Share

Dear Allah
Dear Allah
Penulis: Lusia

01. Ijab Kabul

“Saya nikahkan dan saya kawinkan Engkau Ananda Alfatih Malik Bin Hasan Basyir dengan anak saya yang bernama Zayna Amira dengan maskawin uang tunai lima puluh juta dibayar tunai!”

“Saya terima nikah dan kawinnya Zayna Amira binti Arman Faris dengan maskawin tersebut, Tunai!” ucap Fatih dengan lantang.

“SAH!”

Lalu ucapan rasa syukur dari para tamu yang menyaksikan ijab kabul itu. Alhamdulillah, lega rasanya. Akhirnya hari itu juga Zayna telah menjadi istri sah Fatih, betapa senangnya menjadi pengantin baru.

Tepat pukul lima sore acara resepsi pernikahan telah selesai. Para tamu undangan sudah pergi, tersisa hanya keluarga pengantin wanita dan keluarga lelaki di ballroom hotel. Zayna mengajak Fatih untuk ke kamar yang sudah di booking khusus untuk pasangan baru menikah. Zayna tidak sabar beristirahat sambil menunggu waktu Magrib tiba. Kepalanya sudah sangat pusing memakai mahkota di kepala, gaun pengantin juga berat dan make up yang tebal. Rasanya ingin cepat melepas gaun pengantin dan kerudung di kepalanya.

“Zay, nanti malam jangan malu-malu, ya. Kita kan sudah menjadi sepasang suami istri,” ucap Fatih menggoda pada Zayna setelah berpamitan pada keluarga mereka kalau keduanya akan beristirahat. “Malam pertama, lho, Zay,” bisiknya.

Zayna bergidik ngeri membayangkan malam pertamanya. Tahu arah pembicaraan Fatih membuatnya takut di unboxing. “Apaan sih, Pak! Jangan bahas di sini!” Cubit Zayna ke lengan Fatih. Takut ada keluarga yang mendengar obrolan mereka.

“Pak?” Fatih menyentil dahi Zayna. “Kok manggilnya 'Pak'? Terkesan tua sekali dipanggil 'Pak.' Ayo sekarang ubah kebiasaan kamu. Jangan panggil 'Pak' tapi panggil 'Mas'. Oke?” perintahnya tidak menerima penolakan.

“Mas Fatih?” batin Zayna membuatnya salah tingkah. Dia belum terbiasa memanggil Fatih dengan sebutan 'Mas.'

“I-iya, Mas Fatih.” Zayna menunduk malu-malu.

Mas Fatih tersenyum mendengar pertama kali dipanggil 'Mas' oleh Zayna.

“ZAYNA!”

Langkah kaki Zayna dan Fatih berhenti saat mendengar ada suara wanita memanggil Zayna, keduanya sama-sama membalikkan badan. Betapa terkejutnya Zayna saat melihat wanita di hadapannya memakai gamis hitam dan kerudung hitam juga.

“M-mbak Yara, kan?!” Bertambah kaget saat wanita itu membuka masker. Memang benar, itu Mbak Yara Noura—kakak Zayna. “Ya ampun, Mbak. Udah lama banget nggak ketemu!”

“Iya, ini aku, Zay!” Wanita bernama Yara tersenyum lebar. “Masyaallah kamu cantik sekali memakai gaun pengantin. Selamat ya atas pernikahan kamu. Mbak doakan semoga menjadi keluarga sakinah mawadah warohmah.”

Zayna langsung menubruk tubuh Mbak Yara, memeluk saking rindunya. Terakhir bertemu dua tahun lalu. “Aamiin. Aku kangen banget, Mbak! Kok tiba-tiba ada di sini? Tanpa memberi kabar dulu ke Mama. Kalau Mama Papa lihat pasti kaget banget tau!”

Pelukan perlahan terlepas.

“Mbak sengaja tidak memberi kabar biar surprise! Saat tahu kamu akan menikah, Mbak cepat-cepat mengambil libur agar bisa pulang ke Indonesia, lho,”jawab Yara antusias menjelaskan. Mata Yara beralih ke lelaki di belakang Zayna yang sejak tadi tidak disadari keberadaannya. Saking rindunya dengan Zayna.

“Padahal nggak perlu pulang cuma karena aku akan menikah. Datang jauh-jauh begitu,” balas Zayna merasa tidak enak hati lalu tersadar Kakaknya tengah memperhatikan suaminya. Zayna pun berniat memperkenalkan Yara pada Fatih. “Ini, Mas. Mbak Yara. Mbakku yang bekerja di Singapura dan sudah menyelesaikan studinya di university di Singapura. Baru pulang setelah sekian lama di Negara orang.”

Fatih mengangguk singkat. Wajah tanpa berekspresi.

“Dia suami kamu, Zay?” tanya Yara tanpa menatap Zayna, matanya tidak berkedip melihat ke Fatih. Nada bicara Yara mendadak berubah dan tidak seantusias tadi. “Benar suami kamu?” ulang Yara seakan tidak percaya apa yang dilihat. Mengucek matanya berkali-kali. Nyata. Tidak salah lihat!

“Iya memang suamiku. Kenapa, ya, Mbak?” Zayna dibuat bingung.

“Saya Fatih, suami Zayna,” timpal Fatih tiba-tiba memperkenalkan diri. Terlihat begitu gelisah.

Deg. Jantung Yara hampir copot mendengar suara itu tidak asing baginya. Ya. Suara yang selama ini ingin Yara dengar! “Ya Allah, apa ini bagian dari rencanamu? Kenapa dari sekian banyak lelaki di bumi ini. Kenapa harus dia yang menjadi suami adikku?” batin Yara, hatinya tersayat-sayat. Sakit menerima kenyataan itu.

“Kalian saling kenal?" tanya Zayna, memandang Mbak Yara dan Mas Fatih secara bergantian

Apakah mereka saling kenal?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status