Begitu mudahnya orang kecewa karena harapan tak tercapai dan kepercayaan yang dikhianati. Tapi selalu saja mereka menjebak diri di pola yang sama
"Pagi."
Kening Eva mengernyit, memastikan pengelihatannya saat ini. Tekstur wajah Saga terlalu nyata untuk disebut sebagai 'sisa mimpi semalam'.
"Apa apa? Kamu melihatku seperti sedang melihat hantu." Senyum Saga mengembang menimbulkan rasa gelisah. Lelaki itu sudah berpakaian dan wajahnya sudah tampak segar.
"Kenapa kamu masih di sini?"
"Apa seharusnya aku nggak di sini?"
"Ini diluar kebiasaanmu. Aku nggak pernah melihat kamu setiap bangun, meskipun kita tidur di kamarmu."
Lelaki itu tersenyum lagi, seolah harinya dipastikan akan penuh keberuntungan. "Kalau begitu, mulai sekarang aku akan menunggumu bangun sebelum pergi lagi."
"Kamu membuat ucapanmu terdengar seperti janji." Eva tersenyum mencemooh.
"Kamu bisa menganggapnya seb
Seseorang bersikap baik bukan karena kamu atau dia memang baik, itulah yang harus dilakukan agar terlihat baik-baikPada akhirnya, Saga putuskan untuk mengejar Erina. Dengan kondisi seperti itu, bahaya jika Erina berkeliaran di luar tanpa pendamping. Sementara di rumah,
Seseorang bersikap baik bukan karena kamu atau dia memang baik, itulah yang harus dilakukan agar terlihat baik-baikPada akhirnya, Saga putuskan untuk mengejar Erina. Dengan kondisi seperti itu, bahaya jika Erina berkeliaran di luar tanpa pendamping. Sementara di rumah,
Selalu ada karena disetiap mengapa, meski kita tidak harus menjawabnyaEva melirik sekitar sekilas, telinganya bisa mendengar orang-orang di sekitarnya kasak kusuk membicarakan dirinya dan orang yang sedang duduk di hadapannya yang tak lain adalah Mira.“Sebentar lagi mungkin akan keluar gosip kalau skandal kemarin adalah settingan.” Ujar Mira.Eva mengangkat bahu tak acuh. “Peran penonton memang hanya untuk selalu ingin tahu dan menebak-nebak jalan cerita.” Dengan percaya diri Eva melepas kaca mata hitamnya, membuat wajahnya terlihat makin jelas. “Bukankah itu tujuanmu mengajakku bertemu di tempat seperti ini?”Tidak ada yang tahu pertemuan ini. Ketika Mira menghubunginya dengan nomor baru dan mengajak bertemu, Eva langsung menyanggupi. Eva tidak peduli jika setelah ini muncul kehebohan baru, biar saja Prita makin membencinya.Prita dan Lala tetap akan tahu pertemuan ini jika gosi
'Bagaimana bisa' adalah sebuah pertanyaan yang tidak berlaku untuk takdirSuara gelak tawa Mira dari ruang tengah sangat menganggu Lala. Baru sehari tinggal di rumah Eva, lagak Mira sudah seperti nyonya. Hari berikutnya tingkahnya makin menjadi-jadi. Meski sudah diberitahu Mira tidak boleh menyuruh-nyuruh Bi Emi, Mira sesekali masih meminta Bi Emi melakukan sesuatu untuknya dan berujung Bi Emi dimarahi L
'Bagaimana bisa' adalah sebuah pertanyaan yang tidak berlaku untuk takdirSuara gelak tawa Mira dari ruang tengah sangat menganggu Lala. Baru sehari tinggal di rumah Eva, lagak Mira sudah seperti nyonya. Hari berikutnya tingkahnya makin menjadi-jadi. Meski sudah diberitahu Mira tidak boleh menyuruh-nyuruh Bi Emi, Mira sesekali masih meminta Bi Emi melakukan sesuatu untuknya dan berujung Bi Emi dimarahi Lala karena tidak berani menolak Mira.
JTidak apa-apa sakit, nanti sembuhEva tidak membutuhkan bikini karena ia memang tidak pernah berniat ke Bali. Ia hanya sekedar mengatakannya agar orang lain tidak banyak tanya. Sebelum pergi, E
Jodoh tidak kemana. Kita lah yang enggan mengakui dia ada di dekat kita“Bapak nggak yakin membiarkan kamu melakukan ini, Va.”“Nggak apa-apa, Pak. Aku sangat jago naik motor.” Eva sudah bersiap di atas motor matic Pak Umar dengan helm berlogo merek motornya.
Jika hidup berjalan sesuai rencana, itu bukan hidup namanyaSeminggu kemudian Eva kembali ke kehidupan aslinya, menjadi Evaria Dona. Mungkin inilah mengapa seseorang perlu menepi, sejenak mengasingkan diri dari rutinitas yang menuntut dihadiri, sebagai pengingat bahwa kita selalu punya pilihan antara memaksa bertahan atau berhenti karena sudah tak nyaman.