Share

The Pool
The Pool
Author: Losi

Chapter 1

Byur ...

Untuk kesekian kalinya hampir satu minggu ini di jam yang sama air dalam kolam renang itu akan naik dan mengombak. Dan tersangka utama adalah seorang gadis cantik berambut burgundy sebahu yang kini tengah menikmati segarnya air saat musim panas seperti sekarang ini.

Hup … hup … hup ....

Gadis itu meraup udara dan kembali memasukan kepalanya dalam air. Tangan dan kakinya bergerak seirama menyeimbangkan tubuhnya agar tetap melayang dalam air.

Hup ....

Mencapai tepian kolam kolam, ia berhenti disana. Tubuhnya masih berada dalam air dengan kaki yang masih mengayun pelan. Tangannya menyandar pada tepi kolam dan ia menengadah ke atas. Menikmati udara segar dan segarnya air kolam. Mengabaikan fakta bahwa ini bukan kediamannya.

Sudah seminggu ini ia selalu menghabiskan waktu untuk berenang setelah pulang kuliah. Daripada harus berdesakan dengan banyak orang di kolam renang umum memang lebih baik berenang sendiri di kolam renang tetangga. Tetangga? Ya, tentu saja, daripada kolam renang tetangga 'mubazir' karena penghuni telah pindah, jadi lebih baik ia manfaatkan untuk menyegarkan diri.

Hanya mengenakan celana pendek yang mengekspos paha putih mulusnya dan kaos putih tipis yang  mencetak jelas dua puting yang tak mengenakan bra, gadis itu dengan santai menikmati waktu santainya berenang tanpa mengetahui bahwa ada sepasang mata yang selalu memperhatikannya dari dalam rumah.

Liliana Shakira namanya, gadis berusia 21 tahun yang merupakan mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Jepang. Anak tunggal dari Roberto Darwin dan Samantha Kiehl yang kini keduanya tengah berada di Afrika untuk urusan pekerjaan. Meninggalkan anak semata wayang mereka sendirian di rumah dalam kurun waktu yang tak bisa ditentukan.

Gadis itu keluar dari kolam dan mengambil handuk yang ia bawa dari rumah yang ia taruh pada kursi di pinggir kolam renang. Mengeringkan rambut berwarna burgundy miliknya kemudian berniat kembali ke rumahnya. Ia memanjat tangga yang tersandar pada tembok pagar rumah tersebut kemudian menuruni tangga kembali yang tersandar pada tembok pagar rumahnya. Rumah Shakira dan rumah pemilik kolam renang hanya dibatasi dinding pagar setinggi dua meter. Tak begitu tinggi memang, dan memudahkan Shakira dapat memasuki area rumah itu dengan mudah. Namun tujuannya hanya pada kolam renang, ia tak pernah berniat melihat ke dalam rumah meski sepengetahuannya penghuni rumah telah pindah satu bulan yang lalu dan rumah itu kini kosong.

Shakira menenggak minuman jeruk dari dalam kulkas kemudian menuju kamarnya untuk mandi dan segera memasak makan malam.

Ia sudah terbiasa tinggal di rumah sendirian. Orang tuanya kerap ditugaskan di daerah terpencil sejak SMP dan sejak itu ia mulai mandiri. Namun saat itu ibunya akan secepat mungkin kembali setelah tugasnya selesai berbeda dengan kali ini, orang tuanya sudah berpesan bahwa mereka akan kembali dalam satu atau dua bulan lagi.

"Hah ...." Shakira menghela nafas berat. Meski sudah terbiasa di rumah sendiri tapi tetap saja kadang ia merasa sepi. Bangkit dari dalam bathup ia segera keluar kamar mandi dan membuka lemari pakaian memilih pakaian mana yang akan ia pakai malam ini. Mengabaikan keadaan gorden jendelanya yang belum tertutup. Tanpa sehelai benang pun ia memilah-milah pakaian dalam lemari. Dasar ceroboh!

Kini ia telah mengenakan celana training dan kaos hijau kebesaran lengan panjang dengan model neck V sampai belahan dadanya terlihat. Membuka kulkas dan tak ada apapun selain minuman. Ia berdecak sebal kemudian berjalan keluar rumah berniat membeli bahan makanan ke minimarket yang tak jauh dari rumahnya.

Entah hanya perasaannya saja, ia merasa ada seseorang yang mengikutinya. Tapi saat ia menoleh, sama sekali tak ada siapapun kecuali seseorang dengan topi dan masker juga kacamata hitam yang kini berjalan melewatinya.

Shakira tampak berpikir, kacamata hitam di malam hari? Mungkin orang itu adalah orang gila, batinnya.

Shakira sampai pada tempat tujuannya dan mulai mengambil bahan makanan untuk beberapa hari kedepan. Daging, buah dan sayur juga beberapa snack sudah didapatnya dan saatnya membayar menuju kasir. Saat sampai kasir ia cukup terkejut karena orang yang ia lihat tadi berada disana, membayar kemudian pergi dengan beberapa kantong plastik di tangan. Shakira segera mengalihkan pandangan saat ia merasa orang itu tengah melirik ke arahnya saat hendak keluar minimarket. Mengabaikannya ia segera menuju kasir.

Tidak seperti biasa jalanan tampak sepi, ia memberanikan diri berjalan dengan dua kantong plastik di kedua tangannya melewati jalanan yang hanya berjarak dua ratus meter dari rumahnya.

"Hai cantik .... butuh bantuan?" Suara seorang pria mengejutkan Shakira. Pria itu tiba-tiba datang kemudian disusul dua orang di belakangnya.

"Tidak, terimakasih," ucap Shakira tenang dan melewati ketiga orang itu.

"Hei tunggu dulu, kami dengan senang hati akan membantumu membawa barang-barangmu,” paksa salah satu diantara ketiganya. 

"Tapi kau harus membayar kami,” imbuh seorang lagi kemudian ketiganya tertawa lebar dengan seringai mesum.

"Maaf, tapi tidak perlu." Shakira berusaha menghindar dan pergi dari sana. Biasanya tak pernah seperti ini, baru kali ini ia mengalami ini dan sepertinya orang-orang itu bukan berasal dari lingkungan rumahnya.

"Kalau begitu kami akan memaksamu." Salah seorang pria itu mencengkram tangan Shakira membuat kantong plastik yang ia bawa jatuh ke tanah.

"Lepaskan! Atau aku akan berteriak,” ancam Shakira dengan setengah berteriak.

Namun ketiga pria itu tak peduli. Shakira melupakan bahwa malam ini ada festival di pusat kota dan pasti orang-orang tengah berada di sana sekarang, dan menjadikan jalanan sepi. Shakira mencoba melepaskan diri dengan meronta sampai seseorang datang dan mematahkan lengan pria yang mencengkram tangannya.

"Argh ...." teriak pria itu dengan memegangi tangannya yang patah.

'Orang itu lagi,' batin Shakira. Tanpa mempedulikan Shakira yang terkejut, orang yang Shakira lihat di mini market sebelumnya menghajar ketiga pria itu. Ketiganya tergeletak di jalanan dengan merintih kesakitan. Diambilnya kantong belanjaan Shakira dan memberikannya pada Shakira.

"Te-- terimakasih,” ucap Shakira dengan suara pelan.

"Hn." Hanya itu yang dapat Shakira dengar. Tanpa aba-aba tangan pria itu menarik tangannya dan berjalan melewati ketiga pria yang kini terkapar. Ketiganya dipastikan akan menginap di rumah sakit dalam beberapa minggu kedepan.

"Tu-- tunggu. Terimakasih tapi aku bisa pulang sendiri,” ucap Shakira setelah berada cukup jauh dari tempat kejadian.

"Masuk,” perintah orang itu kemudian pergi meninggalkan Shakira. Bagaimana pria itu tahu ini rumahnya? Kini ia berada tepat di depan gerbang rumahnya. Setelah melihat dan menyadari ia telah berada di depan rumah, Shakira menoleh dan tak lagi melihat pria itu. Dengan segera Shakira memasuki rumah tanpa menyadari pria yang telah menolongnya tengah memperhatikannya dari halaman ruman di sebelahnya.

***

"Jidat!" teriak seorang gadis cantik berambut blonde. Ia terlihat menghampiri Shakira yang tengah menikmati makan siangnya.

"Bisakah kau mengecilkan suaramu Pigy? Aku jengah selalu mendengar suara kerasmu,” dengus Shakira dan mengabaikan gadis yang kini duduk di hadapannya.

"Hihihi ... Maaf." Gadis bak boneka barbie itu tertawa dan menunjukkan dua jarinya pada Shakira membentuk huruf V. "Hei … kau tahu? Ada gosip terpanas di kampus dan ini mengenai mantanmu si boneka manekin itu." Gadis  itu berbisik di telinga Shakira, membuatnya menghentikan sejenak aktivitas makan siangnya.

"Tidak bisakah kau menghilangkan panggilanmu itu?" Shakira kembali melanjutkan makan  makan siangnya yang tinggal separuh, menghabiskannya hingga bersih dan meminum jus strawberry miliknya hingga tandas.

"Kenapa? Ayolah Jidat, buka matamu. Bagaimana bisa kau masih menyukai manekin itu?" Gadis yang dipanggil 'Pigy' itu bersedekap dada menatap Shakira jengah.

"Aku sudah melupakannya, Pigy. Jadi berhenti membicarakannya." Shakira mengambil cermin dari dalam tasnya, mengusap lembut sisa minyak di area bibirnya dan menatap gadis dihadapannya malas.

"Jika kau memang sudah melupakannya, tak masalah bukan jika kita membicarakannya?" kata gadis itu dengan tersenyum meremehkan.

"Hah … Elsa, tidak bisakah kita membahas hal lain? Gosip mengenai si rambut merah, atau bokong besar teman satu kelasmu itu? Aku sepertinya lebih tertarik." Shakira tersenyum manis namun sarat akan kepalsuan.

"A … a … a ... kau harus terbiasa jika memang sudah melupakan manekin boneka merah itu." Ino mendekatkan wajahnya pada Shakira dan bersiap menceritakan gosip panas yang baru ia dengar. "Kau tahu? Si boneka manekin itu sekarang menjalin hubungan dengan Megi."

Diam sejenak kemudian Shakira tersenyum meski dadanya terasa sesak. "Benarkah? Lalu?"

"Shakira, itu artinya si Meong itu memang penyebab hancurnya hubunganmu dengan manekin itu,” papar gadis Barbie itu menjelaskan.

"Meong?" Shakira mengernyitkan alis tak mengerti.

"Tentu saja Megi itu. Aku yakin mereka sebenarnya telah menjalin hubungan saat manekin masih menjadi kekasihmu," ujar Elsa menggebu egitu yakin akan pemikirannya.

"Benarkah seperti itu? Lalu apa yang bisa kulakukan sekarang? Lagipula kami sekarang sudah berpisah." Terdapat kesedihan di setiap kata yang terucap oleh Shakira.

"Maafkan aku Jidat, aku memberitahumu bukan untuk membuatmu bersedih. Aku ingin kau melupakannya dan biarkan saja si Meong itu mendapatkan bekasmu. Kau cantik dan bisa mendapat pria melebihi manekin itu." Elsa memberi semangat untuk Shakira berharap temannya itu bisa membuka hati untuk orang lain dan sadar bahwa si mantan memang telah berselingkuh darinya saat mereka masih bersama.

"Ya kau benar." Shakira tertawa dan disambut pelukan oleh Elsa. Tanpa sengaja pandangan Shakira tertuju pada dua orang yang baru saja mereka bicarakan tengah memasuki kantin. Elsa menyadari perubahan sikap Shakira kemudian menoleh pada objek yang Shakira lihat.

"Pigy aku sudah selesai. Kita pergi dari sini." Shakira bangkit dan beranjak dari kursi yang ia duduki sampai suara yang sangat familiar baginya terdengar.

"Hai Shakira, sedang makan siang?" Suara ini, suara yang sangat familiar dan tak akan pernah Shakira lupakan. Suara yang selalu menemaninya selama kurang lebih satu tahun.

"Aku sudah selesai. Ayo Pigy,” ucap Shakira singkat kemudian pergi meninggalkan pria berambut merah dan pacar barunya.

"Selamat menikmati makan siang anda boneka manekin dan kucing peliharaannya,” ejek Elsa kemudian menyusul Shakira yang telah membayar makan siangnya.

"Hei… apa katamu!" teriak gadis berambut pirang yang terlihat marah.

"Sudahlah, Megi." Pria berambut merah itu menenangkan gadisnya namun menatap ke arah Shakira dengan pandangan sulit diartikan.

"Tapi gadis blonde itu benar-benar tidak sopan, Sayang. Aku akan memberinya pelajaran nanti. Awas saja dia,” ucap gadis bernama Megi itu dengan menggeram marah.

"Biarkan saja, mungkin dia hanya bercanda. Kau ingin makan apa? Aku akan memesankan untukmu." Viky, nama pria itu yang tak lain adalah mantan kekasih Shakira mengacak lembut rambut kekasihnya. Dan berhasil membuat kemarahan gadis itu hilang seketika dan digantikan dengan senyuman manis.

Byur …

Lagi, Shakira menghabiskan waktu sorenya untuk berenang di kolam yang sama setiap harinya. Kejadian tadi siang masih terus terbayang dalam benaknya. Bagaimana pria itu tersenyum pada kekasih barunya, dan bagaimana keduanya terlihat sangat romantis dan serasi membuat sesuatu di dadanya bergemuruh.

Viky Han, pria yang telah mengisi hatinya selama satu tahun ternyata kini telah berpindah kelain hati. Pria yang sekaligus temannya saat sekolah menengah atas ternyata tak seperti yang ia pikir. Padahal Shakira yakin Viky adalah pria baik melihat mereka telah berteman sejak lama dan ia tahu seperti dan bagaimana sifat pria itu. Tapi sikap pria yang satu tahun lebih tua darinya itu berubah sekitar satu bulan lalu dan menjadikan keduanya mengakhiri hubungan mereka.

Menangis? Tentu saja Shakira menangis saat mantan kekasihnya itu dengan mudah mengatakan untuk berpisah dan hanya melalui pesan suara. Pria itu beralasan mereka sudah tidak cocok dan lebih baik berpisah. Dengan semudah itu kenangan yang Shakira simpan selama satu tahun bersama pria itu hancur seketika. Benci memang ia rasakan tapi kebencian itu melebur saat melihat sang mantan kekasihnya itu tersenyum lembut padanya. Dan saat itu juga Shakira merasa ia adalah wanita paling bodoh.

Dengan sebagian tubuh masih berada dalam air dan tubuh bagian atasnya berpangku pada tepi kolam, Shakira tak menyadari seseorang mengamatinya dari dalam air yang tenang. Ia terlalu fokus pada gambar dalam smartphonenya yang menunjukkan banyak kenangan yang ia lewati bersama mantan kekasihnya.

Hup ....

Shakira terkejut saat merasakan seseorang keluar dari dalam air dan menyentuhnya. Satu tangan berada di bagian perut dan satu tangan berada di pipi halusnya. Memberanikan diri ia menoleh, dan setelah itu hanya suara teriakan yang terdengar. Smartphone yang digenggamnya pun terjatuh ke dalam kolam dan dipastikan semua kenangan yang ia simpan hilang dan musnah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status