Share

11. Tugas Istri

Tiara tampak menyukai rumah baru yang dihadiahkan oleh mertuanya, berbeda dengan Darka yang tampak jengkel. Kedua orang tuanya tidak mengizinkan Darka dan Tiara tinggal di apartemen atau rumah yang dimiliki Darka, dengan alasan semua tempat itu pernah disinggahi oleh wanita-wanita murahan saat Darka membujang. Puti dan Nahan memilih untuk membelikan sebuah rumah di salah satu perumahan mewah. Darka sendiri cukup tahu mengenai kompleks perumahan ini. Karena pengelola utamanya adalah Theo, saudara dari sang ayah. Darka mengernyitkan keningnya dan bertanya, “Apa Mama dan Papa memiliki investasi atau saham dalam pembangunan perumahan mewah ini?”

Puti balik bertanya, “Memangnya kenapa?”

“Aneh saja. Kenapa Mama dan Papa malah membelikan sebuah rumah seperti ini, alih-alih membuatkan sebuah rumah di salah satu lahan yang kalian miliki,” ucap Darka.

“Karena kalian lebih cocok tinggal di perumahan seperti ini. Kalian pasangan muda, rasanya lebih baik tinggal di tempat yang bisa membuat hubungan rumah tangga kalian lebih berkembang,” jawab Nazhan sembari menunjuk kediaman indah dengan halaman yang cantik hadiahnya untuk sang menantu.

“Ayo lihat rumah baru kalian,” ucap Puti. Nazhan membuka gerbang dan mempersilakan ketiganya masuk. Tiara sendiri sibuk mengamati setiap sudut kediaman yang menurutnya cantik tersebut. Kedatangan mereka rupanya sudah ditunggu oleh empat pelayan yang memang dipekerjakan oleh Puti untuk membantu tugas Tiara mengurus rumah nantinya. Mengetahui hal itu, Tiara pun merasa kaget. Setelah para pelayan menyajika kudapan lezat dan minuman yang sudah mereka persiapkan sebelunya, Tiara tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan apa yang mengganggunya. “Mama tidak perlu menyiapkan orang untuk membantu Tiara seperti ini,” ucap Tiara.

Puti menatap menantunya dan menariknya untuk duduk di sofa sembari menggenggam tangan menantunya yang cantik itu. “Kenapa tidak perlu? Ini malah sangat perlu Mama lakukan. Mama tidak mungkin membiarkanmu sendiri membersihkan dan merawat rumah.” Nazhan yang mendengar hal itu mengangguk setuju. Mereka tidak mungkin membiarkan menantu mereka kelelahan dengan mengurus keperluan rumah tangga. Meskipun rumah yang akan ditinggali oleh Darka dan Puti ini tidak bisa dibandingkan besarnya dengan kediaman Risaldi sendiri, tetapi tetap saja, akan sangat melelahkan bagi Tiara untuk mengurusnya sendiri.

Darka tidak terlibat dalam pembicaraan tersebut dan hanya diam untuk mengamati. Tiara sendiri segera berkata, “Tiara sudah terbiasa mengurus panti dan anak-anak. Meskipun memang akan terasa sulit di awal karena tidak ada yang membantu, tetapi rasanya lebih baik Tiara saja yang mengurus rumah. Maaf, bukannya Tiara menolak kebaikan Mama dan Papa.”

“Jika kamu melakukan hal itu, jelas Mama akan merasa sangat marah,” ucap Puti.

Tiara terkejut. Ia tidak menyangka jika penolakannya bisa membuat ibu mertuanya marah. Nazhan yang melihat hal itu terlihat geli sendiri. Istrinya jsangat keras kepala, dan menantunya yang manis adalah perempuan lembut hatinya hingga sangat mudah untuk dibuat tergerak karena suatu hal. “Tiara, jangan menolak perminta Mama dan Papa ya. Biarkan para pelayan ini membantumu untuk beberapa hari. Jika kamu masih tidak merasa nyaman dengan kehadiran mereka yang membantu tugasmu, kamu bisa mengembalikan mereke ke kediaman utama. Kami tidak akan memaksamu untuk menerima mereka,” ucap Nazhan.

Setelah mendengar hal itu, Tiara pun tidak berkeras untuk memulangkan para pelayan. “Baik, Papa,” ucap Tiara menurut.

Nazhan dan Puti mengangguk puas atas apa yang sudah dikatakan oleh Tiara. Sementara itu, Darka dengan mudah bisa membaca apa yang sudah direncanakan oleh kedua orang tuanya. Namun, Darka memilih berpura-pura tidak mengetahuinya. Ia masih tetap bungkam, hingga kedua orang tuanya bangkit untuk pulang ke kediaman utaman Risaldi yang letaknya memang cukup jauh dari perumahan tersebut. Sebelum melepaskan kedua orang tuanya pergi, Darka bertanya, “Lalu bagaimana dengan barang-barangku, Ma?”

“Tenang. Semuanya sudah ada di kamar kalian. Baik baju hingga perabotan lainnya. Kalian tidak perlu mencemaskan apa pun. Hal yang perlu kalian lakukan adalah hidup dengan baik,” ucap Puti sembari masuk ke dalam mobil.

Sementara itu, Nazhan menutup pintu mobil sebelum menghadap Darka dan Tiara yang berdiri di dekat pintu rumah. “Jaga Tiara dengan baik, Darka. Dan untuk Tiara, Papa titip Darka ya. Jika dia bertingkah tidak-tidak, jangan sungkan untuk menghubungi Papa serta Mama. Kami akan membantumu,” ucap Nazhan.

“Memangnya apa yang akan aku lakukan hingga Papa dan Mama perlu membantunya,” gerutu Darka kesal.

Nazhan mengendikkan bahunya sembari berkata, “Ya siapa yang tau.”

Setelah mengatakan hal itu, Nazhan masuk ke dalam mobil dan meninggalkan kediaman baru outranya begitu saja. Sementara itu, Darka yang melihat hal itu mendengkus dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Tiara. Darka dengan lantang memanggil keempat pelayan yang segera datang memenuhi panggilan sang tuan muda. Beberapa saat kemudian, Darka bertanya pada Tiara, “Apa kau ingin mengembalikan mereka ke kediaman utaman?”

“Iya, tapi itu nanti,” jawab Tiara.

“Kenapa nanti? Kau bisa membuat mereka kembali sekarang juga. Kau tidak berencana hidup nyaman dan membiarkan mereka mengurus suamimu, bukan?” tanya Darka dengan memicingkan matanya.

Perempuan itu menatap Darka tepat pada matanya sebelum berkata, “Kenapa berpikir seperti itu? Di sini, aku yang menjadi istrimu. Jadi, sudah pasti aku yang akan mengurus semua keperluanmu. Jadi, tidak perlu khawatir. Aku akan menjalankan tugasku sebagai istrimu dengan baik.”

Darka yang mendengar hal itu merasakan pelipisnya berkedut dengan hebat. Ia menatap tajam pada Tiara yang tampaknya tidak menyadari jika apa yang dikatakannya barusan terasa cukup mengganggu bagi Darka. Namun, Darka pun mendapatkan ide brilian saat dirinya mengingat apa yang dikatakan oleh Tiara. Darka bersidekap setelah melambaikan tangan memerintahkan para pelayan kembali ke tempat mereka. Kini, hanya tinggal Darka dan Tiara di dalam ruang tamu. Tiara menatap Darka dengan seksama, saat tahu jika pembicaraannya dengan Darka belum selesai. Darka bertanya, “Kau mengatakan akan menjalankan tugasmu sebagai istri dengan baik?”

Tiara mengangguk. “Benar, seperti yang sudah kita sepakati bersama. Aku akan menjalankan tugasku sebagai istri, tanpa menuntut apa pun terhadapmu. Aku harus patuh atas apa yang kamu perintahkan dan tidak membangkang,” ucap Tiara.

“Kalau begitu, aku perintahkan untuk mengembalikan para pelayan itu untuk kembali ke kediaman utama,” putus Darka sama sekali tidak berbasa-basi.

Tiara yang mendengar hal itu mengernyitkan keningnya. “Tapi itu tidak bisa dilakukan sekarang juga,” ucap Tiara agak cemas dengan situasi yang tengah terjadi.

Darka yang mendengar hal itu terlihat semakin tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh Tiara. “Kenapa tidak bisa? Bukankah kau sendiri yang mengatakan apa menjalankan tugasmu sebagai istri dengan baik, dan mematuhi apa yang aku katakan?” tanya Darka mencoba untuk mendesak Tiara.

Darka tentu saja tidak bisa membiarkan para pelayan itu untuk tetap tinggal di sana. Selain karena Darka  tidak mau Tiara mendapatkan kemudahan, Darka juga tidak mau sampai ada mata-mata yang ditempatkan oleh kedua orang tuanya berada di rumah. Karena itu artinya, Darka tidak akan bebas memperlakukan Tiara sesuka hatinya. Para pelayan itu jelas adalah telinga dan mata dari kedua orang tuanya, yang akan melaporkan setiap hal yang Darka lakukan pada Tiara. Membayangkan hal itu saja sudah membuat Darka muak. Jadi, pilihan terbaik bagi Darka untuk menendang mereka semua sebelum terlambat. Meskipun Darka sudah membuat kesepakatan dengan kedua orang tuanya mengenai pernikahan dan kebebasannya, tetapi Darka sendiri sudah mendapatkan firasat jika kedua orang tuanya sama sekali tidak akan melepaskannya begitu saja.

“Karena tadi, Mama dan Papa meminta untuk mempekerjakan para pelayan selama beberapa hari. Jika memang nantinya aku tidak nyaman, aku bisa mengembalikan mereka ke kediaman utama. Jadi, setidaknya kita harus membiarkan mereka untuk tetap bekerja di rumah ini selama beberapa hari,” ucap Tiara.

Tentu saja Tiara bisa melupakan apa yang sudah ia setujui tadi. Ia tidak ingin sampai kedua mertuanya merasa kecewa. Jadi, Tiara harus memberikan pengertian pada Darka dan membuatnya tidak mengusir para pelayan. Jika sampai itu terjadi, selain merasa bersalah karena tidak menepati apa yang sudah ia katakan sebelumnya, Tiara juga akan merasa tidak enak pada para pelayan yang diusir begitu saja. Darka yang mendengar perkataan Tiara pun mendengkus kesal. Darka menatap Tiara dengan tajam dan berkata, “Hanya lima hari. Setelah itu, aku tidak mau lagi melihat mereka. Kau harus memikirkan cara apa pun itu, untuk meyakinkan Papa dan Mama, jika kau tidak perlu bantuan mereka untuk mengurus rumah.”

Darka tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan oleh Tiara. Hal yang terpikirkan oleh Darka adalah segera tidur. Ia merasa lelah, selain itu, Darka tidak bisa pergi ke mana-mana. Selain karena mobilnya belum di kirimkan ke rumah barunya ini, Darka sendiri tahu jika kedua orang tuanya masih mengawasinya dengan ketat. Para pelayan juga masih berada di kediamannya, pasti mereka akan diam-diam melaporkan apa pun yang ia lakukan. Jadi, lebih baik Darka tidur saja. Sementara itu, Tiara rupanya masuk ke dalam dapur dan melihat para pelayan yang ternyata tengah membereskan peralatan serta bahan-bahan makanan di dapur. Tiara tersenyum pada mereka semua dan berkata, “Salam kenal semuanya.”

Keempat pelayan itu berbaris dengan rapi, memberikan hormat sembari berkata, “Salam kenal Nyonya.”

“Apa aku bisa ikut membereskan bahan makanan? Sepertinya, ini juga waktunya untuk memasak makan malam,” ucap Tiara membuat para pelayan ragu dengan jawaban seperti apa yang akan mereka berikan pada Tiara.

“Tapi Nyonya, itu tugas kami,” ucap salah satu dari keempat pelayan tersebut.

“Tidak perlu memanggilku seperti itu. Kalian lebih tua dariku, rasanya tidak nyaman jika kalian memanggilku dengan panggilan yang kalian gunakan. Selain itu, aku rasa memasak untuk suamiku sendiri adalah tugas seorang istri. Jadi tidak perlu merasa canggung. Kalian juga boleh membantuku. Aku pasti membutuhkan kalian yang lebih berpengalaman dalam masalah ini.”

Keramahan Tiara jelas-jelas menyentuh hati para pelayan. Mereka memang sudah mendengar penilaian para pelayan

mengenai karakter Tiara yang sangat ramah. Namun, mereka tidak menyangka jika Tiara bisa seramah ini pada mereka. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama, hingga Tiara dengan mudah mengakrabkan diri dengan para pelayan. Kelimanya memasak dengan canda tawa dan gerakan tangan mereka terlihat begitu terlatih. Saat mereka begitu larut dalam kegiatan memasak dan canda tawa mereka, Darka yang merasa kehausan turun untuk mengambil air di dapur. Darka tadinya malas turun dan ke luar dari kamarnya.

Namun, begitu akan masuk ke dalam dapur, ia menghentikan langkahnya saat mendengar suara tawa Tiara yang begitu jernih. Suara tawa yang membuat sesuatu bangkit di dalam diri Darka. Dalam hati, Darka mengerang. Sepertinya, ia benar-benar gila. Darka pun mengintip, lalu melihat Tiara yang tersenyum lebar dengan tangannya yang bergerak lincah menumis sesuatu. Rasanya, Darka belum pernah melihat Tiara tersenyum selebar itu selama ini. Darka pun mengedarkan pandangannya melalui celah pintu, dan bisa melihat apa yang terjadi di sana. Darka bisa melihat para pelayan terlihat berbicara dengan akrab dengan Tiara. Kening Darkan mengernyit. Ia pun memilih untuk berbalik pergi sembari berkata, “Orang-orang selevel memang selalu berkumpul bersama. Dasar orang rendahan.”

.

.

.

Sayang-sayangku, jangan lupa tinggalin jejak ya

Jangan lupa pula untuk kasih bintang lima, biar Mimi updatenya makin rajinnn

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status