Share

3. Penolakan Kasar

Darka benar-benar dongkol. Darka tidak pernah berpikir jika kedua orangtuanya bisa bertindak hingga sejauh ini. Darka tidak bisa mengakses satu pun fasilitas keuangan yang ia miliki. Mau itu kartu debit, hingga akun rekening yang bahkan atas namanya sendiri tidak bisa diakses. Tentu saja, hal itu sangat menyulitkan Darka. Hanya untuk membeli secangkir kopi saja dirinya kesulitan, lalu bagaimana Darka bisa bersenang-sengan dengan para wanita jika dirinya bahkan tidak memiliki uang sepeser pun. Apakah begini rasanya jatuh miskin?

Darka mendengkus dan membuat Bayu yang tengah membereskan semua berkas yang sudah selesai dibaca dan disetujui oleh Darka, hanya bisa melirik singkat. Bayu sendiri, sudah memiliki banyak masalah, dan ia tidak memiliki niatan untuk menambah beban pikirannya dengan menanyakan masalah sang tuan. Bayu yakin, saat ini Darka tengah mendapatkan hukuman dari tuan dan nyonya besar. Karena pagi tadi, sang tuan besar memperingatkan Bayu untuk tidak meminjamkan uang sepeser pun pada Darka. Jika sampai Bayu meminjamkan uang untuk Darka barang sedikit saja, maka Bayu pun akan mendapatkan hukuman atas kelalaiannya. Tentunya Bayu akan dengan patuh mengikuti arahan tuan dan nyonya besarnya.

Darka yang sebelumnya masih berkeluh kesah karena masalah keuangannya, tiba-tiba mendapatkan ide saat Bayu menyajikan kopi untuknya. Darka berkata, “Bayu, aku pinjam kartu debitmu untuk beberapa hari. Nanti, aku akan mengganti semua pengeluaran bulananmu. Bahkan, untuk pengeluaran bulan depan, aku yang akan menanggungnya. Jadi, berikan kartu debitmu.”

Tentu saja, penawaran Darka tersebut sangat menggiurkan. Bayu tidak perlu memikirkan pembayaran tagihan kartu debitnya. Namun, Bayu tidak tergoda. Ia masih ingat apa yang sudah diperingatkan oleh Nazhan sebelumnya. Bayu berdiri dengan tegap di hadapan Darka, dan menggeleng tegas. “Maafkan saya, Tuan. Saya tidak bisa meminjamkan kartu debit, kartu atm, atau bahkan uang tunai pada Anda,” ucap Bayu tidak sungkan memberikan penolakan pada tuannya tersebut.

Darka yang mendengarnya jelas terkejut. Padahal, ia sudah memberikan penawaran menggiurkan. Lalu kenapa Bayu sama sekali tidak merasa tergiur dan malah memberikan penolakan tegas seperti itu? Karena itulah, Darka sama sekali tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Memangnya kenapa tidak bisa? Aku benar-benar akan memenuhi janji yang aku ucapkan. Tidak perlu cemas, kau bisa memegang janjiku.” Darka tentu saja mencoba untuk meyakinkan Bayu. Saat ini, hanya Bayu yang bisa ia

mintai bantuan.

Bayu memberikan tatapan seolah-olah dirinya baru saja mendengar hal terkonyol seumur hidupnya. “Saya tidak mungkin meminjamkan apa yang Anda minta. Karena saya tidak mungkin meminjamkan uang pada seseorang yang bahkan  tidak memiliki uang untuk membayar wc umum. Tuan saat ini tengah dalam kondisi sangat miskin, bukan? Saya tidak mungkin meminjamkan uang pada orang yang tidak memiliki jaminan. Bank saja tidak bisa memberikan pinjaman pada orang yang tidak memiliki jaminan, apalagi saya,” jawab Bayu membuat Darka hampir saja muntah darah.

Melihat jika Darka masih saja berniat untuk meyakinkan dirinya mengenai apa yang ia minta. Bayu pun tidak tinggal diam. Tentu saja, Bayu sudah memikirkan cara ampuh yang bisa membuat Darka tidak akan lagi meminta hal tersebut padanya. “Jika Tuan memang sangat membutuhkan uang dan kartu debit, saya tidak bisa menolak untuk membantu Tuan lagi,” ucap Bayu seakan-akan membawa angin segar bagi Darka yang memang sangat membutuhkan uang saat ini.

“Nah, ini baru Bayu yang sangat bisa diandalkan. Jadi, mana kartu debitmu?” tanya Darka sembari mengulurkan tangan kanannya dengan penuh antusias. Ia sudah haus akan minuman keras berkualitas tinggi dan belayan wanita bayaran kelas kakap.

Melihat jika Darka terlihat sangat bersemangat, Bayu tersenyum manis dan agam membuat Darka merinding karena tidak biasanya Bayu berekspresi seperti itu. Bayu pun mengangguk dan berkata, “Tuan bisa memintanya dari Sulis. Karena keuangan saya saat ini secara resmi diatur olehnya.”

Saat itulah Darka ingin sekali memukul kepala Bayu. Ayolah, apa Bayu tengah memintanya bunuh diri? Menghubungi Sulis yang tak lain adalah kekasih Bayu, untuk meminjam kartu debit, sama saja dengan cari mati. Sulis itu sangat pandai bicara dan suaranya itu sering kali melengking tinggi dan menusuk telinga siapa pun yang medengarnya. Selain itu, Darka dan Sulis tidak memiliki hubungan baik. Setiap kali bertemu, Sulis selalu memberikan tatapan tajam pada Darka, seolah-olah mereka memiliki masalah besar yang belum terselesaikan. Sulis memperingatkan Darka  agar jangan sampai menularkan gaya hidupnya yang bebas dan tidak tahu batasan itu pada kekasihnya, Bayu.

Darka lebih memilih menjadi orang miskin sementara waktu, seperti saat ini daripada harus menghubungi Sulis. Pria tampan itu menghela napas dan melambaikan tangannya pada Bayu. “Aku berubah pikiran. Aku sama sekali tidak membutuhkan uangmu. Lebih baik aku menjadi orang miskin daripada harus menghubungi kekasihmu yang gila itu,” ucap Darka.

Bayu mengangguk dan berkata, “Kalau begitu syukurlah. Karena Sulis pasti tidak akan membiarkan saya begitu saja saat tahu jika saya berniat meminjamkan uang pada orang miskin yang tidak memiliki jaminan apa pun. Saya undur diri.”

Bayu membungkuk memberi hormat sebelum beranjak meninggalkan ruangan Darka tersebut. Darka menatap tidak percaya dengan ucapan sopan Bayu yang jelas-jelas melemparkan cemoohan atas kondisi Darka saat ini. “Dasar kurang ajar!”

Setelah kepergian Bayu, Darka pun memilih untuk mengeluarkan ponsel mahalnya dan menghubungi seseorang. “Apa kamu tidak memiliki jadwal hari ini?” tanya Darka tanpa basa-basi pada seseorang yang berada di ujung sambungan telepon.

“Kalau begitu, aku akan ke apartemenmu. Aku akan berkunjung, jadi bersiaplah,” ucap Darka penuh arti sebelum bangkit dari duduknya. Ya, Darka berniat

untuk mencari kesenangan pribadinya. Toh, semua pekerjaannya sudah selesai, dan dirinya sudah tidak lagi memiliki janji temu atau rapat dengan direksi hari ini.

Darka memilih untuk ke luar dari kantor begitu saja. Darka segera menuju basement dan mengendarai mobil mewahnya secara pribadi. Darka memang tipe orang yang tidak senang saat mobil pribadinya disentuh oleh orang lain, karena itulah jika situasi dan kondisi memungkin, Darka selalu saja berusaha untuk mengendari mobil pribadinya secara pribadi. Tak berapa lama, kini mobil Darka sudah memasuki area apartemen mewah yang dikenal memiliki harga sewa dan harga jual yang sangat tinggi. Hingga hanya orang-orang dari kalangan atas, seperti artis atau pengusaha yang bisa tinggal di sana.

Darka naik lift menuju lantai dan apartemen yang memang ia tuju. Darka melenggang dengan gagahnya menyusuri lorong apartemen hingga berhenti di hadapan sebuah pintu. Belum juga Darka mengetuk pintu, pintu tersebut sudah terbuka dan seorang wanita cantik yang berusia sekitar dua puluh lima tahun terlihat menyambut kedatangan Darka dengan sepasang bikini merah darah yang ia kenakan. Tentu saja Darka yang melihatnya bersiul penuh goda. Darka tidak membuang waktu untuk melangkah masuk dan menutup pintu apartemen dengan rapat-rapat. Darka menatap tubuh wanita di hadapannya dengan penuh gairah, dan hal tersebut membuat sang wanita cantik yang memiliki rambut kemerahan tersebut tertawa dengan senangnya.

“Apa kamu menyukainya, Darka?” tanya wanita itu dengan nada genit.

“Tentu saja. Siap atau tidak, aku akan melumatmu habis-habisan di atas ranjang, Vanesa,” ucap Darka lalu menyerang wanita bernama Vanesa itu dengan serangan bertubi-tubi dan agresif.

Darka mengulum bibir Vanesa dengan nafsu yang mulai merangkak meninggi, tangan Darka juga bergerak dengan lihai melepaskan lembar demi lembar pakaiannya sendiri, sebelum melepaskan pakaian Vanesa yang hanya terdiri dari dua carik kain yang sangat mudah dilepaskan. Darka menyeringai dan berkata, “Aku akan memulainya.”

“Aku menantikan seranganmu, Sayang,” balas Vanesa menggoda dan mengerlingkan matanya dengan penuh gairah.

Lalu kegiatan penuh gairah dan dosa pun terjadi. Vanesa memang adalah wanita simpanan Darka. Vanesa adalah seorang model dewasa yang menjadi model iklan beberapa perusahaan AR. Karena itulah, Vanesa dan Darka sering bertemu, sebelum keduanya terikat dalam sebuah hubungan yang tidak jelas judulnya. Hal yang sangat jelas adalah, Darka bisa melampiaskan nafsunya kapan pun dan di mana pun pada Vanesa. Tentu saja, Vanesa sangat rela, bahkan tidak perlu diminta oleh Darka pun, Vanesa rela untuk menyerahkan tubuhnya pada Darka setiap harinya.

Karena itulah, saat Darka berada dalam situasi suliy, Darka tidak pusing saat nafsunya sudah mencapai ubun-ubun. Darka hanya perlu menghubungi dan menemui Vanesa. Darka sendiri sadar, jika Vanesa sudah menyukainya sejak lama. Namun, Darka memilih untuk mengabaikan perasaan tersebut. Sebelumnya, Darka sudah mengatakan dengan tegas pada Vanesa, jika Vanesa tidak boleh berharap lebih dari apa yang mereka lakukan. Hubungan mereka hanya sebatas saling memuaskan nafsu, dan Darka yang akan menyokong masalah finansial Vanesa. Vanesa sendiri tidak bisa melakukan apa pun selain menuruti apa yang diinginkan oleh Darka, termasuk untuk memendam perasaannya sendiri. Darka adalah seekor elang yang bebas. Darka senang terbang ke sana ke mari, mencari hal yang baru dan singgah di tempat yang menurutnya menarik. Darka mencintai kebebasan daripada apa pun, karena itulah terikat dalam sebuah perasaan cinta atau pernikahan sangat bertentangan dengan apa yang ia minati selama ini.

***

Darka mengernyitkan keningnya saat melihat meja makan panjang dan besar di kediaman Risaldi tampak sudah dipenuhi oleh berbagai menu makan malam. Hal itu memang terasa wajar. Puti dan semua staf dapur, lebih dari mampu untuk menyediakan makanan yang setara dengan sajian hotel bintang lima. Hanya saja, Darka merasa jika jamuan ini terasa sangat berlebihan hanya untuk menyambut dan menjamu kedatangan tamu yang tak lain adalah calon istrinya dan keluarganya. Ya, malam ini Darka memang akan bertemu dengan calon istrinya dan makan malam dengannya. Jujur saja, Darka merasa sangat penasaran dengan calon istrinya itu. Sampai saat ini, Darkan bahkan belum mengetahui nama perempuan yang dipilihkan oleh sang mama untuk menjadi istrinya. Kedua orangtuanya sepakat merahasiakan itu.

Merasa sangat penasaran, Darka pun mencondongkan tubuhnya pada Nazhan yang memang duduk di sampingnya. Darka bertanya, “Pa, apa perempuan pilihan Mama sangat cantik?”

Nazhan menoleh dan menatap putranya dengan datar. “Kamu pasti sangat penasaran dengan calon istrimu bukan?”

Darka tidak menahan diri untuk mengangguk. “Tenang saja. Ingat standar yang Mama miliki. Sangat tidak mungkin, dengan standarnya yang tinggi itu, ia akan memilih perempuan yang tidak bisa mengimbangimu,” ucap Nazhan yang tentu saja tidak bisa ditampik oleh Darka.

Apa yang dikatakan oleh Nazhan memang ada benarnya. Darka tahu, seberapa tinggi standar Puti dalam memandang hal apa pun itu. Mamanya memang orang yang perfeksionis, jadi rasanya tidak mungkin jika mamanya memilihkan perempuan yang biasa-biasa saja untuknya yang sempurna ini. Karena itulah, rasanya sangat tidak mungkin jika Puti memilihkan wanita sembarangan untuknya. Kini, suasana hati Darka melambung dengan baik.

Diam-diam Darka menerka. Apa mungkin dirinya akan dijodohkan dengan seorang model?

Namun sepertinya, Puti akan lebih memilih putri dari kalangan keluarga konglomerat yang memang memiliki pendidikan dasar tentang etika yang ketat sedari kecil. Mau dari kalangan apa pun, Darka yakin jika kualitasnya terbaik. Mulai dari rupa, latar belakang, hingga pendidikannya, pasti akan bisa mengimbangi level Darka. Hei, Darka sangat tampan, latar belakangnya kuat, dan pendidikannya yang menunjang. Tentu saja, Darka mengharapkan sosok istri yang setidaknya bisa berada satu level dengan dirinya.

Suara deru mobil terdengar, dan saat itulah Puti tersenyum tipis dan menatap pintu ruang makan yang terbuka lebar. Darka yang melihatnya tentu saja tidak bisa menahan diri untuk menatap pintu masuk. Darka ingi segera melihat calon istrinya yang cantik dan berkelas. Namun, kening Darka mengernyit dalam saat mendengar suara tawa khas anak-anak kecil, disusul dengan puluhan anak kecil dari rentang usia tujuh sampai sepuluh tahun muncul dengan berlari-larian. Darka membulatkan matanya. Tentu saja, Darka bisa mengenali mereka, karena mereka adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan di bawah naungan yayasan AR. Namun kenapa mereka yang muncul? Bukankah kali ini Puti dan Nazhan ingin mengenalkan dirinya dengan calon istrinya? Lalu kenapa Nazhan dan Puti juga mengundang para anak panti untuk makan malam bersama di kediaman Risaldi?

Belum sempat Darka menyuarakan pertanyaannya, Darka lebih dulu melihat seorang gadis berperawakan mungil yang masuk ke dalam ruang makan dengan rona merah tipis yang menghiasi pipi putihnya. Gadis tersebut tampak hadir dengan aura manis dan anggun yang membuat siapa pun yang melihatnya berpikir untuk terus memberikan perlindungan padanya. Darka sendiri terpaku, sebelum keningnya semakin mengernyit dalam saat melihat Puti memeluk si gadis manis tersebut dan menariknya mendekat pada meja makan yang kini sudah dipenuhi oleh anak panti yang sudah duduk dengan tenang di kursi masing-masing. Darka masih menatap gadis tampak malu-malu itu.

Darka mengenal gadis itu, tetapi sudah sangat lama ia tidak melihatnya. Puti tersenyum pada Darka yang masih menatapnya penuh tanya. “Darka, kamu pasti sudah megenalnya, bukan?” tanya Puti lembut.

Darka tidak menjawab apa pun, ia menunggu ibunya melanjutkan apa yang ia katakan. Puti pun melanjutkan perkataannya sembari tersenyum lembut khas seorang ibu. “Tapi rasanya Mama perlu mengenalkannya lagi. Perkenalkan, dia Tiara Alvira. Calon istrimu,” ucap Puti dengan nada antusias yang terdengar menggelikan bagi Darka. Ya, menggelikan karena Darka sama sekali tidak pernah membayangkan jika Tiara yang menjadi perempuan pilihan dari ibunya. Saking menggelikannya, Darka bahkan kesulitan untuk menahan emosinya. Bagaimana bisa, Tiara menjadi calon istri dari Darka sang putra konglomerat yang menjadi incaran banyak orang?

Darka menggebrak meja dengan kasar, membuat anak-anak merasa ketakutan. Darka menatap Tiara dengan tajam, seolah-olah Tiara tidak seharusnya berada di sana. Belum lagi dengan ekspresi jijik yang jelas terlihat pada wajah tampan Darka yang terlihat menyeramkan di mata anak-anak panti. Tentu saja Tiara yang melihat rekasi Darka tersebut merasa begitu terkejut. Ia tidak menyangka jika Darka akan menunjukkan reaksi keras seperti ini. Tiara memang tahu ini adalah hal yang mengejutkan, Tiara pun merasakan hal yang sama saat Puti memilihnya untuk menjadi calon istri Darka. Namun, tetap saja, Tiara tidak menyangka jika Darka bereaksi hingga seperti ini.

Sayangnya, keterkejutan Tiara tersebut rasanya terlalu awal. Darka yang melihat keterkejutan di wajah Tiara tidak peduli dengan hal ini. Darka pun berkata, “Jangan pernah berpimpi untuk menjadi istriku. Kamu bahkan tidak pantas untuk menjadi pembantuku. Dasar tidak tahu diri! Apa kamu tidak tau malu dengan bermimpi menikahi Tuan Muda sepertiku? Sepertinya, urat malumu memang sudah putus. Aku tidak akan pernah sudi menikah denganmu!”

Darka salah. Urat malunya sama sekali tidak putus. Karena saat ini, Tiara merasa sangat malu. Darka sudah benar-benar membuatnya malu dengan merendahkannya seperti itu di hadapan semua orang. Pada akhirnya, Tiara pun ragu. Apakah keputusannya untuk menerima tawaran Puti sebagai rasa balas budinya, adalah keputusan yang salah? Karena ternyata, penolakan sekasar ini sudah membuat hati Tiara goyah. Ia tidak yakin, jika mereka benar-benar menikah, akankah sikap kasar Darka ini akan melembut atau malah semakin menjadi hingga membuat Tiara tidak bisa membalas budinya dengan benar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status