Share

09. Keluarga Besar Suami

Mimik muka Zayna terheran-heran mendengar suara gaduh di lantai bawah. Ada apa di sana? Kini Zayna menuruni tangga bersama Fatih sehabis sholat isya. Betapa terkejutnya Zayna melihat keluarga besar Fatih di ruang keluarga sedang asyik bercakap-cakap, ada tawa, dan canda. Fatih tak kalah terkejut, karena lelaki itu tidak mengetahui kalau keluarganya akan datang.

Suasana yang tadinya ramai menjadi hening sejak kedatangan mereka berdua dan apa yang Zayna lihat? Keluarga Fatih memperhatikannya dengan berbagai tatapan. Ada yang menyukai dan ada yang kurang begitu menyukai kehadiran Zayna. Zayna tetap tersenyum ramah pada keluarga Fatih, menepis pikiran buruk sangka.

"Wah ... pengantin baru nih baru turun ke lantai bawah." Papa Fatih masih mengenakan peci hitam di kepala, menutupi rambut yang sedikit botak. "Hayo abis ngapain kalian di kamar terus?" goda Hasan.

Melihat ayah Fatih sudah berada di rumah, Zayna cepat-cepat menghampiri untuk mencium tangan Hasan dan mencium tangan semua orang yang lebih tua darinya.

"Papa bicara apa, sih?" Kesal Fatih mendengar godaan Hasan yang garing menurutnya.

"Maklum aja, Pa. Kan pasutri baru, pasti ingin selalu berduaan," timpal Desi dengan enteng. "Sini gabung, Nak!" Desi menarik tangan Zayna dan bergeser agar menantunya duduk di sebelahnya.

Zayna menurut duduk di tengah keluarga Fatih yang tidak tahu nama mereka, sementara Fatih duduk di sebelah Hasan. Desi menatap Zayna dengan senyuman, tangan kanan beliau mengelus punggung tangan Zayna dengan lembut.

"Terima kasih, ya. Sudah mau menikah dengan anak saya," ucap Desi lirih. "Ini lho menantu kesayanganku, panggil saja Zayna," ucap Desi memperkenalkan Zayna kurang lebih kepada empat orang yang berada di situ, dua Ibu-ibu, dan dua wanita yang sepertinya belum menikah. Karena pernikahannya di gedung sehingga acara sangat singkat membuat mereka tidak sempat berkenalan dengan Zayna lebih dalam.

"Itu Tante Dewi," tunjuk Desi ke Ibu berkerudung pink. "Sebelahnya Tante Yeni. Lalu wanita yang kerudungnya di ingat ke belakang ada tahi lalat di atas bibir namanya Dona, putrinya Tante Yeni dan sebelahnya itu Aruni, putrinya Tante Dewi.

Zayna mengangguk paham mencoba mengingat nama yang telah disebut.

***

Ini adalah pertama kalinya bagi Zayna makan malam bersama dengan keluarga suaminya. Rasanya canggung sekali. Dia masih berdiri mencari kursi untuk didudukinya dan melihat kursi kosong di sebelah Fatih, memutuskan untuk duduk di kursi itu, namun tiba-tiba sebuah tangan dari belakang menarik kursi itu.

"Tisa duduk di sini, ya. Bolehkan, Kak?" izin Latisa pada Fatih.

"Tisa, Pindah!" titah Desi. "Duduk di sebelah Mama."

"Yah, Mama! Tisa pengen duduk di sini," rengeknya seperti anak kecil minta permen. "Duduk di sebelah Kak Fatih. Kan beberapa hari lagi Kak Fatih mau pindah."

Desi menggeleng keras, melototkan mata. Alhasil Tisa cemberut, bibirnya maju beberapa senti.

Gadis remaja tersenyum sinis ke Zayna. "Tahu diri dong, kamu orang baru di keluarga Fatih ini! Harusnya mengalah!"

"TISA!" geram Desi, memijit pelipisnya yang mendadak pusing dengan kelakuan Latisa.

"Tidak apa-apa, Ma. Biar Zayna duduk di kursi lain," sahut Zayna tidak enak hati memperkeruh keadaan di meja makan hanya karenanya dan Latisa rebutan kursi.

"Tisa kamu harus nurut sama Mama, jangan melawan! Ayo pindah!" tegas Hasan sedari tadi hanya mendengarkan, matanya memberi isyarat agar Latisa cepat-cepat pindah. "Itu kursi untuk Nak Zay."

"Iya-iya, Pa. Tisa pindah." Tidak ingin membuat Papanya marah, karena marahnya Hasan sangat menakutkan. Tisa menghampiri kursi di sebelah Mamanya, sempat menatap Zayna dengan kesal dan sebal.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status