Share

Bab 11

Di sisi lain, Emely menemui mate-nya yang sedang berbicara dengan Reinard di taman pack, mereka nampak santai dengan minuman hangat yang menemani percakapan kedua pria itu.

Kehadiran Emely disadari oleh sang beta, lalu mengode sang alpha untuk melihat, siapa di belakangnya.

"Emely?"

"Eum, aku hanya ingin memberitahu, bahwa omega yang baru tiba itu ternyata mengasyikkan juga, aku baru saja berbincang dengannya, serta membantunya membereskan beberapa piring yang telah dicuci," jawab Emely, mengutarakan kesan pengalamannya terhadap Aralt.

"Sayang, bukannya aku melarangmu, akan tetapi ... biarkan mereka yang bekerja, jika seperti ini terus, kau sama saja dengan seorang omega, lebih baik dirimu selalu berada di sampingku, bagaimana?" tawar Aralt tapi Emely menolak permintaan pasangannya karena Emely rasa, perkataan Aralt sungguh berlebihan.

"Tidak, kau selalu menggodaku, jadi ... aku lebih baik berbaur dengan para omega karena mereka juga menyenangkan, dan sekarang aku ingin ke lapangan untuk menonton para warrior yang sedang berlatih," girangnya. Baru saja Aralt ingin berkata, tapi Emely telah berbicara lebih dulu, "Aku ingin menonton sendiri, berbicaralah dengan Reinard, dia pria yang kesepian." Setelah itu, Emely pergi dengan suara tawanya yang bergema, membuat Aralt pun ikut menertawai sahabatnya. Namun, deheman dari Reinard sungguh mengerikan sehingga membuat Aralt langsung ikut berdehem juga sebagai penetralan suara agar tidak tertawa lagi.

"Kuakui jika Emely menjadi menyebalkan sekarang. Juga, kuperingatkan untuk menjauhkan mate-mu kepada Fall, karena gadis itu juga menyukaimu, mengerti Aralt? Dan kuharap kau tidak menganggap remeh persoalan ini, karena menyangkut perasaan seseorang," ujar Reinard. Aralt pun berpikir, kemudian berdecak. "Aku tak menyukainya, tinggal mengucapkan hal itu saja, cukup membuat si omega itu berhenti menyukaiku, karena jika dia ingin mengisi hatiku? Tak ada ruang untuknya, jika ada, aku pun langsung mengusirnya, inilah yang dimaksud ucapan biasa tapi menyakitkan, bukan?"

Reinard tersenyum, lebih tepatnya menyeringai sekarang karena ia menyadari kehadiran seseorang. "Ups, ada yang menguping."

Orang yang menguping di balik tembok, segera keluar sembari berdecak. "Ish, kenapa kau bisa tahu?" tanya Emely.

"Kau pikirkan saja bagaimana aku bisa mendengar gerakanmu di sana, lain kali, usahakan untuk meredam beberapa gerakan agar tidak seceroboh itu, paham? Kau penguping yang buruk," jawab Reinard.

"Reinard, kau mengesalkan!" Emely langsung pergi setelah ia meledek pria tersebut. Reinard mengembuskan napas, menatap Aralt sedalam-dalamnya lalu berkata, "Aku akan merinding jika memiliki mate sepertinya."

"Memangnya kau akan punya?"

"Sialan!"

"Ha ha, jangan terlalu serius menjadi orang. Bisa-bisa mate-mu langsung me-reject dirimu sebelum kau mendekatinya, paham betaku sayang?" goda Aralt dan mata Reinard langsung bergerak secara sendiri yang artinya dia begitu aneh mendengarnya alpha-nya ketika bercanda.

"Lucu sekali, dan kau tak pantas menampakkan wajah jelekmu itu, Alpha."

"Humormu terlalu tinggi, Reinard. Dasar pria payah."

"Selera humormu yang kerendahan."

Keduanya saling memusuhkan pandangan. Namun detik kemudian, Reinard langsung menyahut, seiring Aralt pun berkata, "Ck, kekanakkan."

Menuju tempat latihan warrior, Emely memikirkan perkataan Reinard yang mengatakan bahwa Fall menyukai mate-nya. Dan, Aralt tak boleh menganggap remeh akan hal ini, karena si omega itu melibatkan perasaan-kata Reinard-mengetahui hal itu, Emely pun setuju, bahkan setitik perasaan akan berdampak besar untuk seseorang agar dapat melakukan atau merencanakan sesuatu; baik atau jahatnya, tergantung dari seberapa kuat perasaan itu mempengaruhi.

"Heuft, akankah terjadi peperangan cinta antara diriku dengan Fall? Kemungkinan terjadi, tapi ... aku akan berusaha agar dia berhenti sebelum memulai, apa pun caranya, karena tak selamanya calon korban yang akan direbut miliknya, selalu kalah, karena ketika ada perlawanan, maka kita belum tahu bahwa siapa yang akan menjadi pemenangnya," ujar Emely dengan yakin.

Sampai di lapangan pertarungan, inilah yang paling Emely suka, menatap banyaknya vitamin di tempat latihan tersebut ketika para warrior mempertontonkan otot tubuh mereka yang benar-benar indah di matanya, sampai-sampai Emely tak pernah absen setiap hari hanya untuk menikmati pemandangan tersebut.

Pedang demi pedang diayunkan, otot tangan semakin nampak disertai urat-urat yang menonjol, membuat para penonton wanita semakin semangat karena terbakar oleh gelora vitamin di depan mata.

"Hm, aku jadi ingat ketika Aralt mengajariku bermain pedang," gumamnya, sembari tersenyam senyum ketika mengingat kejadian itu, dan kini ... ia ingin berlatih lagi rasanya, sehingga ia berjalan menuju lapangan.

Para warrior yang melihat kedatangan calon luna alpha, langsung menghentikan latihan secara serempak, lalu menunduk secara kompak kemudian menunggu apa yang ingin disampaikan oleh Emely.

"Eum, maaf mengganggu latihan kalian, aku hanya ingin ikut, boleh?"

Para warrior saling memandang, mereka pun mengangguk. "Tentu, Nona. Silakan."

Dengan senang, Emely pun mengambil pedang kemudian mengayunkannya secara perlahan.

"Apakah gerakanku sudah benar?"

"Eum, kurang tepat Nona, dan sedikit agak kaku. Coba Nona Emely rilekskan diri, kemudian ayunkan dengan pelan, jangan terlalu memusatkan pikiran agar terlihat sempurna," jawab salah satu warrior yang membuat Emely semakin semangat untuk latihan.

"Terima kasih."

"Tentu, Nona."

Omega yang melihat itu, segera melapor ke Aralt bahwa mate-nya sedang latihan di lapangan, karena ia pun tidak yakin jika calon luna telah meminta izin kepada sang alpha. Bukan apanya, para rakyat pun takut dan khawatir, jika Emely melukai tangannya sendiri, dan tak sedikit orang melontarkan ujaran buruk ke para warrior yang hanya melihat saja tanpa mengkhawatirkan Emely yang bisa terluka.

"Ada apa?" tanya Aralt ketika salah satu omega datang melapor kepadanya.

"Alpha, Nona Emely sedang latihan di lapangan serta memegang sebuah pedang dan mengayunkannya di sana, kami khawatir jika Nona melukai dirinya sendiri."

"Siapa yang mengizinkannya?!" bentak Aralt.

"Nona Emely sendiri yang ke sana, Alpha. Dan para warrior hanya melihat dan menuntun Nona dengan ucapan mereka."

Aralt benar-benar marah sekarang, ia langsung menuju tempat pelatihan warrior dan melihat mate-nya yang begitu senang memainkan pedang tanpa sadar jika benda itu kapan saja bisa melukainya ketika ia bermain-main.

"Apakah gerakanku sudah lebih baik dari sebelumnya?" tanya Emely. Para warrior tak ada yang menjawab. Emely pun heran dengan mereka yang tiba-tiba terlihat ketakutan dan menunduk pelan.

"Lebih baik jika kau tak bermain dengan pedang ini, Emely Hazel!"

Bentakan dari Aralt membuat Emely terkesiap, refleks ia melepaskan pedang tersebut dan hampir mengenai kakinya. "Heuft, untunglah," ucapnya, mengusap dada. Kemudian menatap mate-nya yang juga menatapnya dengan dalam dan tampak mengintimidasi.

"Siapa yang mengizinkanmu, hm?"

"Tak ada, aku hanya ingin berlatih dan ayunan pedangku pun semakin membaik, jadi ... kau tak perlu khawatir alphaku sayang, bukan apanya, mereka pun melatihku dengan baik, persoalan hati-hati, tentu aku pikirkan karena aku pun tak mau terluka oleh tajamnya pedang itu, dan kau pun harus tahu, bahwa aku bukan anak kecil lagi yang harus dipantau bahkan diawasi," ujarnya panjang lebar, seakan menjawab kedatangan Aralt yang ingin memarahi wanita tersebut. Namun, Emely sudah tahu resiko ini sebelum dia ke lapangan.

"Kalian, kenapa hanya melihatnya saja? Bagaimana jika pe-"

"Usstt, mereka akan serba salah jika mereka menyentuhku dan kau pun pasti marah-marah terus mengatakan; jangan menyentuh mate-ku! Setelah itu kau pun akan mengatakan kepadaku bahwa; jangan pernah mendekati atau didekati oleh pria lain, karena aku tidak suka!" potong Emely, mempraktekan segala kekesalan Aralt ketika dirinya melakukan kesalahan yang membuat pria itu cemburu, jadi ... sebisa mungkin, dirinya harus menyelamatkan para warrior tampan untuk tidak dimarahi.

Aralt diam, ia merasa kesal dan serba salah, bahkan bingung sendiri bagaimana caranya agar memarahi mereka karena perkataan Emely memang benar.

"Mate, dengarkan aku."

"Aku mendengarkanmu, karena aku punya telinga," sebal Emely.

"Kenapa dirimu yang marah? Seharusnya aku!"

"Aku yang harus marah, kau mengganggu kegiatanku untuk berlatih bersama mereka, apalagi setiap hari aku tidak boleh mengabsen atau diriku melewatkan asupan vitamin yang memanjakan mata," balas Emely yang tidak dimengerti oleh Aralt tentang asupan vitamin yang memanjakan matanya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status