"Pegang yang erat."
"Eum, apakah tidak sakit kalau aku menarik bulumu ini?"
"Tidak, mate." Emely mengangguk mendengarnya kemudian berpegang erat, tak menarik bulu Jason, melainkan memeluk leher serigala tersebut sembari menikmati sisiran bulunya yang hangat.
Sesampainya di Canavaro Pack, Jason memilih masuk ke kamarnya dulu karena tentu dia akan telanjang jika berganti shift di hadapan Emely, sebenarnya tidak masalah juga di depan mate-nya, hanya saja ... dia tidak ingin orang lain menikmati kegagahan tubuhnya selain Emely seorang.
Fasha, dia memeluk Emely dengan erat dan terus bertanya mengenai keadaan wanita tersebut. "Astaga, Nak. Kamu buat Bibi khawatir, dari mana aja? Dan kamu gak apa-apa, kan?"
"Aku baik-baik saja, Bi. Walau sempat diriku ketakutan ketika tersesat di tengah hutan, untunglah Aralt segera datang dengan wujud serigalanya."
Fasha menghela napas lega. "Lain kali tidak usah mencarinya sampai sejauh itu, dia akan kembali, Nak."
"Maafkan aku, Bi. Telah membuatmu khawatir, lain kali takkan seperti ini lagi," balasnya penuh janji dan Fasha mengangguk percaya.
Tak lama kemudian, Aralt pun kembali, menarik mate-nya kemudian mencari luka di sekujur tubuh wanita tersebut yang berakhir dia merasa lega.
"Kenapa sangat berani keluar, hm? Kau ingin membuatku mati?" tanya Aralt.
"Eum, maafkan aku. Aku mencarimu tadi dan tidak sadar masuk terlalu jauh di hutan," jawab Emely. Aralt pun mengerutkan kening, lalu bertanya kembali, "Kenapa kau mencariku? Kenapa tidak menunggu saja?"
Emely terdiam, dia pun tidak tahu untuk apa ia mencari pria ini? Kemungkinan juga dirinya lupa, dan ... kini Emely sadar dengan wajah yang meronanya, bahwa ia sedang merindukan Aralt. Tapi, apakah ia harus mengungkapkannya? Sementara dirinya begitu malu untuk melontarkan kalimat tersebut.
"Mate? Apa yang kau pikirkan? Kau tersenyum sendiri," heran Aralt.
"Maaf, aku pun tidak tahu kenapa bisa mencarimu, tapi a-aku akan jujur, bahwa aku sedikit merindukanmu," jawabnya.
Bukannya senang, Aralt menampilkan raut wajah yang agak sedih. "Sedikit merindukanku? Hanya sedikit? Padahal ... aku jauh merindukanmu setiap malam, agar dapat memelukmu di ranjangku hingga terbitnya fajar, tapi, itu tidak mungkin kulakukan sebelum dirimu benar-benar siap untuk kutandai," ujarnya, membuat Emely agak tidak percaya, serta ia selalu bertanya pada pikirannya, apakah mungkin ia mendapatkan mate lagi?
Untuk membunuh perasaan itu, Emely segera bertanya ke Aralt. "Begini, mate merupakan belahan jiwa yang dimiliki sekali oleh para kaum serigala, yang ingin kupertanyakan, mengapa aku memiliki mate lagi? Padahal sebelumnya, aku telah mendapatkannya."
Aralt langsung patah hati, ia merasa bahwa dirinya telah ditolak oleh Emely. Kenapa dia mempertanyakan itu? Padahal, bukan dirinya yang menentukan akan adanya mate atau tidak.
"Jadi? Apakah aku tidak akan memiliki mate setelah kau menolakku, Emely?" Nadanya berubah drastis, yang ada hanyalah keputusasaan dari lemahnya suara pria tersebut saat bertanya.
Emely pun terpaku, sepertinya ia salah dalam berucap, ia terus berpikir keras bagaimana cara menjawab pertanyaan Aralt. Namun, beberapa detik yang lalu, saking lamanya Emely berpikir membuat Aralt menghela napas berat kemudian meninggalkan wanita tersebut.
"Aralt, kau belum mendengar jawabanku!" teriak Emely, Aralt tak berbalik, ia terus melangkah hingga punggungnya menghilang. Sementara Fasha, wanita itu tak ingin mencampuri urusan mereka, akan tetapi ... mendengar ucapan Emely tadi, telah membuat putra angkatnya terpuruk dan dia harus menjelaskan ini.
"Nak," panggilnya, menepuk bahu Emely dengan pelan, kemudian melanjutkan ucapannya ketika wanita tersebut berbalik, "belahan jiwa hanya terjadi sekali, ketika belahan jiwa kita masih ada. Namun, jika dia telah tiada, Dewi Bulan dapat memutarnya kembali bukan? Dia akan menentukan kepada siapa kita akan berlabuh, dan kepada siapa pula takdir kita berada di hatinya," jelas Fasha, membuka pikiran Emely lebih luas lagi hingga membuatnya menyesal telah mengatakan itu.
"Terima kasih, Bi. Aku akan mengejarnya."
Fasha memandang lirih kepergian Emely, semoga saja dia dapat membujuk Aralt, karena hati pria itu tidak mudah untuk luluh.
Emely mencari keberadaan pria tersebut, dirinya mengetuk pintu kamar Aralt berulangkali dan tak mendapat jawaban dari dalam. Ia memutuskan memutar gagang pintu dan bersyukur ketika pintunya terbuka. Yah, Aralt berada di kamar tersebut dan pandangannya begitu kosong mengarah depan cermin. Rasa bersalah pun kian menghantui batin Emely yang semakin menjadi, dengan pelan ia menghampiri pria itu, lalu duduk di sampingnya.
"Maaf, perkataanku begitu keterlaluan, aku tak berhak mengatakannya bahwa belahan jiwa hanya terjadi dalam sekali. Aku bingung, heran, sekaligus takut, karena belahan jiwaku telah tiada, ia pun tiada dan aku tak berada di sampingnya, menyedihkan bukan? Waktu itu, aku sedang keluar bersama sang beta karena ingin belajar berburu, sementara mate-ku terkapar sakit di pack, aku pasangan yang bodoh dan dirimu tak pantas mendapatkanku karena kesalahan itu. Tak ada niat untuk menolakmu Aralt, kau sempurna dengan segala hal yang ada, wajah tampan dan tahta kau miliki, sementara aku? Aku bisa dibilang seorang manusia yang tak memiliki kemampuan selain berlari, meminta tolong, dan berteriak." Emely mengingat semua tingkah buruk dan kekeraskepalaannya sewaktu dia ingin belajar berburu, padahal mate-nya sedang tidak sehat dan ingin ia berada di sampingnya. Ketika dirinya telah pulang, barulah ia mendapatkan kabar tersebut bahwa sang alpha di red moon pack telah mengembuskan napas terakhirnya.
Aralt tetap diam, mendengar segala keluh kesah dan kesedihan Emely. Tapi, itu tak berdampak padanya, karena ia sedang merenungi nasibnya yang tidak mungkin mendapatkan mate.
"Aralt, tolong ... berbicaralah, aku sangat menyesal dan bersalah kepadamu, aku meminta maaf, dan aku pun ingin bersamamu jika aku benar-benar mate-mu, aku hanya, hanya trauma pada masa laluku," lirihnya di akhir kalimat, berharap Aralt akan membalas, tapi sepertinya, tak ada tanda-tanda lagi sehingga membuat Emely sadar betapa menjengkelkannya ia ketika pria itu menanti jawaban atas pertanyaannya tadi.
Emely tak menyerah, ia mengguncang tubuh Aralt. Pria itu pun tak bergeming, ia tetap diam dengan pandangannya yang kosong, hingga Emely hampir menyerah dan hanya memiliki satu cara saja, yaitu ... mengecup bibir pria itu dengan lembut, lalu mengalungkan tangannya di leher Aralt.
Cara yang dilakukan oleh Emely benar-benar berhasil, tangan Aralt bergerak dan menarik tengkuk wanita tersebut untuk memperdalam kecupannya, serta bibir mereka yang saling berpagutan. Emely tersenyum, ia menikmati cumbuan dari Aralt, terlebih lagi pria itu mengangkatnya dan membuatnya berbaring di ranjang, dengan dia yang sedang berada di atasnya.
Terlarut dalam kemesraan, membuat Aralt membuka pakaian atasnya dan menampilkan otot yang siap diraba oleh Emely. Otot keras yang terdiri dari enam itu, sedang tersusun rapi agar membuat Emely semakin bergairah untuk menerima beberapa cumbuan maut dari bibirnya.
Penandaan belum siap melandas dikarenakan Aralt akan benar-benar melakukannya ketika Emely telah jatuh hati padanya di saat ia wanita itu sangat yakin, bukan di saat dia merasa bersalah, karena kemungkinan ... pikiran Emely berubah pada suatu saat nanti.
Aralt pun melepas cumbuannya, napas mereka saling menyapa dan senyum dari keduanya saling menerbit kemudian menimbulkan kekehan kecil dari mulut Emely. "Sudah tenang, serigala buas?"
Aralt mengangguk, lalu mengecup bibir Emely sekali lagi, kemudian berbaring di sampingnya.
Jika Aralt yang menindih Emely tadi, maka sekarang, terbaliklah posisi tersebut, karena Emelylah yang menindih Aralt saat ini. Pria tersebut terkejut dengan apa yang ingin dilakukan oleh mate-nya.
"Ternyata tetap keras, bagaimana bisa dirimu memperoleh tubuh seindah ini, Aralt?" tanyanya, kemudian kembali berbaring di samping pria itu, sembari meraba-raba sedikit perut Aralt.
"Tentunya melatih otot tubuhku dengan berolahraga," jawab Aralt.
Tak sengaja, Emely melihat ada luka di lengan kanan mate-nya, dan ia baru menyadari ini. "Luka ini lumayan panjang sayatannya, apa penyebabnya?"
"Aku pernah bertarung melawan iblis, dan pedang terkutuknya melukai lenganku, dan luka ini tak dapat disembuhkan."
"Ke mana iblis itu?"
"Telah tiada, dia berhasil melukaiku di saat terakhirnya, itu pun dibantu oleh seorang penyihir jahat untuk menggerakkan pedang iblis tersebut ke tangannya," jawab Aralt.
Iblis dalam dunia immortal, sering disebut demon, kekuatan mereka sangat besar dan beruntung Aralt dapat mengalahkannya ketika musuh tersebut sedang lengah karena menyombongkan diri."Kenapa kalian bisa bertarung?""Aku sedang berburu, dan dia menginginkan buruanku, tentu aku tidak mau, kebetulan pula dia bersama dengan temannya yang merupakan penyihir dan aku pun beruntung jika Reinard pun menemaniku di saat itu, lalu ... terjadilah sebuah pertengkaran yang hampir berakibat fatal pada diriku dan juga Reinard," jawab Aralt.Emely pun mengangguk, tangannya yang masih setia meraba perut Aralt, kini beralih ke dagu pria tersebut sembari mengusap-usapnya. "Hm, di dagumu ada sedikit rambut, ini menggelikan, tapi aku suka," kikiknya kemudian. Aralt terkekeh pelan, memejamkan mata sambil menikmati usapan mate-nya yang sangat lembut."Aralt, aku ingin tidur bersamamu," ucap Emely. Mata Aral
"Baiklah, cukup pembicaraannya Alpha Aralt dan King Sean. Silakan duduk."Setelah keduanya duduk. Hadley pun mengumumkan, "Kerja sama antara kedua pack dengan wilyah red blood dari kerajaan vampire, telah diresmikan."Berbagai jamuan telah disiapkan secara khusus, terutama kepada King Hadley bersama anggotanya yang disediakan darah sebagai pelega mereka."Bagaimana King Sean?""Terima kasih, Alpha Hadley, darah ini sangat segar, kami menyukainya," jawab pria itu, menjilat sisa-sisa darah yang masih melekat pada bibirnya. Reinard yang melihat moment tersebut, berusaha menahan kerutan dari keningnya agar kaum mereka tidak tersinggung.Berbicara mengenai perbincangan mereka, semuanya membahas mengenai belahan jiwa, tentu Aralt hanya terkekeh saja apalagi mengingat mate-nya yang begitu menggemaskan di pack."Bagaimana dengan Anda Alpha Aralt? Anda sudah menemukan
"Eum, kenapa mereka terus melihatku?""Kau tak sadar jika pakaianmu mengundang tatapan mereka yang siap menjelajahi keseksianmu sayang, lain kali, tidak usah memakai pakaian Bibi Fasha karena aku sendiri yang akan membelikanmu pakaian dan memasanginya.""Hei, enak saja. Lakukan jika kau ingin sesuatu yang buruk terjadi.""Sesuatu yang buruk? Ayolah sayang, jangan terlalu jahat kepada pria tampanmu ini, karena aku tak ingin tahu bahwa dirimu harus ke istana sekarang dan mengganti pakaian, mengerti?""Aralt, aku nyaman dengan pakaian ini, aku bebas bergerak dan selalu merasa dingin," balas Emely."Pakai saja jika kau berada di kamarku, tapi untuk keluar, aku jelas melarangmu sayang.""Ish, pokoknya tidak mau!""Harus, kalau tidak maka aku akan mengganti pakaianmu langsung, mau?""Tentu tidak.""Maka dari itu, menurutlah."
Di sisi lain, Emely menemui mate-nya yang sedang berbicara dengan Reinard di taman pack, mereka nampak santai dengan minuman hangat yang menemani percakapan kedua pria itu.Kehadiran Emely disadari oleh sang beta, lalu mengode sang alpha untuk melihat, siapa di belakangnya."Emely?""Eum, aku hanya ingin memberitahu, bahwa omega yang baru tiba itu ternyata mengasyikkan juga, aku baru saja berbincang dengannya, serta membantunya membereskan beberapa piring yang telah dicuci," jawab Emely, mengutarakan kesan pengalamannya terhadap Aralt."Sayang, bukannya aku melarangmu, akan tetapi ... biarkan mereka yang bekerja, jika seperti ini terus, kau sama saja dengan seorang omega, lebih baik dirimu selalu berada di sampingku, bagaimana?" tawar Aralt tapi Emely menolak permintaan pasangannya karena Emely rasa, perkataan Aralt sungguh berlebihan."Tidak, kau selalu menggodaku, jadi ... aku
"Apa maksudmu? Asupan vitamin apa?"Emely melototkan matanya, kemudian menggerutu pelan, "Ish ... tentu dengan para warrior yang latihan, menunjukkan otot tubuh mereka yang benar-benar menawan, dan aw, sangat seksi, jadi setiap hari aku tak boleh melewatkan sesi latihan ini," ujarnya kemudian tersenyam senyum, membuat Aralt melongo juga semakin cemburu karena wanitanya tergoda oleh para warrior yang sedang latihan."Mate, kau membuatku cemburu!""Kenapa harus cemburu, kan aku hanya melihat mereka tanpa berkeinginan untuk menyentuh otot-otot yang perkasa itu, kecuali kau mengizinkanku untuk menyentuhnya dan aku akan sangat berterima kasih Araltku sayang," balas Emely sembari menyentuh rahang mate-nya dengan lembut."Baiklah, sayangku. Aku takkan menahannya lagi, sekarang kita ke istana, dan kalian semua!" Tunjuknya kepada warrior. "Aku harus mengurusi mate-ku terlebih dahulu, baru ka
"Kalau begitu, sampai jumpa Fall, aku ingin kembali ke mate-ku, nikmati malammu dengan pandangan yang begitu menakjubkan di sana," pamit Emely, meninggalkan Fall yang memutar bola matanya, dan tidak peduli dengan perkataan wanita itu.Aralt memandang Emely yang kini duduk di samping dan bersandar di bahunya. "Dari mana?""Menghampiri Fall, ternyata dia menonton juga di tempat ini.""Fall?""Yah, omega yang bekerja di sini."Wanita itu menjadi perbincangannya bersama Reinard di siang tadi dan ia harus mempercayai perkataan betanya dengan cara, tidak mendekatkan Emely dengan Fall, beserta dirinya yang akan bertanya langsung ke omega itu, apakah dia benar-benar menyukai dirinya atau tidak.Latihan warrior pun telah selesai, beberapa omega lainnya dipanggil oleh Aralt untuk menemani Emely sampai di istana, karena ia ada sesuatu yang harus diselesaikan, sesuai perkata
Tak lama kemudian, Emely pun menyusul dengan memakai pakaian Fasha sembari menunggu mate-nya yang sedang mandi. Aralt pun selesai dan mendapati Emely yang sedang menatap arah luar melalui jendela kamar, ia memeluk mate-nya kemudian bertanya, "Apa yang kau perhatikan di luar sana?""Hanya memandangi orang-orang yang tengah bekerja, rasanya damai sekali di sini dan membuatku dengan pack-ku yang dulu. Oh iya, aku ingin kembali ke sana, menyampaikan hal ini kepara Glourius karena aku telah mendapatkan kebahagiaanku," jawabnya membuat Aralt mengerutkan kening dan sedikit takut jika mate-nya ini ingin pergi."Benarkah kau ingin kembali ke sana?""Benar, Aralt. Aku mendapatkan kebahagiaanku, dan aku telah berjanji pula dengan Glourius jika aku akan kembali," jawabnya lagi."Siapa itu Glourious?""Dia alpha di red moon pack yang sebelumnya seorang beta karena telah kuangkat
"Glourius, terima kasih telah mengurus pack ini, aku akan tinggal dalam beberapa waktu lama. Namun, aku pun harus kembali pula di sana, karena diriku telah memiliki mate, jadi ... otomatis aku selalu mengikutinya pula.""Saya mengerti, Luna. Namun, jika luna tak memercayakan pack ini kepada saya, saya tidak akan pernah tahu bahwa saya biss mencapai hal ini, terima kasih, terima kasih banyak," balas Glourius menunduk hormat."Sama-sama, Glourius."Glourious atau pun Glourius tentu berbeda, tapi, Glourious memilih yang simple saja jadi dirinya menyuruh orang-orang untuk memanggilnya dengan nama kedua, dan lunanya pun seperti itu, karena dialah yang merekomendasikan nama Glourius, dan satu hal yang ingin ia katakan. Saya suka nama itu.Memandang Emely, Glourius sedikit terpana dengan kecantikan lunanya yang begitu natural, apalagi dengan pakaian yang ia pakai sekarang, menampakkan kemolekan t