sudah menunjukkan jika diriku ini lebih dari cukup untuk disebut sebagai pria dewasa yang bertanggung jawab?” tanya Darka masih tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh mama dan papanya.

Puti pun mengubah posisinya menjadi duduk dan menghadap Darka. “Kamu menyebut dirimu bertanggung jawab, dengan tingkahmu yang setiap hari berganti perempuan? Apa tindakan main perempuan seperti itu bisa disebut sebagai tindakan yang dilakukan oleh pria dewasa yang bertanggung jawab?” tanya balik Puti membuat Darka bungkam seketika.

Melihat Darka yang terdiam, Puti pn memberikan kode pada Nazhan untuk mengatakan apa yang sudah mereka sepakati sebelumnya. Tentu saja, Nazhan dan Puti sudah memperkirakan apa yang akan dikatakan oleh Darka, serta apa yang akan dilakukan oleh Darka demi mendapatkan semua fasilitas keuangan yang memang sudah diblokir sepenuhnya oleh Nazhan dan Puti. Hal ini terjadi, karena selama ini Darka memang tidak memiliki fasilitas keuangan secara pribadi, dikarenakan semua keuangannya selaku seorang presdir memang diatur secara langsung oleh pihak keuangan yang dipercaya oleh perusahaan AR.

“Ya, kami akui jika semua yang kamu lakukan sebagai seorang presdir memang bisa dijadikan bukti bahwa kamu sudah dewasa. Hanya saja, hal itu tidak cukup untuk kami hingga bisa menilaimu sebagai pria dewasa yang bertanggung jawab, dan tidak lagi membutuhkan pengawasan dari kami,” ucap Nazhan lancar seakan-akan dirinya memang mengatakan hal itu dari lubuk hatinya, bukan sekadar menghafal apa yang sudah ia diskusikan dengan Puti sebelumnya.

Darka menghela napas panjang. “Jadi, harus bagaimana aku membuktikannya pada Papa dan Mama?” tanya Darka. Sebenarnya, Darka sudah tahu jika hal ini sama dengan dirinya bunuh diri. Hanya saja, Darka tidak memiliki pilihan selain harus melakukan hal yang seperti ini.

“Hanya saja, jika aku sudah terbukti aku memang bisa memenuhi standar bertanggung jawab yang ditetapkan oleh Papa dan Mama, saat itulah Papa dan Mama harus lepas tangan dari kehidupanku. Kalian tidak boleh turut campur dalam kehidupanku lagi. Papa dan Mama juga tidak mengawasi setiap hal yang aku lakukan. Setuju?” tanya Darka mencoba untuk bernegosiasi dengan kedua orang tuanya tersebut. Darka tentu tidak bisa hidup seperti ini terus. Ia ingin kedua orang tuanya mengerti dan menghentikan pengawasan yang membuatnya sakit kepala.

Nazhan dan Puti saling berpandangan. Keduanya berkomunikasi tanpa kata, sebelum mengangguk dengan kompak. Melihat hal itu, dalam hati Darka bersorak senang, karena berpikir jika dirinya memang akan lepas dari semua pengawasan kedua orang tuanya itu. Namun, Darka tidak tahu jika apa yang akan dijadikan syarat oleh kedua orang tuanya, malah akan terdengar lebih buruk daripada ancaman pengawasan tiap saat yang selama ini dilakukan oleh Nazhan serta Puti. Karena sebenarnya, semua hal yang sudah terjadi, adalah perangkap agar Darka mau tidak mau masuk ke dalam rencana yang sudah dibuat secara matang oleh Nazhan dan Puti.

“Ya, kami setuju. Tapi, kamu harus ingat. Jika kamu tidak menepati perjanjian ini, serta tidak memenuhi standar yang sudah kami tetapkan, kami tidak akan mengembalikan semua fasilitas keuangan yang kamu dapatkan. Selain itu, pengawasan kami terhadap dirimu akan lebih ketat lagi. Jadi, kamu setuju?” tanya Puti. Diam-diam, Puti menahan diri untuk menyeringai. Jika sampai putranya ini setuju, maka rencana yang sesungguhnya akan dimulai saat itu juga.

“Tentu. Lalu, apa yang ingin Papa dan Mama inginkan dariku?” tanya Darka tidak sabar.

Puti yang mendengar pertanyaan putranya yang tidak sabaran itu, menyunggingkan senyum manis yang membuat perasaan Darka seketika terasa tidak enak. Puti mengulurkan tangannya dan mengusap kening Darka dengan lembut. Sentuhan penuh kasih tersebut membuat Darka terbuai. “Syaratnya tidaklah sulit. Mama dan Papa hanya ingin kamu menikah,” ucap Puti.

Darka yang mendengar hal tersebut mengangguk, terlalu larut dalam sentuhan lembut yang diberikan oleh mamanya, hingga tidak sadar dengan apa yang ia dengar. Darka malah berkata, “Ah, itu hal yang sangat mudah. Aku hanya tinggal menikahi seorang pe—tunggu, menikah?!” tanya Darka sembari melotot.

“Ya, kamu hanya perlu menikah. Tenang saja, masalah mempelai perempuan, hingga semua urusan pesta, Mama dan Papa sudah mengurusnya. Kamu hanya perlu setuju dan pernikahan pun akan berlangsung secepatnya,” jawab Puti.

“Tapi Ma, menikah? Astaga, aku bahkan tidak pernah memikirkan hal itu,” ucap Darka masih berusah bernegosiasi.

Puti dan Nazhan dengan kompak menggeleng. “Tidak ada negosiasi. Jika ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan, maka kamu harus melaksanakan apa yang Mama dan Papa inginkan,” ucap Puti.

“Bukankah permintaan Papa dan Mama tidak sulit? Kami hanya kamu menikah. Bukankah itu sangat mudah?” tanya Nazhan.

Darka menggerutu. “Nikah itu susah, Ma. Kalau kawin, baru mudah. Darka bahkan melakukannya tiap malam,” ucap Darka dan sukses mendapatkan tamparan pedas pada bibirnya. Puti memberikan hadiah yang jelas membuat Darka bungkam karena sadar sudah mengatakan sesuatu yang tidak disukai oleh sang mama.

“Mau tidak mau, kamu harus menikah,” putus Puti tegas dan membuat Darka mengerang kesal.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status