Share

08. Maaf ....

Ini kamarku." Fatih mempersilahkan Zayna masuk.

Zayna masuk ke dalam kamar Fatih untuk pertama kali. Bau ruangan harum dengan aroma parfum. Zayna melihat-lihat foto di sana, foto anak kecil dan foto keluarga Fatih yang terpajang di dinding. Foto keluarga Fatih ada anak kecil yang sedang digendong, pasti anak kecil itu Fatih.

Kamar Fatih bernuansa abu-abu terlihat elegan dan estetik, menciptakan suasana tenang dan nyaman pada interior. Dipadukan cat putih yang tampak bersih dan netral. Keadaan kamar rapih, tidak berantakan. Di sana juga ada sofa panjang yang empuk dan jendela kaca besar sehingga dapat melihat pemandangan jalan raya.

"Nanti bajunya masukin ke dalam lemari. Anggap saja rumah sendiri."

"Iya, Mas," balas Zayna sibuk melihat-lihat.

"Kamu sudah sholat?"

Langkah Zayna terhenti. Berbalik badan melihat Fatih dari jarak agak jauh. Menggeleng kepala lalu menjawab, "Sebentar lagi."

Fatih mengangguk. "Kalau lapar turun saja ke ruang makan. Mengenai rumah kita, mungkin seminggu kemudian baru bisa kita tempati."

"Iya, Mas."

Zayna tidak menyangka di balik kekecewaan semalam. Ternyata Fatih menaruh sedikit rasa perhatian padanya. Ya, meskipun jutek dan dingin. Sebenarnya ingin menanyakan perihal kenapa Fatih meninggalkannya sendiri di hotel, apa yang membuatnya Fatih berubah, tapi Zayna urungkan. Memilih membuka koper dan memasukkan baju ke dalam lemari.

Fatih duduk di atas ranjang dan diam-diam memperhatikan Zayna yang tengah sibuk dengan kegiatannya. Fatih berdehem, "Apa kamu tidak marah padaku, Zayna?" tanyanya memecahkan keheningan di kamar itu.

Zayna hanya menunduk tak menoleh. Marah? Tidak.

"Kenapa tidak menjawab?"

Zayna pun menoleh sambil tersenyum. "Aku tak marah padamu, Mas. Hanya saja kecewa," ungkapnya mengenai hatinya.

Fatih menelan ludah melihat senyum Zayna. Padahal dia sudah membuat istrinya kecewa, tapi mengapa Zayna masih mampu memperlihatkan senyuman begitu manis? Fatih pikir sesampainya di kamar Zayna akan marah-marah padanya, ternyata tidak. Zayna tenang dan tidak berkata banyak. Bahkan tidak menuntut untuk membahas kejadian semalam.

"Maaf ...." Fatih tahu permintaan maaf tidak dapat mengobati rasa kecewa apa yang Zayna rasakan.

Zayna diam dua menit, lalu menarik napas dalam-dalam. "Mas, bolehkah aku mendengar alasan kenapa tidak kembali malam itu? Kenapa kamu meninggalkanku?" tanya Zayna pelan. "Bila memang aku punya salah, tolong katakan," lanjutnya.

Fatih menggeleng. Jujur, merasa bersalah pada istrinya. "Tidak, Zay. Kamu tidak salah. Aku yang salah." Fatih menyalahkan dirinya. "Maaf sekali lagi."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status