Share

3 - Forced

Kent memutar tubuh. Ada kekecewan di sana. Membentang luas dalam lubuk hati ketika bibirnya sendiri yang mengatakan janji itu. Memikirkan kembali apakah ia benar-benar telah siap melepas gadis yang belakangan ini mengisi hari-harinya. Apakah semuanya memang akan terlepas begitu saja ketika gadis itu bersedia bertelanjang dan menerima tubuh pria itu sepenuhnya.

“Ayo,” ucap Kent. Ia kambali menoleh. Menjulurkan tangan yang kemudian di sambut oleh sang gadis. Berpegangan tangan namun entah mengapa kali ini Kent merasa berdebar-debar dalam hatinya.

Kent berhenti tepat di samping kubikel sekertarisnya. “Layla, tolong batalkan semua rapatku hari ini. Termasuk wawancara dengan TV internasional,” ujar Kent.

Layla mengerutkan dahi. Ia telah bekerja bertahun-tahun bersama Kent. Ia mengenal betul bagaimana sifat seorang Kenedict Archer. Pria itu tidak pernah membatalkan rapat apa pun selama ini. Dan hari ini, entah kenapa Kent jadi semakin aneh hanya karena seorang gadis kampungan bernama Ilona.

“Kau yakin?” tanya Layla memastikan.

“Hem.” Pria itu mengulum bibir. Wajahnya berubah sendu membuat Layla semakin menaruh benci pada gadis yang di anggapnya telah mempengaruhi Kent cukup jauh.

“Baiklah,” sahut Layla. Wanita itu memberi tatapan sinis pada Ilona sebelum gadis di depannya ikut bersama Kent.

Kent pun tidak menunggu lebih lama lagi. Ia langsung menarik tangan Ilona menuju lift. Kent menarik napas panjang membuangnya sambil mendongakkan kepala. Masih saja lelaki itu merasa seperti ada sesuatu yang meremas hatinya. Sesak.

Ia menoleh menatap gadis di sampingnya. Ilona hanya menundukkan kepala. Sejujurnya ada pergulatan yang hebat dalam batin gadis itu. Untuk menerima semua ini. Untuk melepas semua ini. Dan untuk menerjemahkan apa sesungguhnya yang ia inginkan. Perasaan keduanya bercampur aduk namun tak satupun dari mereka yang menyadari jika sebenarnya mereka sedang terjebak dalam gejolak yang lebih besar dari pada sekedar untuk memiliki dan menguasai, mengalah dan merelakan.

“Kau mau makan apa?” tanya Kent dengan suara yang berubah lembut.

“Terserah padamu,” sahut Ilona.

Pintu lift terbuka dan keduanya pun keluar. Kenedict masih menggenggam erat tangan gadis itu. Semua orang yang melihat mereka tampak terheran-heran.

“Selamat siang Mr. Kent.”

Orang-orang di lobi itu lantas memberikan hormat pada orang nomor satu di perusahaan ini. Dari sudut matanya, Ilona kembali melihat tatapan orang-orang yang sedang meliriknya sambil berkomentar. Terlihat dari tatapan mereka, pastilah mereka sedang mencibirnya. Salah satu alasan terkuat mengapa Ilona harus cepat pergi adalah, ia tidak pernah betah dengan tatapan orang-orang disini. Sinis, tak suka dan kadang mengolok-olok. Sebenarnya apa salahnya? Apa salah seorang Ilona Audrey. Tahukah mereka seberapa ingin gadis itu berusaha terlepas dari tuan mereka?

Ilona terus menundukkan kepala hingga tak sadar jika mereka kini telah berada di luar. Entah apa yang terjadi pada Kent. Ia membiarkan Ilona masuk lebih dahulu kedalam mobil. Seolah ingin menunjukan sikapnya sebagai lelaki sejati. Ia pun masuk setelah gadisnya itu telah duduk di kursi penumpang.

“Jason, antarkan kami ke Sundance,” ucap Kent. Sang supir hanya mengangguk.

Tak lama kemudian mereka tiba di sebuah restoran mewah, letaknya di 1921 El Camino Real, Palo Alto. Restoran bergaya rustic. Mengundang dengan balok kayu pedesaannya. Pot tembaga gantung dan perapian kayu bakar yang menderu-deru. Kent tersenyum ketika salah satu pelayan menyapa mereka lalu dengan ramah menuntun kedua orang itu ke tempat duduk yang terletak di samping jendela. Meja bundar berukuran kecil, sangat pas untuk dua orang. Dua buah lilin berada di tengah sebagai pembatas. Terkesan romantis di dukung dengan penerangan yang tidak terlalu cerah.

Restoran ini memberikan menu table service. Jadi Ilona dan Kent tidak perlu memesan makanan lagi. Mereka hanya tinggal duduk di meja makan dan para waiter dan waitress yang akan melayani mereka.

Pria itu membawa punggungnya kesandaran kursi. Melipat tangan di depan dada sambil menatap manik cokelat di depannya.

“Apa yang membuatmu ingin percaya pada Chris?” Kent membuka percakapan.

Ilona mengerutkan dahi. Ia menggelengkan kepala seraya menaikkan kedua bahu. Kent menarik napas lalu membuangnya dengan cepat. “Bicaralah, aku tidak akan memarahimu.”

Ilona mencoba memberanikan diri menatap manik hijau di depannya. Menelaah maksud pertanyaan tuannya. Jangan sampai ia kembali membuat sang bos kesal hanya karena ucapan cerobohnya.

“Chris hanya menawarkan diri untuk membawaku pulang,”

“Lalu apa jawabanmu,” sergah Kent dengan cepat.

“Kubilang aku tidak berani melawanmu,” ucap gadis itu.

Sudut bibir Kent terangkat. “Bagus. Kau memberikan jawaban yang tepat,” ucapnya. Pria itu menurunkan tangan dari depan dada. Memajukan tubuh lalu menaruh kedua tangannya di atas meja.

“Bagaimana Chris? Apakah dia pria baik?” tanya Kent lagi. Obrolan mereka sempat terhenti saat para pelayan mulai sibuk membawakan makanan pembuka.

“Ayo jawablah,” tuntut Kent.

Ilona menarik napas panjang. Ia memutar bola mata seraya menghembuskan napas dengan wajah gusar. “Kau mau jawaban seperti apa. Dia kakakmu. Kau yang lebih tahu tentang dirinya,” ujar gadis itu.

“Apa saja. Aku ingin mendengar dari sudut pandangmu,” ucap pria itu.

“Ummm … dia pria baik,” ucap Ilona polos. Kent tersenyum kecut lalu mengangguk lambat-lambat.

“Waktu itu aku memberimu kartu kreditku, lal-“

“Oh astaga!” Ilona lekas menyergah ucapan Kent. Ia menepuk jidatnya dengan kasar. “Aku baru ingat jika aku melupakan kartu kreditmu di atas nakas,” ucap gadis itu.

Kening Kent mengerut. “Maksudmu?” tanya pria itu.

Ilona menarik napasnya lagi. Entah apa reaksi yang akan di tunjukkan Kent saat dia menceritakan yang sebenarnya.

“Waktu itu, maksudku saat Chris mengajakku ….” Ilona kembali melirik kecil, sekedar untuk memantau ekspesi Kent saat ini. Terlihat manik berwarna hijau itu mengecil. Perasaan gugupnya membuat gadis itu memilin jarinya di atas paha. “Mmm … karena terburu-buru, aku sampai melupakan kartu kreditmu-,”

“Jadi?” Kent bertanya sambil memajukan tubuh. Kedua tangannya kini berada di atas meja.

“Ja-jadi … jadi, Chris … Chris yang membayar semua pakai-“

PLAK

Ilona tersentak ketika Kent menampar meja di depannya. Helaan napas terlalu kentara di ikuti perubahan mimik wajah pertanda jika pria itu sedang kesal sekarang. Kent mengangguk membuang pandangannya jauh ke jendela di sampingnya.

“Mr. Kent, aku minta maaf,” lirih Ilona.

“Kenapa kau tidak memberitahuku, hah?” tanya Kent tanpa memandang lawan bicaranya.

“Kejadiannya baru kemarin. Bagaimana aku menjelaskan semuanya. Kau bahkan langsung menghukumku tanpa mendengar alasanku,” ujar Ilona.

Kent berdecak. Ia kembali memutar wajah tepat saat Ilona mengangkat pandangannya.

“Maaf,” lirih Ilona lagi.

Kent kembali terjebak pada manik berwarna cokelat itu. Ia bisa melihat seberapa sunggunya gadis itu memohon ampunan darinya. Ia juga mulai paham jika ada sesuatu yang diinginkan oleh sang kakak. Christian tidak pernah seperti ini pada wanita-wanita milik Kent. Pria itu juga tahu jika kakaknya tidak sembarangan membuka diri terhadap orang lain apa lagi terhadap seorang wanita.

Alis kanan Kent semakin naik seiring kelopak matanya yang makin mengecil. ‘Jelas ada yang dia inginkan darimu. Dan aku tahu jika dia mulai menaruh perasaannya padamu.’ Kent membatin sambil menatap gadis di depannya.

“Oke. Kali ini kumaafkan. Sepertinya kau memang harus dijauhkan darinya,” ujar Kent.

Ilona tidak menjawab. Ia lebih memilih untuk pasrah. Ingat jika ia harus benar-benar menurut pada Kenedict. Pria itu sudah berjanji jika ia akan segera membawa Ilona kembali.

“Sekarang makan,” titah pria itu. Ilona mengangguk.

Tidak ada percakapan lagi di sementara keduanya menikmati makan siang. Baik Kent maupun Ilona keduanya sibuk bergulat dengan pemikiran mereka.

Setelah makan siang selesai, Kent pun membawa Ilona ke shoping center terbesar di Palo Alto. Seperti rencananya, ia yakin jika Ilona akan langsung memilih barang-barang mahal. Kent memasukan Ilona pada sebuah butik yang menjual pakaian bermerk dan mahal.

“Kenapa kau terus mengikutiku?” tanya Kent.

Ilona mengulum bibir sambil melipat tangan di dada. “Apakah aku harus menunggu di mobil?”

Kent berdecak kesal seraya memutar bola mata. “Pilihlah pakaian yang bagus,” titah pria itu.

“Tapi aku sudah punya pakaian dan kurasa itu cukup sampai sebulan kedepan,” ucap Ilona.

“Kau yakin?” tanya Kent sambil menandang Ilona dengan pandangan heran.

“Hem,” sahut gadis itu.

Kent menggeleng. “Tidak. Sebaiknya kau pilih baju yang bagus. Lagi pula kau tidak akan kembali kesana,” ujar Kent.

Ilona mengerutkan dahi. “Maksudmu?”

Manik berwarna hijau itu perlahan melebar. “Pilih saja, astaga!” bentaknya. Kent mendengkus kemudian.

Ilona berbalik dengan cepat. “Fyuhhh ….” Gadis itu menggoyangkan kepala. Kent benar-benar tidak bisa di bantah.

Ilona akhirnya memilih dua pasang pakaian yang dianggapnya perlu. Ia memilihnya dengan cepat lalu kembali pada Kent. Pria itu juga sedang memilih pakaian untuk dirinya sendiri. Ilona tidak ingin repot-repot menegur pria itu. Ia memilih untuk berdiri agak jauh di belakang tubuh sang tuan.

“Tolong bawakan ini,” ucap Kent sambil menyerahkan beberapa pakaian kepada seorang penjaga toko. Kent mengerutkan dahi saat melihat bayangan Ilona di depan cermin. Pria itu pun memutar lututnya. Dahinya makin terlipat menatap tangan Ilona yang sedang memegangi dua pasang pakaian. Bergegas ia menghampiri gadis itu dan meraih dua pasang pakaian dari tangannya.

“Apa ini?” tanya Kent sambil memandang pakaian di tangannya dengan tatapan nyalang.

“Ba- baju,” jawab Ilona menggagap.

Lagi-lagi Kent harus mendengkus. Entah harus bagaimana ia menjelaskan pada gadis ini atau bahkan mungkin pada dirinya sendiri.

“Ck!” Kent menarik tangan gadis itu. Setengah menyeretnya menuju deretan pakaian wanita. “Pegang ini,” ucap Kent sambil menyerahkan pakaian Ilona. Pria itu langsung memilihkan pakaian. Midi dress dan skirt dress menjadi pilihan pertamanya. Diikuti beberapa pakaian modis yang semuanya terbilang mahal. Tanpa diskon.

“Jika kau menyuruh aku memakai semua pakaian itu, aku bersumpah jika kau hanya buang-buang uang,” ujar Ilona.

Kent memutar pandangan, kembali memberikan tatapan sinis pada Ilona. Kent tersenyum samar ketika menatap wajah polos sang gadis.

“Jangan terlalu percaya diri,” ucap Kent yang sanggup membuat Ilona menunduk malu. “Kau serius tidak ingin menambah pakaian? Aku ingin mendengar kau mengeluh nantinya,” ujar Kent. Ia masih sibuk memilih pakaian.

“Tidak. Aku sudah menyetok pakaian,” sahut Ilona.

Kent memanyunkan bibir. Kembali pria itu mengangkat kedua bahunya. Kent beranjak dari sana menuju pajangan underwear wanita. Sudut bibir pria itu terangkat ketika ekor matanya melirik kebelakang. Kent menarik sepasang lingerie berwarna hitam lengkap dengan gater belt. Kent tidak ragu untuk mengambilnya lalu melempar kearah Ilona. Gadis itu membulatkan mata.

Beberapa pengunjung yang kebetulan melihat mereka, tampak membisikkan sesuatu. Salah satu dari mereka mulai mengeluarkan ponsel untuk memotret sang miliarder.

“Hei!” teriak Kent. Gadis yang tengah memegang ponsel itu pun tersentak. “Jangan mangambil gambar atau kuhancurkan ponselmu!” geram pria itu. Gadis di depannya langsung mengangguk. Sontak wajahnya berubah menjadi pucat pasi.

“Penjaga ….” Teriak Kent. Seorang petugas keamanan pun masuk. “Keluarkan mereka dari sini,” perintahnya.

“Tapi, Pak-,”

Sanggahannya terhenti ketika Kent memberikan tatapan keras padanya. “Aku ingin menikmati belanjaku dengan tenang. Tanpa gangguan. Kau tahu orang-orang ini ingin mengambil gambarku, lalu mereka akan menyebar gossip sembarangan. Jadi, akan lebih baik jika mereka tidak menganggu atau kubuat toko ini tidak dapat pelanggang sama sekali.”

“Ba-baik, Tuan.”

Ilona tertegun. Sifat Kenedict kembali membuatnya takut. Kent benar-benar gila kontrol. Dan juga, kenapa pria itu mau saja di perintah. Sekalipun Kent seorang milarder, bukan berarti dia harus menguasai semuanya termasuk melarang orang lain berbelanja di dalam toko ini. Ilona menggelengkan kepala. Tak ingin ikut campur dalam masalah ini.

Kent kembali memutar tubuh. Pandangan sinisnya kini terarah pada sang gadis yang masih menunggu dirinya.

“Demi Tuhan, Ilona tolong kembalikan moodku.” Kent terdengar seperti sedang memarahi Ilona namun percayalah, wajah pria itu terlihat seperti sedang merengek.

“Yah, katakan apa yang harus aku lakukan,” ujar gadis itu.

Seringaian muncul di ujung bibir Kenedict. Ia mendekati Ilona, berdiri tepat di depannya lalu menjatuhkan wajah pada salah satu sisi pundak Ilona.

“Pilih pakaian seperti yang kau pilih saat berbelanja bersama Chris,” bisiknya.

Ilona menarik napas panjang. Akhrinya ia mengerti apa maksud Kent. Sudah jelas jika pria itu tidak ingin Ilona memakai apa pun yang bukan berasal dari Kent terlebih itu dari Chris. Suatu kesalahan besar namun, jika saja Kent memberitahukannya sejak tadi, sudah pasti Ilona akan langsung memilih pakaian itu.

“Baiklah,” ucap gadis itu.

Kent menarik dirinya. Menaruh kedua tangan ke belakang tubuh. Kedua sudut bibirnya terangkat sambil menggerakan kepalanya menunjuk arah samping. “Do it,” ucap Kent.

Ilona langsung beranjak dari sana. Membawa setumpuk pakaian yang ada di tangannya ke meja kasir lalu mulai memilih pakaian.  Seperti waktu lalu, ia pun memilih kaos over size, baggy jeans, baggy pants, sweatsuits dan sepasang sneakers. Tak sampai sepuluh menit, Ilona telah berhasil mengumpulkan pakaian yang sama persis seperti waktu ia berbelanja bersama Christian. Gadis itu langsung menuju meja kasir.

Setibanya di kasir, Kent pun dibuat terkejut. Dari sekian pakaian yang di ambil Ilona, semuanya tidak lebih dari 7000 dolar. Kent tidak pernah mengeluarkan uang sekecil itu untuk seorang wanita. Bahkan itu tak sebanding dengan lipstick Layla. Kent menarik napas panjang saat menyerahkan kartu kreditnya pada sang kasir.

Pria itu langsung memanggil supirnya untuk membawa semua barang belanjaan mereka kedalam mobil. Kent kembali menunjukan sifat lelakinya. Ia menarik pintu belakang lalu menyuruh Ilona masuk kedalam. Ilona bahkan sampai harus mengerutkan dahi saat melihat tingkah Kent yang kembali berubah 180 derajat.

“Mr. Kent,” panggil sang supir sambil menatap lewat kaca spion.

“Kita ke vila,” ucap Kent.

Ilona kembali mengerutkan dahi. Tak ingin bertanya, ia pun memilih melempar pandangan keluar jendela. Pada pemandangan jalan raya Palo Alto yang terlalu sepi. Tidak seramai San Diego. Bangunan-bangunannya pun tidak terlalu tinggi. Mungkin hanya ada dua atau tiga bangunan yang memiliki dua puluh lantai dan salah satunya adalah milik Kent.

Tak lama berkendara, mobil SUV pabrikan Jerman ini pun menepi. Berbelok memasuki jalan menanjak yang di bangun di atas paving. Sebuah gerbang raksasa terbuka otomatis saat mobil Kenedict mendekat. Gerbang itu kembali tertutup setelah mobil Kent telah masuk. Jason turun lebih dahulu. Pria itu bergegas menghampiri pintu belakang untuk membuka pintu. Kent turun di susul dengan Ilona.

Begitu turun dari dalam mobil, Ilona pun kembali di buat terkejut. Kelopak matanya melebar begitu saja diikuti bibir mungilnya yang mulai terbuka pertanda apa yang berada di depan matanya saat ini adalah sesuatu yang menakjubkan. Bangunan super megah dengan desain modern yang sengaja di buat bulat melengkung sempurna. Dinding kaca, dan balkon yang menggantung mengelilingi bangunan ini. Terletak di atas bukit yang langsung menyuguhkan pemandangan Sillicon Valley yang indah. Sempurna dan memukau.

“C’mon.”

Suara Kenedict menarik Ilona kembali kedunia nyata setelah sempat melayang memandangi panorama indah di depannya. Ilona hanya bisa mengangguk. Dengan mulut yang masih menganga, ia mulai meraih tangan Kent yang sejak tadi terjulur di depannya.

Ilona terlalu fokus mengaggumi bangunan super megah milik Kenedict, hingga tak sadar betapa besar perhatian yang diberikan Kendict padanya.

“Hati-hati, nanti kau jatuh.”

“Hem.” Ilona bergumam. Ia akhirnya mengikuti arahan sang tuan untuk memerhatikan langkah kakinya yang kini sedang menuruni anak tangga. Selain megah dan mewa, bangunan ini termasuk unik. Pintu masuk yang langsung di hadapkan dengan tangga yang menurun.

“Wow ….” Ilona kembali bergumam.

Dinding kaca yang membentang luas dan menjulang dari bawah hingga keatas. Terhubung langsung dengan kolam renang yang luas. Ada tiga kursi untuk berjemur di lereng kolam. Tak ada yang tidak mewah disini. Baik bangunan dan segala bentuk furniture. Semuanya menampilkan kemegahan yang sanggup membuat siapapun berdecak kagum.

“Hahh ….”

Kent langsung melempar tubuhnya ke sofa. Kent memutar wajah. Ia menatap gadis yang masih berdiri sambil sibuk memandangi rumah mewahnya.

“Kau suka tempat ini?”

“Hem?” Ilona tiba-tiba membawa pandangannya pada Kent. “Bukan begitu. Aku hanya tidak pernah melihat bangunan seperti ini sebelumnya,” ujar Ilona penuh kejujuran.

Kent tersenyum sesaat. Ia menepuk tempat di sampingnya sebagai isyarat dan Ilona tentu paham maksud dari sang tuan. Ilona pun berjalan pelan menghampiri Kenedict. Ia duduk di samping sang tuan. Pria itu langsung membawa tangannya mengelus kepala Ilona dengan lembut.

Kelembutan yang diberikan Kent kembali menghantarkan perasaan tak terbilang pada sang gadis. Ia ingin merasa senang, di perhatikan oleh sang tuan. Seandainya saja Kent bisa terus seperti ini, Ilona pasti akan lebih bahagia. Namun sayangnya, semua perhatian ini tidak nyata dan tidak ada artinya bagi seorang Kenedict.

Ilona cepat menarik kesadarannya. Tak ingin hanyut dalam perasaan.

“Apa Anda mau minum? Mau kubuatkan jus?” tanya Ilona.

“Tidak. Aku tidak ingin apa pun. Cukup temani saja diriku.”

“Hei, ap-“

Ilona melotot dengan perbuatan Kent yang tiba-tiba ….

______________

To Be Continue.

Please kasih riviewnya, dong :)

Dreamer Queen

Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)

| Sukai
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
kok jahat bgt sih. sudah diculik dipaksa gituin. oh Tuhan selamakan Ilona
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status