Share

6. Pertunangan

“Kamu benar-benar mau menerima perjodohan ini?” tanya Puti dengan antusias. Puti dan Nazhan pun seketika mendapatkan harapan. Meskipun keduanya tahu jika Darka menerima pernikahan ini hanya untuk mendapatkan kembali semua fasilitasnya, tetapi keduanya tahu jika ini adalah awal yang baik. Setidaknya, jika Darka sudah menikah nanti, Darka pasti akan sedikit demi sedikit berubah. Ikatan suci pernikahan pasti bisa membuat Darka lebih baik dan mengerti jika apa yang sudah ia lakukan selama ini adalah kesalahan dan harus segera tinggalkan.

Darka menghela napas dan mau tidak mau mengangguk menjawab pertanyaan Puti. Ya, Darka memang sudah mengatakan pada kedua orang tuanya jika dirinya mau menikahi Tiara. Darka bahkan meminta untuk pernikahan segera dilangsungkan. Hei, jangan berpikir jika Darka memang sangat ingin menikahi Tiara. Apa yang dilakuka oleh Darka didasarkan oleh keinginannya untuk segera mendapatkan kebebasan yang ia dambakan, serta semua fasilitan keuangan yang sebelumnya sudah diblokir oleh kedua orang tuanya ini. Tentu saja dengan bonus kebebasan yang sangat didambakan oleh Darka. Menikahi Tiara, sama dengan kebebasan.

Darka menyebut pernikahan dengan Tiara sebagai sebuah kebebasan, karena setelah menikah dengan Tiara nanti, Puti dan Nazhan tidak akan lagi mengawasinya seperti anak kecil lagi sesuai dengan perjanjian mereka. Ia ingin hidup bebas, menikmati waktu mudanya dengan menghamburkan uang dan menikmati waktunya dengan wanita-wanita yang berbeda setiap saat. Karena Darka sudah membuat kesepakatan dengan kedua orang tuanya, maka Darka yakin jika kehidupannya setelah menikahi Tiara akan terasa lebih bebas daripada saat dirinya masih membujang. “Kalau begitu, Mama akan segera menyiapkan pertunanganmu dengan Tiara,” ucap Puti lalu mengeluarkan ponselnya.

Puti memang sudah menyiapkan segalanya. Ia ingin membuat kenangan indah terutama untuk Tiara yang nantinya akan menjadi menantu kesayangannya. Puti yang melibatkan Tiara dalam masalah keluarganya, dan itu artinya Puti juga harus bertanggung jawab atas segara hal mengenai Tiara, termasuk masalah kebahagiaannya. Sebagai seorang perempuan, Puti mengerti betul perasaan Tiara, karena itulah ia akan berusaha sebaik mungkin. Namun, Darka berkata, “Tidak perlu bertunangan, langsung saja menikah. Jangan membuat banyak acara yang merepotkan, Ma.”

“Pertunangan adalah salah satu hal penting. Karena itulah, pertunangan tidak bisa dilewatkan. Asal kamu tau, kami sendiri sudah merencanakan jika pernikahanmu ini akan dilangsungkan menggunakan adat tradisional yang tentu saja akan memakan banyak waktu karena banyak bagian dalam rangkaian acara pernikahan ini,” ucap Puti lalu menatap ponselnya untuk menghubungi seseorang yang akan membantu menyiapkan acara pertunangan. Puti terlihat begitu semangat saat membayangkan menantunya yang pastinya akan tampil sangat cantik dengan gaun dan kebaya yang akan ia siapkan nantinya. Nazhan yang melihat hal itu tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. Sepertinya, Puti sangat menyukai Tiara dan tidak akan melepaskannya begitu saja. Dengan cara apa pun, Puti pasti akan menjadikan Tiara sebagai menantunya.

Darka menghela napas panjang dan menyandarkan punggungnya pada sofa ruang keluarga. Nazhan tentu saja bisa melihat raut bosan dan tidak peduli yang ditampilan oleh Darka. Saat itulah, Nazhan pun berkata, “Papa dan Mama memang sudah berjanji tidak akan mengawasimu setelah kau menikah dengan Tiara. Tapi, kamu tentu saja harus mengingat jika tanggung jawab sebagai seorang suami tidaklah mudah.”

Darka yang mendengar ucapan tersebut, kini mengarahkan pandangannya pada Nazhan. “Iya, aku tau. Papa tidak perlu mengingatkannya berulang kali,” ucap Darka.

Puti pun mengangkat pandangannya dari ponselnya dan menatap tajam Darka. “Dan tanggung jawab itu, bukan hanya untuk diketahui saja. Kamu harus memenuhi tanggung jawab tersebut dengan baik. Jika sampai kamu bermain-main, saat itu pula Mama dan Papa tidak akan ragu untuk mencoret namamu dalam daftar ahli waris,” ancam Puti kejam.

“Belum apa-apa saja, kini aku sudah merasa tersisihkan. Memangnya, sehebat apa wanita yatim piatu itu? Kenapa Mama dan Papa sampai seperti ini?” tanya Darka masih tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya tersebut.

Darka menahan diri untuk tidak mendengkus. Jika sudah seperti ini, apa lagi yang bisa dilakukan oleh Darka? Kedua orang tuanya sudah memilihkan Tiara sebagai calon istrinya, maka Darka akan menurut. Namun, Darka memiliki sebuah keputusan tersembunyi dari sikap menurutnya ini. Tiara memang tidak memiliki kelebihan, tetapi ia memang bisa dimanfaatkan dengan cara yang terpat. Setelah berpikir, Darka mendapatan ide untuk menjadikan Tiara sebagai tameng dan memanfaatkannya tentu saja adalah keputusan terbaik yang bisa dilakukan olehnya sebagai seseorang yang memang mementingkan kepentingan dirinya sendiri.

“Nantinya, setelah kamu menikah kamu harus meninggalkan kehidupan bujangmu saat ini. Ingat, kami tidak ingin kamu menjadi pecundang dengan mempermainkan hati perempuan mana pun. Apalagi dirimu menyakiti hati istrimu. Kamu harus bisa menjaga perasaannya sebagai seorang suami. Apa kamu mengerti?” tanya Nazhan serius.

Keduanya yakin, jika pernikahan Darka dengan Tiara akan membuat Darka berubah ke arah yang lebih baik. Tentu saja, keduanya berharap jika Darka akan meninggalkan kesenangannya yang selalu bermain wanita. Nazhan sendiri merasa jika selama ini dirinya sudah terlalu membebaskan Darka. Meskipun Darka adalah seorang lelaki, rasanya masih tak pantas saja jika Darka hidup terlalu bebas tanpa memperhatikan norma yang berlaku. Lebih dari itu, Nazhan sendiri merasa malu jika putranya itu berubah menjadi kumbang yang selalu ke sana ke mari mencari bunga yang segar. Darka hanya mendengkus dan mengangguk malas. Puti pun menatap putranya dan berkata, “Hubungi Tiara dan Sekar, katakan pada mereka jika perjodohan ini akan terus berlanjut. Lalu, jemput keduanya nanti sore. Kita bicarakan acara pertunangan yang akan segera kita langsungkan.”

“Kenapa harus mengajak mereka untuk mendiskusikan pertunangan? Sudahlah, Ma. Buatkan acara kecil-kecilan. Jangan mengundang siapa pun,” ucap Darka seakan-akan sangat malas untuk bertemu dengan Tiara lagi. Lagi pula, jika sampai acara ini dibuat secara besar, Darka malas harus memperkenalkan Tiara sebagai calon istrinya. Tiara tidak memiliki kualifikasi untuk menjadi istrinya dan tidak cantik. Tiara hanya akan membuatnya malu.

Puti menatap tajam putranya. Darka yang mendapatkan tatapan tersebut tentu saja mau tidak mau merinding karenanya.

“Apa kamu tidak ingin fasilitas yang kami blokir kembali? Jika iya, tetaplah seperti itu sampai akhir,” ucap Puti membuat Darka segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tiara.

Sementara itu, Nazhan pun menahan senyum dan memeluk pinggang istrinya dengan lembut. Puti yang melihat apa yang dilakukan oleh Darka tentu saja merasa puas dan memilih untuk segera menghubungi orang yang akan membantunya. “Ah, iya. Aku juga ingin meminta bantuanmu untuk semua urusan acara dari pertunangan, hingga resepsi pernikahan putraku nantinya. Tentu saja, aku ingin menggunakan konsep tradisional yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Tidak perlu mengkhawatirkan mengenai biaya atau bahan yang sulit dicari. Aku dan suamiku akan menyediakan dana yang tentu saja akan mencukupi semua itu. Jika perlu, kami akan memberikan sebuah kartu unlimited yang bisa kamu pergunakan dalam pengurusan semua kebutuhan pernikahan putra kami sampai selesai,” ucap Puti yang jelas membuat Darka yang mendengarnya terkejut. Ayolah, sebenarnya apa yang membuat Puti dan Nazhan melakukan semuanya hingga seperti ini? Itu jelas sangat berlebihan!

***

Aula luas panti asuhan yang semula digunakan untuk tempat makan anak-anak panti sudah disulap dengan indahnya. Kain-kain putih dan merah muda menghiasi sudut-sudut ruangan tersebut. Bunga segar berbagai warna dan jenis juga ditempatkan untuk menjadi penghias dan pengharum ruangan tersebut. Meja-meja makan panjang yang biasanya digunakan untuk tempat makan anak-anak panti, sudah diganti dengan meja bundar yang dibalut kain putih. Para pelayan hilir mudik untuk menyiapkan santapan yang disediakan pada meja prasmanan. Tak lama, Sekar muncul dengan kebaya yang membalut tubuhnya. Ia dan beberapa pengurus panti—yang mengenakan kebaya yang senada dengannya—segera berdiri di depan pintu ruang aula tersebut. Semuanya, bersiap untuk menyambut tamu.

Darka dan kedua orang tuanya memang datang dengan membawa barang-barang yang memang akan menjadi hadiah yang diberikan pada pihak calon mempelai pengantin perempuan. Tanpa banyak basa-basi, rombongan Darka pun masuk ke dalam aula yang memang sudah disulap menjadi aula pesta yang terlihat elegan dan berkelas. Tentu saja, penataan aula tersebut tidak terlepas dari sentuhan Puti. Perempuan satu itu memang ingin pesta pertunangan putranya tetap berkesan, meskipun pesta tersebut memang diadakan secara terbatas, hanya untuk keluarga dan keluarga besar panti asuhan di mana Tiara tumbuh besar.

“Selamat sore semuanya! Selamat datang dalam acara pertunangan antara Darka Prama Al Kharafi dengan Tiara Alvia yang akan segera dilangsungkan. Sebelum acara ini dimulai, alangkah baiknya jika kita mengundang sang calon mempelai wanita untuk hadir ke tengah-tengah kita,” ucap MC. Sekar yang mendengarnya tentu saja memberikan kode pada dua pengurus panti untuk masuk dan membantu Tiara ke luar dari ruangan di mana dirinya berada saat ini.

Tak lama, Tiara muncul dan membuat tamu undangan terpukau. Tiara memang sangat jarang berdandan, bahkan bisa terbilang tidak pernah berdandan sekali pun. Karena itulah, ketika dirinya dirias seperti ini, Tiara terlihat begitu berbeda dengan kecantikan yang terasa lebih menguar dengan jelas dari dirinya. Padahal, Tiara tidak dirias secara full. Puti memang sengaja memberikan instruksi pada perias untuk hanya memberikan riasan dasar. Hal itu dilakukan Puti, karena ia ingin Tiara tampil sempurna dan lebih memukau saat pernikahannya nanti. Bayu dan Sulis yang duduk di belakang Darka, tidak bisa menahan diri untuk ikut terpukau.

Sebelumnya, keduanya memang sudah mendengar perihal diri Tiara dari Darka. Namun yang mereka dengar adalah, Tiara adalah perempuan biasa saja. Jadi, jelas saja keduanya terkejut saat melihat Tiara yang lebih dari kata biasa. Tiara tampak sangat cantik dengan setelah kebaya yang menonjolkan lekuk tubuhnya yang tidak berlebihan. Rambutnya yang hitam legam dan tebal disanggul dengan sedemikian rupa hingga memperlihatkan sedikit bahu dan lehernya yang putih mulus. Bayu pun mencondongkan tubuhnya dan berbisik pada Darka, “Wah, kamu memenangkan jackpot! Calon istrimu sangat cantik. Kamu beruntung mendapatkan calon istri sepertinya.”

Di luar jam kerja, Bayu memang tidak menggunakan bahasa formal saat berbicara dengan Darka. Toh, keduanya memang sudah lama berteman, jadi formalitas hanya digunakan saat dalam pekerjaan saja. Di luar itu, Bayu tidak pernah memasang sikap formal. Darka sendiri tidak keberatan dalam hal tersebut, karena di wkatu kerja Bayu selalu profesional. Karena itulah, selama ini Darka tidak memiliki masalah berarti saat bekerja sama dengan Bayu sebagai seorang atasan. Namun, pujian yang diucapkan oleh Bayu barusan, jujur saja terasa menganggu bagi Darka. Menurut Darka, Tiara tidak cantik. Darka memberikan tatapan tajam pada Tiara yang duduk berseberangan dengannya. Puti dan pihak WO memang mebuat penataan tempat duduk yang dibuat menjadi dua kubu. Tentu saja, setiap keluarga dipisahkan agar acara bisa dilaksanakan dengan nyaman.

Menyadari jika tatapan tajam Darka tidak berada di tempatnya, saat itulah Puti tidak menahan diri untuk mencubit sisi pinggang liat Darka yang memang penuh dengan otot kuat yang sulit untuk dicubit. Namun, cubitan pedas yang diberikan oleh Puti tersebut rupanya sudah cukup dirasakan oleh Darka. Tentu saja, Darka mengerti dengan apa yang diinginkan oleh ibunya itu. Darka pun melembutkan tatapannya, tetapi sama sekali tidak memasang senyum yang diinginkan oleh Puti. Melihat hal itu, Puti menahan diri untuk tidak memukul punggung putranya itu. Setidaknya, ia tidak menatap Tiara seperti musuh.

Maka, acara pertunangan pun dilangsungkan. Setelah bertukar cincin, dan melangsungkan doa bersama. Acara pertunangan itu pun berlangsung dengan lancar. Darka sudah berniat untuk melarikan diri, sebelum Puti menangkap putranya itu dengan mudah dan menyeretnya untuk melakukan foto bersama. Sementara, Sekar dan pembawa acara dengan ramah mengarahkan para tamu yang tidak terlalu banyak tersebut untuk menikmati hidangan yang sudah disediakan. Tentu saja, para pelayan segera bertugas dengan baik.

Darka kini berhadapan dengan Tiara yang tampak tidak menunjukkan jika dirinya gugup karena pertunangan mereka. Namun, Darka terpaku saat menyadari jika Tiara tampak lebih cantik saat dipandang dari dekat. Untuk beberapa detik, Darka kehilangan fokus  dan membuat Puti harus menepuk bahunya, agar putranya itu bisa tersadar. Setelah diarahkan beberapa kali oleh puti dan sang fotografer, maka foto pertunagan Darka Parama Al Kharafi dan Tiara Alvia pun sukses diambil oleh sang fotografer. Puti dan Nazhan, tidak berniat untuk menyimpan kabar bahagia ini untuk mereka saja. Keduanya dengan kompak memposting kabar bahagia tersebut pada akun instagram resmi mereka, lalu memaksa Darka untuk memosting hal yang sama pada akun instagramnya. Karena ketiganya adalah orang-orang terkenal, maka kabar mengenai pertunangan Darka dan Tiara dengan mudah tersebar dalam waktu yang tidak lama.

Tentu saja, kabar itu juga diketahui oleh para wanita yang beberapa hari yang lalu masih berhubungan dengan Darka, bahkan menghabiskan malam yang panas dengannya. Termasuk didengar oleh Vanesa. Wanita yang berprofesi sebagai model tersebut tampak melotot penuh kemarahan pada layar ponsel yang menunjukkan foto di mana Darka dan seorang perempuan yang tak lain adalah Tiara, tengah menunjukkan cincin pertunangan mereka. Lalu, sedetik kemudian Vanesa melemparkan ponselnya itu ke dinding apartemennya hingga ponsel mewah tersebut hancur berkeping-keping.

Vanesa menatap ranjang yang menjadi saksi jika dirinya sudah lebih dari sering menyerahkan tubuhnya pada Darka. Saksi bagaimana mereka menggila saat meraih kepuasan demi kepuasan serta surga dunia mereka. Vanesa menggigit bibir bawahnya untuk menahan tangisnya agar tidak pecah saat itu juga. Ia beranjak untuk duduk di tepi ranjang dan mengeluaran ponsel khusus yang ia gunakan untuk berkomunikasi dengan Darka. Vanesa berusaha untuk menghubungi Darka. Tentu saja, Vanesa ingin mendengar konfirmasi secara langsung dari Darka, dan mengapa Darka sama sekali tidak mengatakan hal ini padanya.

Sayangnya, telepon Vanesa tersebut tidak diangkat oleh Darka. Vanesa tidak menyerah begitu saja, dan kembali mencoba untuk menghbungi Darka. Namun, hal itu terus terulang. Darka mengabaikan teleponnya, bahkan saat Vanesa mencoba terakhir kalinya, Darka dengan kejamnya mematikan ponselnya. Vanesa menjerit dan kembali membanting ponselnya. “Sialan! Jalang itu tidak pantas untuk mendapatkanmu, Darka! Aku, hanya aku yang pantas memilikimu!” jerit Vanesa.

Vanesa terengah-engah setelah menjeritkan isi hatinya. Vania menyisir rambut kemerahannya serta menatap pantulan dirinya pada cermin. “Aku, akan menunjukkan, jika wanita simpanan sepertiku, lebih berkuasa daripada dirinya yang jelas akan menjadi istri sahmu, Darka.”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status