SUASANA KIAN MENCEKAMKarenina tiba di kediaman suaminya, Pak Bahri. Rumah megah berwarna biru muda dan putih nampak indah luar biasa.Rumah besar dengan menampikan kesan terbuka karena terbuat dari beberapa jendela panjang menjuntai mulai dari ruang tamu hingga dapur. Halaman luas dengan tanaman bunga melati menambah asri, ada beberapa kursi yang bertebaran ditaman itu lengkap dengan lampu redup yang terkesan romantis. Hari hampr senja ketika mereka tiba.Pak Bahri memebimbing Karenina masuk ke dalam rumah. Dengan hati hati Pak Bahri memapah lengan Karenina yang sibuk membawa tas berisi pakaian.“Masuklah sayang, rumah ini rumahmu.”Pak Bahri membuka pintu kamar sambil mengucapkan salam.Saat lengannya menyentuh gagang pintu, ia terkejut karena ternyata pintu rumah telah terkunci. Tidak biasanya pintu rumah di kunci pada sore hari begini.Pak Bahri menghubungi telephon rumah. Tiga kali dering akhirn
Aku akan terus menakutimuSampai kamu tahu bahwa aku ada di sampingmuKamu tak bisa melihat keberadaankuTapi aku melihatmuKamu nyata di depankuAku bisa saja merobohkan dinding ini dan menghancurkan tubuh kalian berdua hingga hancur lebur.Tapi untuk apa ?Kalian harus merasakan sakit yang sama.. Seperti aku..Kepedihan yang samaSeperti juga aku...Suara itu muncul begitu saja, menakuti semua insan yang mendengar lengkingannya. Rosdiana menjadi hantu penasaran karena tidak puas pada kenyataan hidup yang ia terima. Itu sebabnya ia terus mengganggu setiap orang yang berada di rumah itu. Ia tidak ingin ada yang bahagia di rumah itu. Semua orang harus menderita seperti derita yang ia sandang.
BERKUNJUNG KE RUMAH ABAHRumah Pak Bahri dengan abahnya tidak begitu jauh, mereka tinggal di kecamatan yang sama. Pak Bahri mengajak Karenina berkunjung kesana, Karenina memang wanita yang sangat cantik, hidungnya mancung, rambutnya pirang, dan berombak.Kali ini Karenina menggunakan atasan lengan panjang berwarna oranye dan bawahan lebar sebatas lutut berwarna hitam. Rambutnya ia biarkan tergerai dengan bandana berwarna hitam berhias berlian. Bandana itu hadiah dari Pak Bahri suaminya. Hadiah pertama yang ia terima sebelum mereka menikah.Karenina keluar kamar menuju ruang makan tempat Pak Bahri menunggu. Pak Bahri mendongakkan kepalanya melihat Karenina.Sesaat ia tertegun. Makhluk di depannya cantik nian. Tak salah bila membuat dirinya jatuh cinta.“Kak...” Sapa Karenina pada suaminya Pak Bahri terhenyak mendengar panggilan itu.“Iya sayang.”“Kita jadi ke rumah abah ?”“Jadi dong tapi makan dulu.”
“Assalamualaikum Abah.” Sapa Pak Bahri saat melihat orang tuanya muncul dari dalam rumah. Lelaki tua nan bijak itu mempersilahkan Pak Bahri masuk ke dalam rumah."Pian dari mana saja, dari tadi kami mengetuk pintu kada pian buka i.. ""Di belakang " Hanya itu jawaban abah kemudian kembali ke dalam."Mamah kemana? " Tanya Pak Bahri lagi."Ada di belakang... " Jawaban abah setengah berteriak.Hingga kurang lebih lima belas menit kemudian abah datang dengan membawa beberapa gelas air mineral dan menyuguhkannya pada Pak Bahri juga Karenina.Sesosok wanita keluar dengan gamis lebar dan kerudung khas perempuan Banjar yang telah berangkat menunaikan ibadah haji."Dengan siapa kamu? "Tanya Mamah."Dengan Karenina, Mah. " Wanita itu mengurungkan niatnya untuk duduk dan memilih tetap di tempatnya. Ia menatap Karenina dengan tatapa
Sepulang dari rumah abahnya Pak Bahri mulai mempersiapkan semua berkas yang dibutuhkan. Terkadang Karenina mengajaknya bercanda, sungguh luar biasa indah saat kesepian melanda ada seseorang yang dicintai membawa tawa. Saat kesepian melanda sungguh seseorang butuh teman bukan hanya sekedar tentang sex saja namun lebih dari itu.Dan hal itulh yang kini dirasakan oleh Pak Bahri sejak kehadiran Karenina membersamai di sisinya.Bagi Pak Bahri Karenina adalah segalanya, penghapus lelah, penawar duka, menghadirkan bahagia.Beruntung semua berkas yang dibutuhkan telah tersedia. Dan mereka pun bisa segera mengikrarkan janji setia di Kantor Urusan Agama.Pagi yang cerah, Pak Bahri dan Karenina telah siap menuju Kantor Urusan Agama. Balutan gaun berwarna putih dengan jilbab kuning menyala membuat Karenina yang berwajah bule itu anggun luar biasa. Bik Odah, Sri juga beberapa pembantu yang lain tampak terkagum-kagum melihat mereka berdua.
PERSETUBUHAN YANG GAGALPak Bahri bahagia bukan kepalang ketika usai pernikahan resminya di kantor urusan agama. Secara hukum negara sekarang pernikahannya dengan Kareninan telah diakui hingga ia tak cemas lagi.Mereka berdua memasuki kamar.Pak Bahri duduk di samping Karenina. Ia meraba punggung wanita itu. Ia menggigit telinga berbau harum milik istri terkasihnya. Mereka kembali bergumul. Karenina pasrah saja ketika seluruh gaunnya terlempar ke lantai.Pak bahri menikmati persetubuhan kali ini.“Aku mencintaimu, karenina.” Bisiknya lembut di telinga Karenina. Karenina terpejam ia menikmati lumatan bibir suaminya yang sangat buas.“Ochhh... Kak..”“Nina...” Mereka berpelukan, payudara kenyal itu menyentuh dada Pak bahri, puntingnya mencuat sangat indah. Pak Bahri merasa gemas, ia menghisap punting yang berwarna merah muda itu dengan sangat bergairah. Hisapannya membuat Karenina menggelinjang.“Pelan-pelan Kak, leherku sakit.” Karenina bicara dengan sua
BIK ODAHMamah dan abah masih di rumah pak Bahri, sejengkel apapun beliau pada pak Bahri beliau tetap datang dan menginap di rumah putranya itu.Rumah megah dengan hiasan-hiasan dan perabotan mahal adalah rumah yang pak Bahri bangun bersama istri nya Rosdiana, kini rumah itu dinikmati pak Bahri bersama istri baru nya Karenina.Semua berkumpul di ruang tamu usai sholat berjamaah isya'. Ada mamah, abah juga bik Odah, Sri dan Amir. Semua duduk diruang tamu.Karenina dan pak Bahri muncul dan ikut bergabung bersama mereka semua. Malam itu menjadi malam yang sangat mencekam dan lebih mencekam dari biasa nya malam itu adalah empat puluh hari meninggal nya Rosdiana. Beberapa orang yang membacakan do'a telah kembali ke rumah masing-masing.Acara ritual pembacaan do'a kali ini tanpa hidangan apa-apa. Semua orang di rumah sedang didera rasa takut yang tercipta akibat kejadian-kejadian yang terjadi di hari-hari sebelumnya. Terlebih malam ini adalah malam empat p
Memulai hari dengan membuka kamar yang akhirnya jadi gudang, aku hanya ingin suamiku menjadi baik dan tidak lagi tergantung pada wanita lain selain aku.Di kamar ini aku bisa bebas meminta semuanya sesuai inginku.“Aku minta kamu sediakan darah yang banyak, murni darah segar.” Perintah makhluk bertubuh besar dan berkulit hitam. Makhluk itu memang sama sekali tak pernah menampakkan wajahnya padaku namun aku yakin ia sangat buruk. Itu terbukti dari bau busuk yang selalu ia bawa.“Darah segar apa yang kamu minta ?”“Kalau bisa manusia.”“Aku tidak mau jadi pembunuh”“Aku tidak menyuruhmu jadi pembunuh tapi berpikirlah otakmu bagaimana caranya agar dapat darah segar itu.” Jin itu memerintah padaku. Ia semakin kurang ajar. Tapi aku sudah tidak bisa bergerak lagi. Aku sudah terlalu sering meminta pertolongan padanya. Termasuk untuk membuat Ziah kecelakan dan terjatuh.Tidak ada seorang pun yang tahu bahwa penyebab kecelakaan ziah adalah aku. Aku menyimpannya dalam-dal