Achilles tak menyangka akan mengatakan kalimat seperti itu, dan mirisnya lelaki yang ditolongnya mengatakan pernyataan setuju.
Memang sepintas tak merugikan, Achilles menyediakan tempat sedangkan orang yang ditolongnya menyediakan tenaga.
"Jadi siapa nama mu?" tanya lelaki itu.
Achilles mendongak, nafasnya sedikit memburu karena menggendong seekor kijang yang ternyata lumayan berat.
"Achilles" jawabnya.
Lelaki itu mengangguk, dia tidak terlihat kesusahan sama sekali. Padahal dia membawa banyak hewan buruan dan keranjang buah. Achilles sampai ternganga jika kalian tahu.
"Lalu nama mu siapa?" benar sekali, Achilles sampai lupa menanyakan hal serupa itu padanya.
"Aku.." ujar lelaki itu menggantung.
"Kenapa? Apa jangan-jangan kamu lupa ingatan saat terjatuh itu!" pekik Achilles.
"Haha, benar sekali tapi tidak juga" ujar lelaki itu
Siapa yang tahu jika dunia ini terbagi lagi dalam beberapa golongan, manusia adalah yang paling bodoh dan miskin. Mereka yang dianggap mitos, ternyata hidup di negeri atas. Yang manusia sebut, bernama kahyangan.Di dunia atas itu kita banyak di dongengkan dewa, dewi, malaikat, dan sosok baik hati nan cantik rupa tinggal. Yang kita sebut bangsa immortal. Tapi sebenarnya tidak seperti itu. Dongeng itu hanyalah sedikit cerita manis untuk menghibur anak-anak.Kisah yang sebenarnya ada disini. Di atas langit sana, terdapat sebuah kerajaan langit penguasa dunia immortal. Tempat dewa dewi, malaikat dan kaum bersayap lainnya tinggal.Kerajaan immortal namanya, dipimpin oleh seorang raja yang tegas, kuat dan bijak. Sebut ia Baswara.Raja itu hanya mencintai seorang perempuan, dia adalah dewi yang sederhana, baik hati, lemah lembut dan bersahaja. Kerajaannya semakin tersohor dipimpin bersamanya.
"Damon! Apa yang kamu bawa itu?" teriak Kanagara sembari menghampiri Damon.Ya, baru saja saat dirinya berlatih pedang. Damon datang diantarkan seekor griffin. Mereka membawa hewan buruan yang cukup besar."Mata mu buta? Jelas ini burung" ujar Damon dingin."Dan satu lagi. Panggil aku dengan sebutan kakak" imbuhnya tegas.Kanagara menggerlingkang matanya jengah."Ayah mu saja tidak menyebut ibu dengan ratu, tapi aku tak masalah dengan itu" ujar Kanagara."Itu masalah mu dengan ayah ku. Berbeda dengan kasus kita. Permisi pangeran aku ingin lewat" timpal Damos menekan setiap kata-katanya.Sret!Damon pergi meninggalkan Kanagara begitu saja. Dia memang sedikit tak menyukai pangeran itu. Dimata nya Kanagara sudah dewasa tapi pola pikirnya tak seperti itu.Meskipun pintar Kanagara adalah sosok yang tak mandiri, dia selalu mem
Malam hari di immortal berjalan dengan tenang, di kamarnya Kanagara sedang menulis sesuatu. Ya, pangeran itu ternyata juga memiliki ketakutan, yang mana semua hal itu ia tuliskan dalam buku hariannya.Tok!Tok!Tok!Namun tak berselang lama, ketenangan itu dihampiri seseorang yang mengetuk pintu. Kanagara langsung menyembunyikan buku nya kedalam laci."Masuk" ujarnya ketike buku itu sudah aman ditempatnya.Ternyata yang datang adalah ibunya. Dewi Chanda, perempuan itu terlihat berseri-seri ketika menyambangi kamar putranya."Ibu belum tidur?" tanya Kanagara."Kamu sendiri kenapa masih belum tidur?" timpal dewi Chanda bertanya."Aku hanya sedang berpikir tentang masa depan" ujar Kanagara."Kenapa harus dipikirkan, jelas masa depan mu adalah memimpin kerajaan dan dunia immortal" jawab sang dewi.Kanagara tak bergemin
Esok pagi yang sejuk nan damai menyambut Evan, untuk hari ini dia dan sang ayah hendak pergi ke kota untuk menjual senjata yang sudah mereka buat sebelumnya.Kejadian kemarin pun tak luput di ceritakannya kepada sang ibu, alhasil kini tempat pengrajinan senjata keluarga mereka berpindah tempat ke dekat rumah.Meskipun bising tiap hari, ibu Evan memaklumi itu, mereka bersyukur untuk keadaannya karena semuanya adalah bagian dari tanggungjawab."Ibu kami pergi dulu" ujar Evan mencium pipi ibunya.Karena keluarga mereka hanya memiliki satu direwolf, Evan membiarkan sang ayah yang mengendarainya. Dirinya sendiri terbang biasa dengan sayap nya.Wush!Evan dan ayahnya pun pergi.Sebenarnya Evan malas jika harus menunjukkan sayapnya, dia tak terlalu suka orang-orang memperhatikan yang berujung berspekulasi.Pernah dulu waktu kecil dia disangka dewa percobaan kar
"Ada penjahat mengacau di kota""Benarkah? Biarkan saja, atau suruh anggota baru membereskannya""Benar, kita ini sudah senior. Lagipula tak ada korban jiwa pada peristiwa itu""Tapi kan ini bagian dari tugas kita""Pangeran dan ratu dewi Chanda tak akan mempermasalahkannya""Kalau kamu ingin membereskannya silahkan pergi sendiri,""Tidak! Tidak. Aku kan juga ingin menikmati santai"Damon hanya bisa menggerutu dalam hati melihat tingkah para prajurit, bagaimana bisa mereka diam tidak peduli ketika ada bahaya di kota."Bukan masalah ada korban jiwa atau tidak. Dan bukan soal Kanagara atau dewi Chanda yang marah. Menjaga kedamaian immortal adalah tugas kita semua. Tapi yang utama adalah kewajiban kalian melindunginya" ujar Damon melengos melewati para prajurit itu.Semuanya tampak terkejut, beberapa menunduk takut na
"Anggota kerajaan tidak boleh bersikap seperti ini" ujar Evan."Kamu pikir ini cukup?" tanya Damon meremehkan."Hm?"Wush!Evan terkejut melihat Damon melepaskan diri dari serangannya menggunakan kekuatan angin."Dan kamu pikir, hanya kamu yang bisa mengendalikan tanah?" tanya Damon."Salah besar, seorang rakyat tidak boleh memberontak apalagi menyerang anggota kerajaan. Atau itu bisa disebut pengancaman dan kekerasan" imbuhnya.Sret!Wush!Evan menghindar dengan mudah ketika Damon menyerang dengan serangan tanah, kekuatannya cukup besar juga.Tanah yang tadinya landai, berubah tekstur dan pecah-pecah. Meskipun itu tak seberapa, Evan yakin dirinya bisa melakukan hal lebih besar."Kita bicara baik-baik, dan bukannya seorang anggota kerajaan wajib melayani keluhan rakyat ya?" ujar Ev
Evan bergeming ketika ibu dan ayahnya menepuk pundaknya."Kamu harus pergi, ayah dan ibu tidak ingin kamu menjadi bagian prajurit perang" ujar Mikaila."Aku tidak ingin meninggalkan kalian" timpal Evan."Kami juga tak ingin berpisah dengan mu, tapi ini soal keadaan, sejauh apapun kita tinggal di Immortal, pada saat genting seperti ini mereka pasti akan menemukan kita" ujar Austin memberikan pengertiannya."Selama aku hidup, tak pernah jauh dengan kalian. Aku tak bisa pergi, tepatnya aku takut sendirian dan meninggalkan kalian" timpal Evan sengit."Kami mohon nak, pada akhirnya kamu juga pasti akan pergi" ujar Mikaila menatap penuh maksud isterinya."Aku tidak ingin pergi ayah. Pada akhirnya aku juga akan berperang" timpal Evan kesal."Tidak Evan, kamu harus pergi. Kamu pintar, tinggal sendirian tak masalah, kamu bisa belajar dengan cepat" ujar Austin.
Lucifer. Sang pangeran iblis yang sebentar lagi akan menjadikan raja, tertawa senang setelah rencananya berjalan dengan lancar.Dia tak salah, menjadikan Vaneheim sebagai sasaran pertama dalam melancarkan aksinya. Tempat yang di huni dewa dewi bodoh itu sudah sangat jarang dijaga.Dan terbukti, sekarang tempat itu sudah berubah menjadi sarang pasukan bangsanya. lalu siapa sasaran berikutnya?."Kehancuran immortal sudah di mulai.." gumam Lucifer menatap pantulan dirinya di air.Saat ini dia sedang berada di Vaneheim, salah seorang peramu bangsa iblis berhasil membuat sebuah obat untuk mempercepat pertumbuhan bangsa iblis dengan cepat."Setelah bangsa ku menjadi banyak, sisanya akan aku kirimkan ke kawasan penjahat. Mereka akan menjadi bagian baru bangsa iblis" ujar Lucifer tersenyum miring.Di tempat lain, Evan masih masih merajuk kepada orangtuanya. Namun tetap, karena h