Share

Bab 3

Pintu ia buka dengan pelan-pelan dan melihat keadaan di luar yang ternyata tidak ada siapa pun.

"Hanya perasaanku saja." Saat ia ingin menutup pintu, pintu terbuka begitu saja dan ia terkejut seketika. "Kenapa ini? Pintu berasa ditarik keras, ada orang?" tanyanya dengan gumaman.

"Hm." Tengkuknya terasa dingin, samar-samar ia mendengar bisikan tersebut, saat dia berbalik, tak ada siapa pun, Emely merinding jadinya.

"Apakah hantu? Tapi ... masa hantu ada di sini?"

Emely menggeleng berulangkali, menghapus segala pikiran buruknya atau ia tidak dapat mandi hangat malam ini.

Badannya terasa bersih tak lengket, serta segar dengan pikiran yang rileks. Dirinya berganti pakaian kemudian berbaring di ranjang yang begitu luas, Emely perkirakan, empat orang pun muat dengan bebas untuk bergerak di sini.

"Kamar ini jauh lebih megah daripada kamarku di Red Moon Pack," ucapnya kemudian memejamkan mata secara perlahan. Tapi, bayangan masa lalu kembali menghantuinya ketika mate-nya yang selalu tersenyum sembari memeluknya dengan lembut ketika ia ingin tidur.

Emely merasa sepi, sangat sepi, dia luna yang malang, ketika malam telah tiba, hanya ketakutan dan tangisan yang terdengar dari lirihannya. Namun sekarang, apa yang ia rindukan, terasa begitu nyata dan menghangatkan.

"Kenapa nyata sekali? Dekapannya terasa nyata, dan kuharap, setiap malam selalu seperti ini." Beberapa menit kemudian, ia benar-benar terlelap dalam kungkungan seseorang.

"Tidurlah, aku akan menenangkanmu, mate."

Ketika langit mulai menyingsing, terbukalah mata Emely. Wanita tersebut bangkit begitu saja, walau nyawa masih setengah ketika menuju kamar mandi. "Eungh, tumben tidurku terasa nyenyak, dan semalam ... seseorang mendekapku dengan hangat." Ia menggumam tidak sadar, lalu membasuh wajahnya dengan air kemudian menatap cermin dan melihat pantulan wajahnya begitu dalam. "Hm, kira-kira, siapa yang memelukku?" Masih belum sadar, hingga tertegun beberapa detik dan mulai sedikit bereaksi ketika ia menangkup mukanya.

"Siapa yang memelukku?!" Emely membulatkan mata, tidak mungkin dia bermimpi, semalam kulitnya terasa dingin dan sempat pula ia hampir menangis ketika mengingat mate-nya yang tidak sempat ia lihat ketika mengembuskan napas terakhir, semuanya hanya terkenang ketika dirinya ingin tidur. "Tidak mungkin Zhacari yang memelukku, dia sudah tiada. Dan tidak mungkin pula si pria sombong itu yang masuk dalam kamar, tapi ... kemungkinan pula, iya juga," gumamnya, terus mengacak rambut sendiri ketika sudah pusing memikirkan hal itu.

"Argh, sepertinya aku gila." Ia mengembuskan napas, sebelum membuka bajunya lalu membersihkan diri.

Di tempat lain, Fasha mengetuk pintu kamar Aralt sedari tadi, ia sampai sedikit jengah dengan alphanya yang selalu terlambat bangun. "Aralt, buka pintunya atau Bibi langsung masuk?!" Tak ada balasan sama sekali dan Fasha sudah kehabisan kesabaran karena si putra angkatnya yang begitu pemalas.

Ketika gagang pintu terbuka. "Astaga, Aralt sadar!" Tiba-tiba, di depannya ada pria itu yang masih memejamkan mata dan perlahan-lahan mengedip-ngedipkan mata karena berusaha melawan rasa kantuknya.

"Bibi, sudah jam berapa?"

"Jam 8, dan sekarang mandilah. Mulutmu bau, Nak."

"Tidak masalah bau, Bi, yang penting tetap tampan." Fasha mendengus sebal lalu menyubit lengan alpha tersebut dan membuatnya langsung mengumpulkan nyawa secara sempurna ketika ringisannya terdengar. "Argh, Bi, sakit."

"Akan semakin sakit bila kau semakin bermalas-malasan, ingat ... umurmu sudah 24 tahun, Aralt. Kamu bukan anak kecil atau remaja lagi, tapi kamu sudah dewasa dan ingat pula jika dirimu ini alpha. Bibi tidak mau mendengar satu orang pun yang menjelekkanmu, mengerti?"

"Iyah, Bi. Tenang saja, tidak perlu bawel, nanti cepat tua," balas Aralt.

"Bibi memang sudah tua, dan tinggal menunggu ajal lagi. Tapi, rasanya tidak rela harus membiarkan anak nakal seperti dirimu tak berada dalam pengawasanku, Nak," ujar Fasha. Aralt tidak suka mendengar ucapan Fasha ketika menyinggung masalah kematian, ia tidak ingin kehilangan bibinya, cukup orang tuanya telah pergi jauh dan tak kembali lagi.

"Bi, jangan meninggalkanku."

"Maka dari itu, dewasakan sikapmu agar pikiranku selalu tenang memikirkanmu, Nak, dan Bibi akan selalu ada sampai kamu benar-benar bahagia, dan semoga yang di atas mendengar doaku ini," balas Fasha tersenyum.

"Ketika diriku sudah bahagia, Bibi harus tetap ada. Sekarang pun aku sudah bahagia dengan kehadiran Bibi yang penuh kasih sayang dan selalu sabar menghadapi sikapku yang terkadang masih kanak-kanak," ucapnya, sembari tersenyum dengan gigi rapihnya. Namun Fasha memutar bola matanya malas karena apa yang diucapkan Aralt tidaklah tepat, pria itu selalu, bukan kadang bersifat kanak-kanak.

"Cepat bersihkan dirimu, Bibi tunggu di bawah, sekalian Bibi memanggil Emely pula. Awas, jangan terlambat!" Fasha melototkan matanya, sebagai ancaman dan itu berhasil membuat Aralt terburu-buru menuju kamar mandi. Yah, hanya Fashalah yang membuat sang alpha dapat tunduk, karena pria itu sudah menganggap bibi tersebut adalah ibunya, karena segala perhatian dan kasih sayang tentu dikerahkan oleh Fasha secara tulus, dari Aralt sewaktu kecil sampai sekarang. Sementara orang tuanya, mereka pergi, pergi ke tempat yang jauh dan takkan kembali lagi, karena keduanya telah tiada, yang disebabkan oleh keguguran mereka di medan perang.

Emely telah segar dengan pakaian yang ia pakai, begitu santai dan nyaman, kemudian bermain-main di hadapan cermin sembari memuji kecantikannya. "Aku tidak pernah sadar, jika aku semenawan ini? Tetapi, selama berada di pack Red Moon, tak satu pun pria yang ingin mendekatiku kecuali beta seorang, itu pun karena ingin menjagaku. Hm, kira-kira, kenapa mereka tidak mau yah? Sementara aku begitu cantik, hi hi, huft ... ternyata aku seorang yang narsis pula." Dirinya terkikik sendiri ketika berperan sebagai orang yang begitu percaya diri.

Ketukan pintu di bagian luar, membuatnya menghentikan aktifitas tersebut dan langsung membuka pintu lalu mendapati Fasha yang tersenyum ke arahnya. "Hai anak cantik, turunlah ... kami menunggumu di bawah untuk bergabung sarapan pagi, sekalian berkenalan dengan orang-orang Canavaro," ajak Fasha.

"Terima kasih, Bi." Dengan senang hati ia menerima ajakan tersebut, bukan mengenai makanan, tetapi orang-orang baru yang akan menjadi temannya.

"Aku tak sabar," gumam Emely kemudian menyusul Fasha yang sudah turun tangga.

Tibanya dia di ruang makan, Emely merasakan banyak tatapan yang bingung atas kehadirannya. "Siapa dia?" tanya seseorang yang Emely yakin, dia merupakan beta di pack ini.

"Dia teman baru alpha, beta, namanya Emely."

Emely tersenyum. "Salam kenal, Emely Hazel."

Beta tersebut tersenyum balik. "Reinard."

Emely memandang di sekelilingnya, para omega hanya berdiri menatap para petinggi pack yang ingin memulai acara makannya, jelas berbeda dengan Red Moon Pack, di mana ia menerapkan aturan bahwa omega dapat bergabung makan dengan petinggi mereka, bukan bermaksud untuk merendahkan, Emely hanya tidak enak apalagi jika tahu bahwa para omeganya sedang lapar tapi mereka berusaha setegar mungkin demi menaati aturan, dan ia tidak tega melihat mereka menahan rasa lapar.

"Eum, aku ingin makan bersama omega saja," ucapnya, membuat orang terkejut. Fasha langsung bertanya, "Kenapa, Nak?"

"Tidak apa-apa, Bi. Di pack-ku, para omega juga bergabung saat petinggi makan, kami menghapus perbedaan itu hanya pada saat makan saja, karena ... yah, ini menyangkut keprihatinan," jawabnya.

Reinard langsung menyahut. "Tidak masalah, tapi kau harus menunggu kami selesai untuk makan, karena peraturan di pack-mu tidak perlaku di Canavaro."

"Tentu, aku sabar menunggu," balasnya, kemudian berdiri di samping salah satu omega.

Pemimpin omega tidak tahu siapa Emely dan dari mana ia berasal. Namun, melihatnya pertama kali, dia rasa wanita itu memang baik, apalagi mendengarnya ingin makan bersama mereka. Ini kejadian langka untuk pertama kalinya karena seorang tamu, sudi untuk makan bersama dengan kasta terendah di suatu pack.

Tak lama kemudian, Aralt pun turun kemudian duduk di kursinya. Tatapannya pun mencari seseorang, hingga ia menemukan Emely yang sedang berbicara dengan salah satu omega-nya.

"Emely, kenapa kau di situ? Kau tidak lapar?"

"Maaf alpha, kami sudah mengajaknya tadi, tapi ... dia memilih untuk makan bersama omega, karena di pack-nya memiliki aturan yang aneh, di mana omega dapat bergabung dengan para petinggi ketika makan." Reinard menyambar dengan nada yang tidak suka terhadap Emely, juga sedikit merendahkan serta menertawai peraturan di pack-nya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status