Share

7 - Don't Act Stupid

Archer's Mansion

07.43 AM

______________

Ilona mengernyit, kelopak matanya menekan kedalam dengan kuat ketika cahaya yang masuk seolah berubah menjadi pisau yang langsung menusuk ke matanya.

“Auh ….”

Ilona lanjut mendesis. Ia meremas kepalanya ketika merasakan pening yang hebat. Masih dengan posisi tengkurap, Ilona berusaha mengumpulkan kesadaran dan betapa kagetnya ia ketika otaknya langsung bergerak memberikan dia rekaman kejadian yang telah ia alami sebelumnya.

Tubuh Ilona tertarik secara alamiah dan kini ia tengah duduk di atas sebuah ranjang berukuran besar. Ilona sempat merutuki dirinya yang begitu gegabah.

'Bisa-bisanya aku ketiduran di saat seperti ini.' Batin Ilona.

Matanya kini melebar sempurna, ketika ia berhasil mengumpulkan kesadarannya. Ilona menyapukan pandangan ke sekelilingnya. Ruangan besar yang luas dan mewah, dihias warna cokelat, merah dan krem beserta warna emas di setiap tiang.

Tirai berwarna putih yang menjulang tinggi, dekorasi begaya Spanyol. Ada sebuah lukisan besar yang langsung menghadap dengan tempat tidurnya juga sebuah perapain kecil di bawah lukisan. Ruangan ini terlalu luas untuk di sebut sebagai kamar.

Ilona jadi ingat jika dia pernah magang di sebuah hotel dan dia pernah membersihkan kamar suite tapi kamar paling mewah di hotel pun masih kalah mewah dengan kamar yang sedang ia tempati sekarang.

Ilona masih memperhatikan sekeliling dengan dahi yang terlipat. Gadis itu ingat jika dia berada di sebuah pub dan seseorang yang gila kontrol lalu membelinya.

“Oh tidak ….” Ilona menggeleng. Dia langsung menunduk, tangannya dengan cepat menyingkapkan selimut yang membalut tubuh dan betapa kagetnya Ilona ketika melihat pakaiannya telah berganti. Kain sutra berwarna merah dengan tangan spaghetti, sontak Ilona memeluk tubuhnya. Dia menggeleng menolak pemikiran gila yang baru saja terlintas di otaknya.

“Aku tidak meniduri wanita yang tidak sadarkan diri,”

Ilona terkejut. Ia sampai melompat dari atas tempat tidur. Matanya mengecil berusaha mengenali seseorang yang sedang duduk di samping jendela kamar, di atas sebuah kursi ukir berwarna putih. Ilona mematri siluet yang sedang berdiri lalu mulai bergerak menghampirinya. Sekarang gadis itu bisa langsung mengenali siapa dia.

‘Dia … pria gila itu,’ batin Ilona.                                                                                           

Tak ada senyum seperti biasanya dari wajah pria Adonis itu. Wajahnya berubah tegas, dengan kedua sisi rahang yang mengeras. Tatapan yang memancarkan arogansi tinggi, yang kembali membuat Ilona merasa terintimidasi.

Lebih-lebih, ia hanya berbalut singlet tipis berwarna hitam yang tentu saja memperlihatkan bisep dan bentuk dada yang atletis dan menggoda –sempat melintas begitu saja di pikiran Ilona lalu dia langsung menepis dan membuang pemikiran itu.

Drawstring pants yang menutup tubuh bagian bawah namun ada sesuatu yang menonjol di sana dan mengganggu penglihatan Ilona hingga dia perlu memalingkan wajahnya. Ilona menutup mata, sangat-sangat menolak pemikiran tidak senonoh yang sempat lewat. Ilona tidak percaya jika dia bisa berpikiran seperti itu di saat genting begini.

Pria itu kini tengah merangkak dan Ilona bisa merasakan ada yang bergerak di ujung tempat tidur. Sejurus kemudian Ilona merasakan hembusan napas seseorang yang langsung menyapu satu sisi kulit wajahnya, Ilona menahan napas. Dia masih mempertahankan posisinya yang menghadap kesamping, lalu kemudian gadis itu merasakan sesuatu tengah menyentunya.

Kent berada di depan Ilona, ia membawa jari telunjuknya meraih rambut cokelat bergelombang itu lalu menyibakkannya. Ujung jari Kent membawa rambut Ilona lalu menyelipkannya di belakang telinga Ilona.

“Apa sekarang kau sudah siap berlutut padaku?”

Ilona langsung memutar wajahnya. “Never!” ucap tegas dari Ilona. Kent tersenyum miring, sementara Ilona kini tengah terpaku di depan sepasang iris berwarna hijau dengan jarak yang hanya tersisa beberapa inci.

Bagi Kent, dia bisa langsung menyerang gadis itu. Jika biasanya dalam jarak sedekat ini, Kent akan langsung mendapat hujaman ciuman panas dari lawan jenis, kini di depan hidungnya sepasang mata cokelat kini tengah menatapnya dengan sinis bahkan bisa di bilang benci, amarah yang besar tersirat lewat sorot mata tajam itu namun itu semakin membuat Kent merasa tertantang.

“Kau tahu,” Kent kembali berucap sambil ujung jarinya membelai rahang sebelah kanan Ilona yang sontak di tepis oleh gadis itu. “Sebaiknya kau berterimakasih karena aku telah menyelamatkan hidupmu.”

“Menyelamatkanku?” ulang Ilona dengan sedikit menaikkan nada bicaranya. "Kenapa aku harus mendengar kalimat itu lagi? Menyelamatkan?" lanjut Ilona kini sambil menggelengkan kepala.

Ia tidak percaya jika para penjahat yang menculik dirinya berusaha keras mengatakan jika mereka menyelamatkan hidupnya padahal jelas-jelas mereka merencanakan hal yang jahat padanya.

Ilona ingin sekali menampar pria di depannya namun, sepertinya alam bawah sadar gadis itu tiba-tiba menegurnya, memperingati Ilona agar kali ini dia tidak boleh bertindak gegabah. Jadi, Ilona memilih untuk kembali memalingkan wajah sebelum tangannya bergerak sendiri.

“Ya, tentu. Jika gadis lain di posisimu mereka akan memujaku bahkan mungkin menganggap aku tuhannya.”

“Cih! Kau sangat arogan, Tuan.”

Kent menarik dirinya. Ia duduk di depan Ilona, menatap gadis itu dengan dahi yang terlipat. Telunjuk dan ibu jarinya bergerak mengelus pelan dagu lancipnya. Dalam hati Kent benar-benar heran dengan wanita muda di depannya.

‘Mana ada gadis di belahan bumi ini yang tidak mengenali aku?’ batin pria itu.

“Katakan siapa namamu,” tanya Kent. Suara lembut, tidak ada paksaan tapi tetap saja itu terdengar seperti sebuah interogasi bagi seorang Ilona.

“Itu tidak penting bagimu,” ucap gadis itu.

“Tentu itu penting. Atau … biar aku yang menamaimu.”

Kent masih terus menatap gadis di depannya. Mata Kent lalu jatuh pada pemandangan di bawah dagu Ilona. Sesuatu di balik nightie yang di kenakan Ilona membuat Kent ingin langsung menabrakan wajahnya dan melahap habis puncak dada itu namun, Kent harus berpikir lagi. Harga dirinya akan hancur. Itu bukan gaya Kent. Para wanita yang harus menyerahkan diri kepadanya dan itu sudah berlaku sejak dulu dan ia juga akan membuktikannya saat ini.

“Alright, pertama mari kita luruskan kejadian ini,” ucap Kent. “Hei, lihat kemari!” perintahnya. Ia mendengkus setelah tidak mendapatkan respon baik dari lawan bicaranya.

“Kubilang lihat kemari!” Kent langsung meraih dagu Ilona bahkan itu ia lakukan tanpa melihat wajah Ilona. Kepala Ilona memutar dan kini ia di paksa untuk mendongak dengan dagu yang sudah di apit kuat oleh tangan Kent. Dalam keadaan seperti itu Ilona masih bisa memperlihatkan tatapan tidak senangnya pada Kent.

“Mulai sekarang perlihatkan rasa hormatmu agar aku tidak menyesal telah mengeluarkan sepuluh juta untuk membelimu.”

Ilona membelalak tak percaya. ‘Sepuluh juta, sepuluh juta dolar?’ Batin Ilona. Namun setelah mendengar hal itu Ilona malah langsung menepis tangan Kent.

“Kau pikir kau siapa, hah?” Kini giliran Ilona yang bersuara. Ia tidak takut menatap mata Kent. “Kau pikir dengan uangmu kau bisa membeli seseorang dan merenggut semua hak atas dirinya sendiri?” Ilona menggeleng sambil menatap sinis pria di depannya. “Tidak. Uangmu tidak bisa membeliku.”

"Tapi buktinya aku sudah membelimu, nona. Aku mengambilmu dari sana," ucap Kent. Ilona terdiam.

Kent tersenyum sinis. Ini semakin menarik baginya. Kent lalu mencondongkan wajahnya. Ia kembali meraih wajah Ilona lalu dengan cepat pula Ilona menepis tangan itu. Kent mendengkus. Ia menarik dirinya lagi. Kini dia berdiri di depan Ilona dengan lutut sebagai tumpuannya. Sementara Ilona kini tengah menelan saliva beratnya. Ia menunduk namun lagi-lagi dia harus di perhadapkan dengan pemandangan yang sangat tidak nyaman ketika tubuh bagian bawah Kent tepat berada di depan kepalanya.

“Look at me,” ucap Kent dengan nada tegas. Ilona menggeleng membuat Kent menggeram dan akhirnya menjambak rambut Ilona. Gadis itu meringis saat rambutnya di tarik dan kini ia kembali di paksa untuk menatap wajah arogan itu.

“Jika kau masih seperti ini, aku akan membawamu kembali ke sana dan aku jamin,” Kent langsung menundukkan kepala. Bibirnya tepat berada di depan bibir Ilona hingga gadis itu bisa merasakan napas Kent yang memburu di depan bibirnya. “Kau akan melihat dirimu bertelanjang di atas meja bar, menari dengan gaya paling panas dan di saksikan banyak orang.”

Ilona kembali mematung. Hanya matanya yang bergerak memberi pemahaman pada Kent jika gadis itu kini sedang merasakan ketakutan yang besar.

“Good girl.” Senyum iblis di wajah Kent saat melihat ketidakberdayaan Ilona.

Kent lalu menghempaskan wajah Ilona membuat kepala gadis itu terlempar. Ilona meringis lagi, air mata lolos begitu saja di pipinya tanpa di minta. Ilona tidak pernah mengalami perlakuan kasar sebelumnya. Walau hidup Ilona dahulunya tidak bisa di bilang baik-baik saja karena dia hanya memiliki seorang ayah, tapi … selama delapan belas tahun dia hidup, tak ada yang pernah memperlakukan Ilona dengan kasar. Dan kini, kenyataan yang begitu pahit menghadapi realita jika dirinya kini telah di beli dan artinya hidup Ilona sekarang bergantung pada pria di depannya.

“Apa yang kau inginkan dariku?” Suara Ilona kini berubah pelan.

Kent tersenyum iblis. Akhirnya dia mendapatkan yang dia inginkan.

“Aku ingin kau, dirimu,” Lagi-lagi Kent menjatuhkan wajahnya dan nyaris menempel pada Ilona. “Dan aku mau kau menyerahkan dirimu seutuhnya.”

Ilona menahan napasnya sesaat. Ia menutup mata dan Kent yakin jika setelah ini Ilona akan langsung menggumamkan kalimat penyerahan.

Ilona kembali membuka matanya setelah menghembuskan napas gusar. “Kalau begitu teruslah bermimpi.”

Kent melebarkan matanya. ‘Berani-beraninya dia mempermainkan aku.’ Kent membatin sambil melotot pada Ilona namun gadis itu sudah tidak perduli. Ia tidak bisa terima jika ada orang yang ingin memperlakukannya semena-mena. Terlebih, menginginkan dirinya?

“Lebih baik aku mati. Kau bunuh aku, atau terserah padamu. Aku tidak pernah sudi menyerahkan tubuhku untuk di perbudak.”

Kata-kata itu semakin membuat Kent merasa terbakar. Baru kali ini ada gadis yang berani melawannya. Harga diri pria Adonis itu sudah terluka saat Ilona mencampakkan dirinya di klub malam dan kini, setelah berhasil di beli, Ilona masih tidak ingin melayaninya?

Tangan Kent mengepal di kedua sisi tubuhnya. Rahangnya kembali mengeras. “Jadi kau tidak mau menurut dengan cara baik-baik?”

Ilona tidak memberi respon namun sorot matanya mampu mewakilkan apa yang tidak terucap di bibirnya.

“Baiklah.” Kent menarik dirinya. Dia berdiri dari atas kasur. Ilona membuang napas panjang. Sebenarnya dia begitu takut bahkan tanpa sadar sejak tadi Ilona menahan napasnya.

“Kita lihat sampai dimana keberanian itu mampu kau pertahankan.”

Lagi-lagi kalimat itu yang keluar dari bibir Kent. Ilona akhirnya memberanikan diri memutar wajahnya namun, tiba-tiba saja sesuatu menggelapkan matanya.

“Hei, apa-apaan kau!” Ilona berusaha melepaskan kain yang sedang di pasangkan Kent untuk menutup kedua matanya namun, tangan Kent bergerak dengan cepat. Setelah mengikat mata Ilona, tangan Kent langsung bergerak lagi. Ia meraih tali dari balik saku celananya lalu dengan cepat membalikan tubuh Ilona dan Kent langsung memposisikan tubuhnya di atas tubuh Ilona. Kent mengambil kedua tangan Ilona lalu di bawanya ke punggung gadis itu lalu mengikatnya di sana.

“Hei, lepaskan aku, bajingan!”

Ilona terus meronta-ronta dan itu membuat Kent bergairah. Ini adalah yang pertama kalinya bagi Kent. Ia tidak terbiasa bersikap lembut pada wanita tapi, entah apa yang terjadi pada Kent yang sekarang, di depan tubuh mungil ini, Kent seolah mendapatkan kepuasan tersendiri ketika melihat gadis ini tersiksa.

“Tenanglah sayang, kau akan menikmat ini percaya padaku.”

Kent berpindah, tubuhnya beringsut ke bagian bawah tubuh Ilona. Kent sempat menelan ludah saat melihat kain sutra berwarna merah itu terangkat dan menampilkan kulit putih gadis mungil itu namun Kent menahan semua hasratnya. Ia langsung menarik kaki gadis itu lalu dengan cepat mengikatkan tali di tangannya ke pergelangan kaki Ilona sehingga kaki dan tangan Ilona kini telah terikat sempurna.

Kent tertawa pelan. Jantungnya bertalu dengan kencang dan ia semakin tidak menduga jika dia akan berbuat sejauh ini.

“Sekarang, mari buat kau berlutut dan memohon ampun.”

 _________________

tekan VOTE please :)

Dreamer Queen

Hallo, selamat datang di duniaku. Jika kalian menyukai cerita ini, silahkan menyimpan cerita ini di perpustakaan kalian. Oh ya, ini Novel Dewasa yang hanya bisa dibaca oleh kalian yg sudah berumur 18+. Beberapa part akan menyuguhkan adegan dewasa dan explicit. Jika kurang menyenangkan bisa di skip. Cerita ini sekadar FIKSI semata. Tidak ada maksud utk menyinggung sebagian atau bbrp kelompok. Nikmati saja alurnya. Suka, duka, sedih, bahagia. Gemetar dan meledak. Rasakan sensasinya. Jangan lupa untuk memberikan VOTE dengan mengklik tombol VOTE di bawah. Keep your eyes open untill the end, yah ;) Mampir juga ke cerita terbaruku judulnya BEAUTIFUL PSYCHO bertema Romansa Dewasa. Ditunggu kehadirannya ;)

| 1
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
kalau saja Kent gak kasar pasti Ilonna luluh.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status