Share

4. Motivo

Masalah akan selalu ada.

Mengusik hingga membuat kita tidak berdaya.

Namun setiap masalah membutuhkan perjuangan.

Karena melalui perjuangan itu kita bisa mendapatkan jalan.

♠ ♠ ♠ ♠ ♠

Saat Abby turun dari mobil, matanya disuguhkan pemandangan sebuah rumah besar dengan desain tradisional khas Italia. Dinding dengan bahan batu bata berwarna coklat muda membuat bangunan rumah itu tampak berdiri dengan megahnya. Atap genting berwarna serupa membuat rumah besar itu terlihat mempesona.

Namun tidak hanya bangunan rumah yang telah menghipnotis Abby. Namun pemandangan rerumputan yang dipotong rapi dihiasi dengan pepohonan yang menambah keindahan rumah itu. Terutama pemasangan lampu yang menerangi taman itu membuat suasana malam di sana terasa indah.

"Indah sekali." Gumam Abby.

"Senang mendengarnya, Miss Hart. Karena kau akan tinggal di sini setelah menikah dengan Mr. De Luca."

"Haruskah kau mengingatkanku sekarang? Merusak suasana saja." Abby mendengus kesal.

Berbeda dengan Abby, Xavery justru tertawa karena gerutuan wanita itu. Xavery kemudian mengajak Abby melewati tangga menuju jalan setapak hingga mencapai pintu rumah.

"Kau harus beristirahat, Miss Hart. Aku akan mengantarkanmu ke kamar." Ucap Xavery saat memasuki rumah dengan cahaya yang tidak terlalu terang menerangi ruangan kecil yang menghubungan menuju ruang tamu.

"Tidak perlu Xavery. Aku yang akan mengantarnya."

Sebuah suara telah menghentikan langkah mereka menuju tangga. Suara yang begitu dalam itu membuat Abby menoleh. Dia bisa melihat seorang pria berdiri menjulang berjalan keluar dari ruang tamu. Pria itu mengenakan kaos hitam yang mencetak jelas tubuh berototnya serta celana jeans biru gelap yang menegaskan kaki jenjang pria itu.

Saat pria itu melangkah dan berjalan mendekati Abby, wanita itu bisa merasakan tatapan penuh penilaian di matanya. Dia sangat yakin jika pria yang berhenti beberapa langkah di hadapannya ada Giorgio De Luca. Dia bisa melihat bekas luka bakar di pipi kirinya menuju leher dan menghilang di balik kaosnya.

Sialnya aura dingin yang ditimbulkan pria itu telah menyedot keberaniannya perlahan. Pria itu seakan mampu mengendalikan sekelilingnya hanya dengan tatapannya. Berusaha untuk melenyapkan kekagumannya, Abby pun menegakkan kepalanya.

"Selamat datang, Miss Hart." Tidak ada senyuman ataupun uluran tangan. Pria itu hanya mengeluarkan sapaan itu melalui mulutnya.

"Terimakasih, Mr. De Luca."

Tanpa mengatakan apapun pria itu langsung menarik tangan Abby dan melangkah melewati tangga. Abby masih mengamati tangannya yang tenggelam dalam genggaman tangan Gio. Tangan yang dibalut kulit sewarna tembaga itu terlihat kontras dengan kulitnya yang pucat. Saat mencapai lantai dua barulah Abby menghentikan langkah pria itu.

"Mr. De Luca, ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Tidak perlu." Ucap Gio dengan dinginnya.

"Jelas ini perlu. Ini semua kesalahpahaman, Mr. De Luca. Aku dijebak pamanku untuk menandatangani perjanjian itu. Karena itu bisakah kita membatalkan pernikahan itu? Kita bahkan tidak pernah saling mengenal."

Manik mata Gio berubah menjadi hijau gelap. Abby berusaha untuk tidak takut dengan intimidasi yang ditunjukkan oleh pria itu.

"Apa kau sedang mempermainkanku? Kuperingatkan Miss Hart, aku bukanlah orang yang penyabar."

“Aku tidak mempermainkanmu Mr. De Luca. Bagaimana aku bisa mempermainkanmu jika aku dijebak pamanku sendiri?"

Dalam satu langkah sudah membuat Gio berdiri menjulang di hadapannya. Tangan pria itu terulur untuk mencengkram dagu Abby. Wanita itu meringis karena perlakuan kasar Gio.

"Aku tidak peduli kau dijebak atau tidak, Miss Hart. Kau sudah menandatangani perjanjian itu, jadi kita akan tetap menikah besok. Tenang saja, Miss Hart. Aku hanya membutuhkan istri yang bisa melahirkan anakku tanpa harus mencintaiku. Jadi kita tidak perlu mengenal."

Seketika punggung Abby diserang sensasi dingin yang tersirat dalam nada suara Gio. Dia Bahkan tidak bisa mengeluarkan kata-kata karena terlalu tercengang dengan keinginan Gio.

Bagaimana bisa seseorang menganggap pernikahan begitu dingin? Hanya digunakan untuk memproduksi anak tanpa cinta. Bukankah itu terdengar kejam?

"Kamarmu ada di sana dan jangan mencoba kabur. Penjagaan di sini sangat ketat. Selamat malam, Miss Hart." Setelah menunjukkan pintu yang tidak jauh dari tangga, Gio bergegas turun.

Dengan lesu Abby menyeret tubuhnya menuju kamar yang sudah disediakannya. Kali ini dia tidak memperhatikan seluruh kamarnya. Satu tempat yang menjadi tujuan utama Abby. Yaitu tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya di atas ranjang tanpa melepaskan sepatunya. Wanita itu meringkuk memeluk lututnya.

"Mom, apa yang harus kulakukan? Aku terjebak di sini sendirian. Dan... dan aku sangat takut." Seketika air mata keluar dari pelupuk mata wanita itu.

Dia tahu menangis tidak akan mengubah keadaan. Abby akan tetap menikah dengan Gio. Tapi setidaknya menangis bisa membuatku merasa jauh lebih baik. Pamannya berhasil mengusir Abby. Tidak hanya mengusir dari rumah, tapi juga menendangnya ke negara yang begitu asing baginya.

Abby pun teringat alasan Gio menginginkan pernikahan ini. Dia hanya perlu melahirkan anak-anak bagi Gio tanpa harus jatuh cinta padanya. Tapi jika ingin melahirkan anak, maka mereka harus melakukan menyatukan diri mereka.

Tubuh Abby bergetar menyadari hal itu. Dia tidak siap. Tentu saja wanita itu tidak siap. Wanita itu akan memberikan mahkota sucinya pada pria sedingin Gio. Pria yang menganggapnya hanya sebagai alat untuk melahirkan anaknya tanpa cinta. Abby tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Posisinya begitu sulit. Kabur tidak bisa dan mau melawan dia tidak memiliki kuasa,. Tapi jika wanita itu memilih mengikuti pernikahan itu, Abby tidak tahu apa yang akan terjadi.

Abby menutup matanya. Dia berharap semua ini hanya mimpi buruk. Dan saat bangun keesokan harinya dia akan berada di ranjangnya.

♠ ♠ ♠ ♠ ♠

Abby menunduk dan memandangi gaun sutra seputih salju yang dikenakannya. Sudah berjam-jam wanita itu dipersiapkan menjadi mempelai wanita. Dan hasilnya pun memuaskan. Gaun berpotongan kemben begitu pas di bagian atas tubuhnya. Gaun itu melebar di bawah pinggangnya hingga menyentuh lantai.

Abby pernah membayangkan dirinya mengenakan gaun pengantin seindah ini. Namun dia tidak menyangka akan memasuki pernikahan dingin yang diciptakan oleh Giorgio. Dia mendambakan pernikahan yang dipenuhi cinta. Membangun sebuah rumah tangga dengan dasar cinta. Namun semua hanya angan-angan yang tidak akan terwujud.

Terdengar suara langkah kaki mendekat. Abby mendongak dan menatap ke arah pintu kamarnya. Pintu itu terbuka dan menampilkan sosok Gio yang berdiri dengan tegapnya. Di belakang pria itu terlihat Xavery tersenyum pada Abby. Pria yang mengenakan tuxedo putih itu berjalan mendekati Abby. Wajahnya yang tanpa ekspresi membuat Abby kesulitan menerka apa yang akan dibicarakan pria itu.

"Penipu kecil!" Suara Gio terdengar dalam penuh amarah.

"Penipu kecil? Apa maksudmu?" bingung Abby.

“Kau bersekongkol dengan pamanmu untuk menipuku bukan? Matthew Hart tidak mengirim putrinya melainkan keponakannya. Pantas saja kau tidak berusaha melarikan diri. Kau memang pelacur kecil yang senang menjual dirinya padaku, bukan?"

Abby melayangkan tangan kirinya menampar pipi kanan Gio. Tidak pernah Abby sekasar ini pada orang lain. Bahkan tangannya pun sampai gemetar karena tak pernah menampar siapapun. Namun ucapan pria itu sangat keterlaluan. Tidak bisa lagi ditoleransi oleh Abby.

"Kau adalah orang yang berpendidikan tinggi, Mr. De Luca. Tidak sepantasnya kau berkata kasar seperti itu. Apa kau pikir aku mau dijual oleh pamanku sendiri? Aku sudah berusaha mengatakan yang sebenarnya padamu dan juga pada Mr. Salvadore. Tapi kalian tidak peduli. Dan sekarang setelah kau mengetahui kebenarannya sendiri kau justru menimpakan amarahmu padaku?" Nafas Abby terengah-engah.

Takut. Jelas Abby takut. Bahkan saat masih tinggal dengan paman dan juga Carla, Abby tidak pernah seberani ini membela dirinya. Entah keberanian dari mana yang telah menyengat wanita itu.

"Xavery, keluarlah!" Perintah Gio.

"Tapi Mr. De Luca, Miss Hart benar. Dia juga menjadi korban. Tidak seharusnya kau menyalahkannya." Xavery berusaha membela Abby. Pria itu bisa melihat dari posisi Abby jika wanita itu sama sekali tidak bersalah.

“Kubilang keluar." Nada dingin Gio tak mampu dibantah oleh Xavery. Akhirnya pria itu dengan berat hati meninggalkan kamar Abby.

Gio menatap Abby dengan dingin, "Dengar..."

"Tidak. Kaulah yang akan mendengarkanku, Mr. De Luca yang terhormat. Kau menuduhku tidak mencoba kabur karena ingin menyerahkan tubuhku padamu. Asal kau tahu, aku bukanlah wanita bodoh yang mencoba melarikan diri tanpa sepersen uang pun di negara yang sangat asing untukku. Aku tidak memiliki tujuan yang bisa menyelamatkanku. Karena itu aku tidak mencoba kabur." Abby terlihat berapi-api dengan mata nyalang penuh amarah.

"Sudah selesai?" Gio terlihat santai menanggapi omelan Abby.

Tidak ada lagi suara keluar dari mulut Abby. Wanita itu sudah melontarkan penjelasan atas tuduhan yang dilayangkan Gio. Nafasnya terengah-engah karena emosi yang meledak dalam dirinya. Bahkan wajahnya yang pucat merona merah.

"Setelah pamanmu menipuku, apa kau pikir aku percaya padamu? Kau dari keluarga yang sama dengannya. Jadi bisa saja kau memiliki cara licik untuk menjeratku."

"Jika kau tidak mempercayaiku, kau bisa mengembalikanku ke San Fransisco, Mr. De Luca." 

"Aku akan melakukannya, Miss Hart. Aku juga akan menghancurkan perusahaan keluarga Hart hingga tak tersisa."

Seketika tubuh Abby menegang mendengar rencana Gio. Ketakutan dalam porsi yang lebih besar telah menyergap hati dan pikirannya. Gio akan menghancurkan perusahaan yang sangat berharga bagi Abby. Perusahaan yang menjadi satu-satunya pengingat Abby mengenai ayahnya. Jika perusahaan itu hancur maka Abby tidak memiliki kenangan apapun yang mengingatkan wanita itu akan ayahnya. Abby tidak memiliki kenangan apapun setelah kebakaran yang telah merenggut ayah, ibu serta rumah mereka. Seakan seluruh kenangan mereka direnggut oleh kobaran api. 

"Jangan. Kumohon jangan lakukan apapun pada perusahaan itu, Mr. De Luca."

Gio tersenyum sinis, "Ke mana perginya wanita sok suci yang penuh amarah tadi? Setelah apa yang telah kau dan pamanmu lakukan, kau ingin aku tidak mengusik perusahaan itu?"

Abby menutup matanya berusaha menahan emosi karena Gio masih mengira dirinya bekerja sama dengan pamannya. Dia menarik nafas dan membuka kembali matanya. Tatapannya tertuju pada sepasang manik hijau yang begitu dingin.

"Kau hanya memerlukan wanita yang bisa melahirkan anak-anakmu tanpa harus membuatku mencintaimu, bukan? Aku akan melakukannya. Aku akan menjadi istri robotmu, Mr. De Luca. Sebagai gantinya, jangan usik perusahaan keluarga Hart."

Gio tidak mengatakan apapun. Dia melangkah semakin dekat dengan Abby. Tangannya terulur menangkup pipi kiri Abby. Dia pun menundukkan kepala dan membisikkan sesuatu di telinga Abby.

"Menjual tubuhmu demi perusahaan itu. Kau terdengar menjijikan, Miss Hart."

Tangah Abby yang berada di kedua sisi tubuhnya terkepal erat. Ingin rasanya dia melayangkan tinjunya pada pria itu. Tapi dia berusaha menahan diri. Dia sadar emosinya yang kembali meledak akan menimbulkan hal yang buruk.

"Tapi aku akan menerimanya. Siasat apa pun yang kau rencanakan, sebaiknya lupakan. Aku akan membuatmu menyesali setiap perbuatanmu hingga titik paling rendah."

Hembusan nafas Gio di telinganya membuat tubuhnya gemetar. Pria itu dengan mudahnya mampu membuat Abby tidak berkutik sama sekali. Pantas saja Gio memiliki aura yang menakutkan. Pria itu melepaskan Abby. Tanpa sadar wanita itu telah menahan nafasnya karena begitu tegang. Gio tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya berjalan meninggalkan ruangan itu.

Saat itulah Abby tidak lagi bisa menahan lututnya yang lemas. Dia pun terjatuh di lantai dengan gaun menggembung mengelilinginya. Abby hanya bisa berdoa jika dia bisa selamat menghadapi cobaan yang akan dihadapinya. Wanita itu yakin hidup bersama Gio tidaklah mudah. Bahkan ketika pria itu berubah menyeramkan seperti tadi. Abby tidak yakin dia akan keluar dari kehidupan pria itu dengan masih bernafas.

♠ ♠ ♠ ♠ ♠

Gio kejam sekali ya. Semoga Abby baik-baik saja. Tapi sepertinya Abby tidak akan baik-baik saja. Dia pasti akan darah tinggi kalau menghadapi Gio. Penasaran kelanjutannya? Langsung baca kelanjutannya ya...

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Catherine Umiamau
aduhhh. harap harap sya dpt beli buku ne.sgt menarik....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status