Share

05. Tidak Punya Sopan Santun!

Tok. Tok. Tok!

"Kak Zay. Buka pintunya! Buka pintunya sekarang!"

"Astaghfirullah hal adzim," kaget Zayna terbangun mendengar ketukan pintu di luar kamar hotel yang berisik di telinga. Siapa, sih yang mengganggu jam tidurnya di jam setengah empat pagi dan suara wanita itu tidak Zay kenal.

Zayna cepat-cepat memakai kerudung dan rasa kantuknya hilang begitu saja menyadari tidak ada keberadaan Fatih di sampingnya. Fatih tidak ada di sana! Fatih belum pulang!

"Apa salahku sehingga aku ditinggalkan seperti ini?" Mengelus dadanya yang terasa sesak sekali.

"Kak Zay cepat buka pintunya! Sudah bangun, kan?!"

Suara di luar kamar semakin keras. Zayna dengan langkah berat berjalan ke pintu. Mengintip dari lubang kecil di pintu, ternyata yang datang adik Fatih yang kedua bernama Latisa. Usianya baru menginjak 17 tahun dan masih duduk di bangku 12 SMA.

"Latisa?" kata Zayna setelah pintu dibuka. "Jangan gedor-gedor. Kamar lain bisa terganggu," tegurnya.

Latisa memasang ekspresi tanpa dosa telah mengganggu istirahat Zayna. "Iya, Kak."

"Ada apa? Kenapa datang jam segini?" tanya Zayna bingung. "Kamu tidak tidur? Naik apa ke sininya?"

"Naik gr*b car."

Zayna melongo. "Jam segini? Untuk apa?"

"Sudah jangan banyak tanya!" Latisa menyelonong masuk tanpa disuruh, mengabaikan kebingungan Zayna. Matanya melihat seisi kamar hotel itu. Terkagum dengan hiasan cantik kamar tidur pengantin. Dengan lancang mendudukkan pantat di atas tempat tidur. "Wah, jadi gini rasanya tidur di hotel. Enak sekali, tempat tidurnya nyaman banget."

"Apa yang membuatmu kemari subuh-subuh, Sa?" tanya Zayna tidak nyaman dengan kedatangan Latisa.

"Kak Fatih memintaku untuk mengambil kopernya, dia membutuhkan baju yang ada di koper itu," lontar Latisa tanpa melihat ke lawan bicara.

"Di mana Mas Fatih sekarang? Kenapa tidak ambil sendiri?" tanya Zayna dengan cepat, keningnya berkerut. Zayna semakin dibuat bingung dengan Fatih. Sudah tidak kembali ke hotel, tiba-tiba menyuruh adiknya untuk mengambil koper miliknya di jam subuh.

"Di rumah."

Jawaban singkat Latisa langsung membuat kaki Zayna lemas, tidak sanggup berdiri. Dia duduk di kursi meja rias. Fatih benar-benar telah tega mengabaikan dirinya. Menunggunya sampai tertidur, tidak tahunya sedang bersantai di rumah.

"Cepat ambilkan koper milik Kak Fatih. Aku akan pulang sekarang," perintah Latisa tanpa berkata meminta tolong. Gadis remaja itu hanya melihat sekilas Zayna dengan tatapan tidak suka. "Jangan kaget begitu. Aku memang tidak suka dengan Kak Zay sejak pertama kali bertemu," ungkapnya dengan senyuman sinis.

Zayna menghela napas berat mengetahui sifat asli Latisa padanya, berbeda saat pertama bertemu. Sungguh bermuka dua. "Aku tidak pernah memaksa orang lain agar menyukaiku, tapi aku sudah menjadi istri dari Kakakmu, Sa. Begitukah sikapmu padaku?" tegur Zayna.

Latisa turun dari ranjang dan berdiri di depan Zayna. Raut wajahnya kesal. "Halah! Jangan banyak bicara. Mana koper Kak Fatih!" sungutnya.

Zayna menahan kesabarannya. Ingat! Gadis remaja itu adalah adik dari suaminya yang masih labil. Dengan terpaksa membereskan isi koper Fatih dan menutup koper lalu diberikan pada Latisa.

"Lama banget, sih, Kak!" Latisa merampas koper besar itu dengan kasar. "Oh ya kata Kak Fatih, rumah barunya belum bisa ditempati karena masih perlu ada yang diperbaiki beberapa hari. Jadi abis check out langsung pulang ke rumah."

"Ke rumah siapa?" Bingung Zayna.

"Ya ke rumah keluargaku dong, Kak. Ikut suami, masa baru menikah pulang ke rumah masing-masing. Nanti apa kata orang," dumel Latisa kemudian dia menyeret koper keluar dari kamar itu tanpa berpamitan atau mengucapkan salam lebih dulu.

Zayna geleng-geleng kepala melihat tingkah Latisa. Tidak habis pikir sikap adiknya Fatih itu yang kurang ajar pada orang dewasa.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status