Share

TK 6

Evan bergeming ketika ibu dan ayahnya menepuk pundaknya. 

"Kamu harus pergi, ayah dan ibu tidak ingin kamu menjadi bagian prajurit perang" ujar Mikaila.

"Aku tidak ingin meninggalkan kalian" timpal Evan.

"Kami juga tak ingin berpisah dengan mu, tapi ini soal keadaan, sejauh apapun kita tinggal di Immortal, pada saat genting seperti ini mereka pasti akan menemukan kita" ujar Austin memberikan pengertiannya.

"Selama aku hidup, tak pernah jauh dengan kalian. Aku tak bisa pergi, tepatnya aku takut sendirian dan meninggalkan kalian" timpal Evan sengit.

"Kami mohon nak, pada akhirnya kamu juga pasti akan pergi" ujar Mikaila menatap penuh maksud isterinya.

"Aku tidak ingin pergi ayah. Pada akhirnya aku juga akan berperang" timpal Evan kesal.

"Tidak Evan, kamu harus pergi. Kamu pintar, tinggal sendirian tak masalah, kamu bisa belajar dengan cepat" ujar Austin.

"Belajar dengan cepat, tapi tidak dengan beradaptasi ibu. Aku mohon jangan paksa aku" timpal Evan.

Sret!

Evan memilih pergi keluar.

"Evan ayah tidak mengajarkan kamu pergi sebelum pembicaraan selesai!" tegas Mikaila.

Tak peduli, anak itu benar-benar meninggalkan kedua orangtuanya dan menyendiri. Kenapa ayah dan ibunya sangat menyebalkan hari ini pikirnya.

"Apa sebenarnya yang mereka pikirkan, tidak ada bedanya aku ikut perang atau pergi mengembara. Bagaimana jika aku mati saat pengembaraan" keluh Evan.

"Apa mereka tidak tahu aku sangat cemas meninggalkan mereka berdua" imbuhnya kesal.

Sedangkan di dalam rumah, Mikaila dan Austin merasa bingung. Jelas ini semua kesalahan mereka karena tidak berkata jujur sejak awal. 

Ini semua karena ego yang terus mereka junjung, berlandaskan cinta, kebaikan, dan tanggungjawab, kini semua itu seolah balik menyerang mereka berdua.

Sampai kapan pasangan suami-istri tersebut menyembunyikan semua kebenaran ini? Apa semuanya masih akan sama ketika rahasia itu terungkap?. 

Karena ketakutan itulah, Mikaila dan Austin berbohong. Tentang Evan yang bukan anak kandung mereka. 

Ya, anak siapa Evan? Yang Mikaila tahu, dia hanya menemukan anak itu sekarat di gunung, dan ketika sadar mengalami lupa ingatan.

Bagaimana reaksi Evan ketika tahu semua itu?.

Ditempat lain, dewi Austin tak bisa diam tenang. Dia sudah mendengar berita tentang Vaneheim, kawasan itu setahunya sudah tak terurus lagi ketika raja tak sadarkan diri. 

Dan banyak dewa dewi sihir berkeliaran, baik di pusat kota apalagi tempat terpencil yang jarang dijamah. Pikiran dewi Anggraini penuh dengan prasangka buruk saat ini, dia takut jika kawasan lainnya akan menyusul dan immortal dalam bahaya.

"Kenapa gelisah?" tanya seseorang.

Dewi Anggraini yang sedang menyapu kerajaan sontak mengangkat kepalanya kearah suara, tepatnya diatas tangga. Dewi Chanda sedang bercak pinggang dengan wajah angkuhnya.

"Aku sedang memikirkan berita tentang Vaneheim, bagaimana jika keadaan memburuk dewi?" ujar dewi Anggraini.

"Huh, jangan sok peduli. Jangan bebani pikiran mu dengan sesuatu yang tinggi" timpal dewi Chanda.

Dewi Anggraini terdiam. 

"Lihatlah dudukan kita saat ini. Aku diatas kamu dibawah. Filosofi yang tepat, orang rendahan tak perlu terlalu banyak ikut campur dengan urusan orang atas" ujar dewi Chanda angkuh.

"Kamu pikir aku akan diam saja? Aku adalah ratu immortal, tentu semuanya aku pikirkan baik-baik" imbuhnya.

"Ya dewi, maaf sebelumnya, tapi aku hanya benar-benar khawatir. Bagaimana nasib para rakyat, apalagi-"

"Sudah ku bilang jangan terlalu ikut campur!" tegas dewi Chanda.

"Aku sudah menyiapkan prajurit penjaga dan pasukan untuk menyerang bangsa iblis" imbuhnya.

Dewi Anggraini terkejut. 

"Apa dewi? Menyerang bangsa iblis? Apa tidak berbahaya ratu? Daripada menyerang, lebih baik kita mempersiapkan diri" ujar dewi Anggraini.

Dewi Chanda menatap dewi Anggraini tak suka.

"Jangan banyak bicara dewi, selesaikan saja tugas mu!" ujar dewi Chanda berlalu pergi.

Tanpa mereka sadari, interaksi keduanya diperhatikan seseorang. Siapa lagi jika bukan si penasehat raja. Aristaeus.

Lelaki itu berjalan menghampiri dewi Anggraini ketika dewi Chanda pergi.

"Ratu dewi Anggraini" sapa Aristaeus.

Dewi Anggraini tak bisa diam ketika sosok yang dia pikirkan muncul, mulutnya sangat menggebu mencerca sang penasihat.

"Aristaeus apa tidak ada yang bisa kita lakukan? Jangan dendam menyerang bangsa iblis" ujar dewi Anggraini.

"Kita tidak tahu seberapa besar persiapan mereka saat ini, yang aku khawatir bukan mereka, melainkan bangsa kita. Kamu tahu kan semenjak raja tak sadarkan diri semua ini berubah" imbuhnya.

"Ya ratu dewi aku tahu, tapi seperti biasa aku tak bisa berbagi apa-apa. Membela mu saja aku tak diberhakkan" ujar Aristaeus.

Dewi Anggraini terdiam. Dia tampak berpikir sejenak.

"Apa tak ada satupun cara yang bisa kamu lakukan?" tanyanya lesu.

"Bahkan sebelum ratu minta aku pasti akan melakukannya, tapi ratu lihat sendiri bagaimana dewi Chanda. Semakin hari dia selalu semena-mena" ujar Aristaeus.

"Maaf sebelumnya, tapi yang merusak immortal sebenarnya bukan bangsa iblis. Melainkan dewi Chanda, dia membuat semuanya tidak seimbang, hanya karena kedudukan dia memandang sebelah mata semua ini" imbuhnya jengkel.

Dewi Anggraini mengangguk, dia sangat setuju dengan apa yang dikatakan Arietaes. 

"Ratu, mungkin semua ini akan membaik bila kamu melawan nya" ujar Aristaes.

Dewi Anggraini mendongak kaget.

"Aku tidak bisa" tolaknya cepat.

"Kenapa ratu? Dari segi kekuatan bahkan ratu melebihi dewi Chanda, jika terus membiarkan diri mu tertindas, maka semua hal ini akan berlangsung lama" ujar Aristaes.

"Tidak bisa Aristaeus. Percuma aku jelaskan, kamu tak akan mengerti" timpal dewi Anggraini sembari memalingkan wajahnya.

Aristaeus mendesih, dia tak bisa memaksa sang ratu untuk jujur, tempatnya dia tak berani. Lelaki itu sangat menghormati sang dewi ratu.

"Maafkan aku Aristaeus. Aku juga ikut menyengsarakan immortal" ujar dewi Anggraini.

"Benar kata dewi Chanda, aku tak perlu membebani pikiran ku seperti ini. Karena nyatanya aku ambil bagian dalam merusak immortal" imbuhnya sedih.

"Tidak ratu.. jangan berbicara seperti itu, semua ini takdir. Kita harus bangkit" ujar Aristaeus.

"Keberatan hati ratu sudah menunjukkan, bahwa peduli kamu sangat besar untuk immortal" imbuhnya.

"Aku diancam tidak boleh menyentuh raja lagi, jika melawan" ujar dewi Anggraini pada akhirnya.

Dia memilih menceritakan alasan kenapa dia tak pernah melawan kepada Aristaeus, baginya penasihat itu sudah seperti keluarga. Aristaeus lah membuat dirinya masih baik-baik saja sampai saat ini. 

Jika bukan karena dia, mungkin keadaan dirinya lebih buruk daripada sekarang.

"Apa?" pekik Aristaeus.

"Aku terlalu egois, hanya memikirkan perasaan ku sendiri" ujar dewi Anggraini.

"Aku salah Aristaeus, karena cinta ku kepada raja, rakyat menjadi korban" imbuhnya.

Aristaeus tergugu. Dia mengerti betul apa yang dirasakan ratunya itu.

"Aku mengerti ratu, aku juga seperti itu. Saat isteri ku meninggal, semua hal aku lakukan untuk membahagiakannya disaat-saat terakhir" ujar Aristaeus.

"Kita bukan egois, hanya saja terlalu mementingkan pasangan kita" imbuhnya tersenyum sendu.

"Terimakasih untuk semua pengertian kamu Aristaeus. Jangan pernah kapok dengan kerajaan ini" 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status