Share

Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]
Belongs to The Billionaire Brothers [INDONESIA]
Penulis: Dreamer Queen

1 - The Incident

Christian menarik tangan Ilona. Seolah takut kehilangan gadis itu. Ia membawa Ilona hingga ke  beranda mansion. Di depan sudah ada seorang pria pertengahan empat puluh yang merupakan supir pribadi dari Christian. Pria itu langsung bergerak membuka pintu belakang mobil.

“Selamat pagi, Mr. Chris," sapanya. Ia memutar pandangan menatap gadis di samping Chris dan sambil menundukkan kepala, ia pun menyapa Ilona, "Selamat pagi, Nyonya.”

“Selamat pagi Louis,” sahut Chris. Ilona hanya tersenyum simpul.

Christian memberikan senyuman. Ia berbalik menatap Ilona yang tampak begitu kaku di belakangnya. Wajah gadis itu benar-benar tegang.

“Ayo,” ucap Chris sambil menggerakkan kepala menunjuk mobilnya.

Ilona mengulum bibir sambil memilin jemarinya di belakang tubuh. Kedua lututnya begoyang gelisah. Ikut dengan Christian benar-benar bukan ide yang bagus.

“Chris, sebenarnya ….”

“Hahh, sudahlah.” Tak ingin mendengar alasan Ilona, Christian begitu saja menarik lengan gadis itu hingga kedalam mobil. “Lou ayo,” titah Kent.

Ilona berdecak pelan. Mendadak jantungnya memompa dua kali lebih cepat. Ilona benar-benar gelisah.

‘Bagaimana kalau Mr. Kent tahu, aduh ….’

Sejak tadi kalimat-kalimat seperti itu terus saja menggema di kepalanya di sertai raut wajah Kenedict yang menegang dengan tatapan tajam. Semua itu menambah rasa takut dan khwatir dalam dirinya. Ilona terus mengulum bibir sambil meremas jari-jarinya.

“Tenang saja ….”

Suara dari samping memecah lamuan Ilona. Ia langsung memutar wajah menatap Chris. Pria itu menatap lurus kedepan.

“Hem?” gumam gadis itu.

Christian memutar tatapan. Menatap manik cokelat yang kini begitu jelas menampakkan kegelisahan yang sedang ia alami. Chris tersenyum simpul, ia menurunkan tatapan. Begitu saja tangan pria itu meraih tangan Ilona yang saling terlipat di atas paha gadis itu. Chris menggenggam tangan Ilona membuat gadis itu menatapnya dengan bingung.

“Aku janji akan melindungimu darinya,” ucap Chris.

“Darinya?” ulang Ilona.

Christian mengangguk. “Hem. Kau takut Kent akan memarahimu?”

“Ah … bukan begitu.” Ilona memalingkan wajah menatap keluar jendela.

“Jika dia memarahimu, aku akan menghadapinya,” ucap Chris. Ilona terkekeh kecil. “Kenapa?” tanya Chris.

Ilona menggeleng. Perlahan-lahan ia menarik tangannya dari dalam tangan Chris. Gadis itu menunduk sendu.

“Aku tidak ingin kalian bertengkar hanya karena diriku. Lagi pula siapa aku,” ucap gadis itu.

“Tentu saja kau gadis yang special,” ucap Chris. Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Ilona membulatkan mata tanpa berniat mengangkat kepalanya. ‘Gadis special?’ gumam gadis itu dalam hati.

Christian lagi-lagi tersenyum. Untuk pertama kali dalam hidupnya pria yang telah lama terjebak dalam masa lalu itu kini mulai bisa membiasakan diri untuk terbuka kepada lawan jenis namun entah kenapa Ilona menjadi gadis pertama yang menghancurkan tembok yang selama ini mati-matian dibangun Chris.

Ia banyak bertemu wanita bahkan dari kalangan anak pengusaha, artis, dan model. Namun dari mereka semua tidak ada satupun yang mampu membuat Christian merasa nyaman, bahkan pada tindakannya sendiri. Ilona punya sisi yang jarang dilihat Christian pada orang-orang disekelilingnya. Suatu kesederhanaan dan kelemahlembutan yang berbeda. Wajahnya yang malu-malu, sangat menggemaskan. Persis seperti seseorang dari masa lalu.

****

Tiga puluh menit berkendara dengan kecepatan sedang, akhirnya Chris dan Ilona pun tiba di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan 4211 Camino De La Plaza. Louis menghentikan mobilnya tepat di depan pintu masuk. Chris turun lebih dahulu. Ia berlari menghampiri pintu samping. Sebelum Ilona sempat mendorong pintu itu, Chris telah lebih dulu menariknya dari luar. Ilona kembali di buat terkejut.

“Came on,” ucap Chris lengkap dengan senyum yang sudah menjadi ciri khasnya. Ilona tak bisa menolak. Ia meraih tangan yang sedang terjulur di depan wajahnya, lalu turun dari dalam mobil.

Ilona memandang bangunan di depannya sebelum Chris menarik tangannya untuk masuk kedalam. Sebuah butik yang khusus memajang pakaian bermerk dunia. Dress, outfit, t-shirt, sepatu dari berbagai jenis dan merek terkenal. Semuanya berlable terkenal dan Ilona tahu jika harganya tidak murah.

Ilona membulatkan mata saat ia menyadari sesuatu. ‘Waduh, gue lupa bawa credit card-nya si Bule, gimana nih?’ batin Ilona.

Chris berbalik. Masih tetap mempertahankan tangan Ilona dalam genggamannya.

“Ayo, pilihlah pakaian mana yang kau inginkan,” ucap Chris.

“Chris, bagaimana kalau kita kembali saja,” pinta Ilona.

“Kenapa?” sergah Chris. Keningnya langsung mengerut.

“Hmmm … sebenarnya ….” Ilona berpikir begitu keras hendak mencari alasan apa yang bisa ia gunakan. “Perutku sakit,” ucapnya. Ia langsung memegang perutnya.

Chris mendesah panjang. Ia menggelengkan kepala. “Kau tidak bisa berbohong dengan baik?” tanya pria itu dengan nada datar.

Ilona menggigit bibir bawahnya. “Ayolah ….” Akhirnya ia memohon dengan wajah memelas.

“Sudah kubilang Kent tidak akan marah. Jika perlu aku akan meneleponnya sekarang.”

“Tidak tidak,” hardik Ilona. “Itu … sepertinya bukan ide yang bagus, iya. Hehehehe.” Ilona tertawa hambar.

Chris meraih kedua sisi pundak Ilona lalu menatap gadis itu lekat-lekat.

“Dengar, aku ingin kau menikmati hari ini. Belanja apa pun yang ingin kau beli. Aku ingin mengajakmu berkeliling San Diego hari ini. Hem?”

Terdengar menarik tapi, alih-alih senang Ilona malah makin tertekan.

“Lupakan Kent, lupakan apa yang bisa dia lakukan untukmu. Kau tenanglah, aku ini kakaknya. Dia tidak akan berani melawanku. Lagi pula kenapa dia marah, memangnya kau kekasihnya?”

“Hempt?”

Perkataan Chris barusan membuat Ilona tersentak. ‘Kekasih? Benar juga. Aku bukan siapa-siapa baginya. Dia tidak mungkin marah besar. Chris benar.’

Ilona akhirnya menarik napas dalam-dalam. Menutup mata selama beberapa detik lalu ia menganggukkan kepala. Yah, Chris benar. Sudah terlanjur juga dia ikut bersama dengan Chris. Ilona pasti akan mendapatkan hukuman dari Kent, namun jika menurut Chris dia akan membela Ilona maka Ilona tidak perlu begitu khawatir.

‘Udah disini juga. Yaudah, jalan-jalan. Kapan lagi.’ Batinnya membela.

“Oke.” Ilona berucap dengan raut wajah serius.

Chris tersenyum. “Bagus. Sekarang pilihlah pakaian yang mau kau beli,” ucapnya.

“Tapi aku lupa membawa kartu kredit yang di berikan Mr. Kent,” keluh gadis itu.

“Tidak usah dipikirkan. Memangnya hanya dia yang punya kartu kredit,” ucap Chris.

Ilona hanya bisa membentuk senyum di wajah. Chris kembali menarik tangan Ilona. Mereka berkeliling kedalam butik yang cukup luas ini. Dari sekian banyak pakaian Ilona malah memilih t-shirt over size dengan baggy pants dan juga baggy jeans. Gadis itu memang gemar memakai pakaian sederhana seperti itu.

‘Hem … waktuku bersama Mr. Kent hanya tinggal dua puluh tujuh hari jadi, setidaknya aku harus menyediakan sepuluh pasang pakaian. Kan bisa di cuci juga. Hem … beli underwear juga gak, yah?’ Gadis itu bergumam sambil mengulum bibir.

Chris berdiri tidak jauh dari tempat Ilona memilih pakaian. Ia memperhatikan gadis itu sambil tak henti-hentinya tersenyum. Sesekali pria itu menggelengkan kepala. Ia tidak menyangka jika seorang Ilona akan lebih memilih pakaian yang berlogo diskon ketimbang memilih pakaian premium dan limited edition. Lihat saja, Ilona bahkan mengunjungi bazar yang memberikan diskon paling tinggi. 55% itu lumayan.

Chris benar-benar tidak percaya jika di dunia ini ada wanita seperti Ilona yang saat berbelanja malah memilih pakaian murah padahal Chris-lah yang akan membayar semua ini.

Ilona malah mengingatkan Chris pada seseorang yang juga memiliki kesederahanaan seperti Ilona walaupun tidak sesederhana dirinya namun sifat keduanya agak mirip dan itu sedikit banyak membawa Chris pada masa lalunya yang indah.

Wajah mereka memang berbeda namun, sifat-sifat mereka hampir sama. Dan Chris pun begitu nyaman dengan Ilona. Chris bukan tipe pria yang mudah dekat dengan orang lain terlebih orang asing namun, ketika bersama Ilona semua mengalir begitu saja dan Chris pun masih tidak menyangka dengan semua ini.

‘Apakah aku bisa mempercayai takdir? Sekali lagi? Apakah takdir itu benar-benar nyata? Apakah kau memang datang untuk menjadi penolongku, Ilona?’ Batin Chris.

“Aku sudah selesai.”

“Eh?!” Chris tersentak. Ia menggelengkan kepala. Bisa-bisanya ia terjebak lamuan. Cepat-cepat pria itu memperbaiki mimik wajah. Kembali memberikan senyuman untuk Ilona.

“Kau yakin?” tanya Chris.

“Hem, yakin.” Senyum simpul di wajah Ilona saat menjawab pertanyaan Chris.

Chris menunduk melihat kantung berisi pakaian Ilona.

“Ayo ke kasir,” ucap gadis itu.

“Kau yakin hanya ini yang kau perlukan?” tanya Chris lagi.

“Iya … memangnya apalagi. Lagi pula aku tidak lama berada di rumahmu,” ucap Ilona dengan wajah datar.

Chris mendengus. “Jangan katakana itu,” ucapnya.

“Kenapa?”

“Tidak. Aku hanya tidak ingin kau mengatakan itu.”

Ilona mengulum bibir bawahnya lalu mengangkat kedua bahu. “Oke. Kalau begitu bisa kita pergi?”

“Tunggu,” sergah Chris.

Chris sempat memperhatikan sesuatu yang teletak di dekat pintu masuk. Ia pun menghampiri sebuah dress midi berwarna peach. Rok bagian bawahnya terbuka dan jatuh membentuk huruf A selutut. Dress itu tanpa lengan dengan bagian atas yang terbuka. Chris yakin Ilona akan tampak begitu manis saat memakai dress ini. Ia pun memanggil seorang pegawai toko.

“Tolong bawa ini ke kasir,” titah Chris.

“Baik tuan,” sahut pegawai toko. Dia langsung menjalankan perintah Chris.

Christian berbalik mendapati Ilona tepat berada di belakangnya. “Kau tidak sekalian beli sepatu?” tanya Chris.

Ilona menimbang sejenak tawaran Chris. “Memangnya boleh?” tanya gadis itu dengan wajah polos.

Christian terkekeh pelan sambil menggelengkan kepala -lagi. “Astaga …,” gumam pria itu. Ia kembali menatap Ilona. “Bahkan kau bisa mengambil seluruh isi dalam toko ini dan aku masih sanggup untuk membayarnya,” ujar Chris.

Ilona tertawa pelan. Ia menggelengkan kepala. “Oke, aku akan pilih sepatunya.” Gadis itu memutar tubuh. Berjalan sambil sesekali berjinjit, melompat seperti anak kecil yang senang diberikan mainan baru. Tingkahnya semakin membuat Christian gemas. Pria itu mengikuti Ilona dari belakang.

Ilona menghampiri deretan pajangan sepatu dan dari sekian banyak sepatu feminim yang indah dan elegan, Ilona malah menjatuhkan pilihannya pada sneakers berwarna dasar putih dan berenda biru dan hitam. Dad sneakers LV archlight. Ilona memang tidak pernah mengikuti tren berpakaian namun, sneakers menjadi satu-satunya barang paling wajib yang harus dimiliki oleh seorang Ilona Audrey. Gadis yang lebih memilih memakai sneakers ketimbang high heels. Alasannya sangat simple, sneakers tak akan pernah membuat kakinya sakit walau sejauh apa ia berjalan.

“1.090 $, kalau di rupiahin berapaan, tuh?” gumam Ilona. “Hahhh … lima belas juta. Gila!” Ilona menggelengkan kepala. Ia hendak menaruh sepatu itu kembali ketempatnya namun dengan cepat tangan seseorang telah lebih dulu mengambil sepatu itu. Ilona berbalik. “Eh?”

“Tolong bungkus dengan ini,” ucap Chris sambil meraih kotak yang tadi diambilnya dari Ilona. Chris langsung memberikan kotak itu kepada pegawai toko.

“Chris, sebenarnya aku hanya ingin melihatnya,” kilah Ilona.

“Sudahlah. Kau masih saja seperti ini. Ayo pilih lagi,” ucap Chris.

“Tidak. Sekarang aku tidak ingin mengambil apa pun lagi,” ucap Ilona.

Chris membuang napas berat. “Pilih sepatu untuk di pasangkan dengan dress midi yang aku pilihkan.”

“What? Dress midi?”

“Hahh … sudahlah. Pilih saja,” desak Chris.

Kali ini giliran Ilona yang menghembuskan napas berat. Ini benar-benar diluar keinginannya. Ilona tidak ingin dress, tidak ingin sepatu lain. Ia sudah menemukan pakaian yang akan digunakannya. Ia tidak perlu yang lain namun masih saja Chris memohon padanya.

“Hemm … baiklah. Tapi ini yang terakhir, yah. Aku tidak ingin kau menyeruhku mengambil apa pun dari toko ini,” ucap Ilona.

Chris memberikan respon dengan mengangkat bahu sambil memanyunkan bibir.

“Hemmm ….” Ilona menatap Chris dengan tatapan tidak suka sebelum lututnya berputar. Ia tidak butuh sepatu lain. Matanya langsung tertuju pada sepasang sepatu berwarna peach. Sepatunya tidak terlalu tinggi dan juga tertutup. Ilona masih bisa bertahan dengan sepatu itu. Ia langsung mengambilnya lalu memberikan kepada pegawai toko.

“Oke selesai, mari kita pergi ke meja kasir,” ucap Ilona.

Christian kembali tersenyum. Ia langsung menarik tangan Ilona. Gadis itu menjatuhkan tatapan. Chris menggenggam tangannya begitu protektif. Bahkan beberapa orang yang mengunjungi toko terlihat sedang berbisik-bisik sambil menatap dirinya. Semua itu membuat Ilona semakin tidak nyaman.

Jelas saja. Chris pengusaha terkenal yang wajahnya sering wara-wiri di media massa. Tak ada satupun yang tidak mengenal Christian Archer. Melihat ia sedang bersama seorang gadis tentu saja mengundang perhatian. Masalahnya, ini yang pertama kalinya ia terlihat setelah menghilang seolah di telan bumi selama dua tahun.

Muncul di publik sambil menggandeng seorang gadis dengan wajah sumringah, tentu saja membuat orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya. Satu per satu dari mereka bahkan tidak ragu mengambil gambar mereka.

Sontak Ilona memalingkan wajah. Ia menunduk.

“Ah … Chris.” Ilona berusaha menarik tangannya dari dalam genggaman Chris sambil memalingkan wajah. Gadis itu melarikan satu tangannya ke tengkuk. Sadar jika kini mereka, atau dirinya sedang menjadi pusat perhatian.

“Totalnya 6.239 $,” ucap sang kasir.

Chris pun menoleh pada gadis di depannya yang bertugas sebagai seorang kasir. Chris segera mengeluarkan black card-nya kemudian memberikannya kepada sang kasir.

“Terima kasih,” ucap sang kasir sambil menyerahkan kembali black card milik Chris.

Pria Archer itu segera mengambil empat buah kantung kertas di atas meja kasir.

“Biar aku saja yang bawa,” ucap Ilona.

“Tidak usah. Lagi pula hanya ini. Ayo.” Christian memberikan kode lewat gerakkan kepalanya menyuruh Ilona agar segera berjalan, gadis itu pun menurut.

“Setelah ini apa kita akan pulang?” tanya Ilona.

“Pulang? Astaga ….” Chris menghentikan langkahnya. Memutar lutut dan pandangan kepada Ilona. “Ini baru pukul dua belas siang, Ilona. Lagi pula kenapa juga kau buru-buru ingin kembali,?” Chris mendengus menggeleng cepat lalu kembali melanjutkan langkah.

Pria itu berjalan dengan langkah panjang tanpa mempedulikan kilatan kamera yang sedang memotret dirinya sementara Ilona, ia berusaha menyembunyikan wajah dengan terus menundukkan kepala. Ia tidak ingin ada yang salah paham dengan situasi ini.

Mereka tiba di area parkir dan disana Louis sudah menunggu mereka. Supir pribadi Chris itu langsung menghampiri tuannya. Chris menyerahkan kantung berisi belanjaan kepada Louis. Lalu segera menyeret pelan lengan Ilona untuk kembali masuk kedalam mobil.

Ilona sempat menoleh keluar jendela. Ia menarik napas sambil membawa punggung menyentuh sandaran tempat duduk. "Fyuuuhhh ...." Ilona mendesah panjang.

"Kenpa?" tanya Chris.

Ilona menggeleng. “Tidak apa-apa." Ilona berusaha menenangkan dirinya. "Jadi, kita kemana setelah ini?” tanya gadis itu.

“Tempat menyengankan di San Diego,” ucap Chris singkat.

“Dimana?” Ilona terus bertanya.

“Nanti juga kau akan tahu. Kau pasti akan terkejut saat melihatnya.”

___________

To Be Continue.

Jangan lupa spam komen yah ... :)

Dreamer Queen

Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)

| 2
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ninggalin jejak buat Ilona
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
Bab pertama kok nakutin Kak. Semoga Ilonna baik-baik saja
goodnovel comment avatar
makalewagnes
Mungkin gadis itu lebih memilih uang wkwk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status