Pernikahan. Bukankah seharusnya aku merasa bahagia di hari pernikahanku sendiri, tetapi tidak begitu pada kenyataannya. Kini aku menatap wajahku yang terpantul di depan cermin. Wajah muram nan sendu, hanya riasanku saja yang dapat menutupi bagaimana hatiku di dalam sana. Semua orang tampak berbahagia akan kami berdua. Mengucapkan selamat dan memberikan pengharapan akan kelanggengan bahtera rumah tangga yang akan kami arungi, tetapi aku tahu, dia tidak benar-benar menginginkan pernikahan sungguhan.
Di kali kedua aku menginjakkan kaki di rumah ini, aku mengetahui satu kenyataan bahwa dia hanya menjadikanku sebagai alat balas dendamnya, tetapi pada apa? Ap
Jake menatap Mike seolah dia benar-benar marah dan kesal. Tidak ada satu pun dari kedua perasaannya itu yang dia tutupi. Matanya menatap lekat pada Mike yang sejak tadi juga menatapnya. Kini mereka duduk saling berhadapan di atas sofa dalam ruang kerja Mike di MikeHill Corp.“Kau meninggalkannya di malam pertamamu?” tanya Jake tidak percaya.Mike hanya mengangguk dan menyesap espressonya.
Detak jam di dinding membuat dada Diana berdebar keras. Sejak tadi, tak henti-hentinya dia memperhatikan jarumnya yang bergerak pelan bagai siput di pinggir kanal. Waktu seakan merangkak, menyiksanya dalam penantian. Dia menajamkan pendengaran, berharap suara langkah kaki melewati kamarnya hingga dia merasa yakin pria itu kembali dari kantornya.Sudah pukul sembilan malam lewat tujuh, namun tidak juga ada tanda bahwa pria itu telah pulang ke rumah. Diana menunggu dengan tidak sabar di kamarnya sendiri, karena mereka masih menempati kamar masing-masing. Tampaknya, Mike sengaja membuat pengaturan tak tertulis, bahwa dia tidak ingin berada satu kamar denga
Jika ada yang bilang, bidadari hanya ada di surga, maka Mike bisa pastikan bahwa orang itu salah. Karena pada kenyataannya ada satu bidadari yang kini terlelap dalam dekapannya. Dia bahkan tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi bidadarinya, karena sejak sejam yang lalu Mike tetap mempertahankan posisi dengan tubuh menyamping, melilitkan tangan di sekitar tubuh Diana, menjaganya agar tidak terbangun sembari memandangi wajah cantik yang mampu menundukkan pandangannya untuk selalu menatap wajah itu. Mike beregerak sehalus mungkin untuk bisa menyentuh wajah Diana, menjalankan jari-jemarinya di sepanjang pipi, menyelipkan anak rambut yang menghalangi kecantikan istrinya.
Dua minggu setelah pernikahan, rasanya semua berlalu biasa saja tanpa ada perubahan. Mike masih sama dinginnya, dan dia tidak pernah diizinkan masuk ke kamar pria itu lagi setelah hari itu, dan di sinilah akhirnya Diana terdampar. Di antara tumpukan buku dalam perpustakaan pribadi pria itu. Reina yang sejak tadi serius menekuni satu bacaan akhirnya mendongak, tatkala mendengar suara helaan napas Diana.“Apakah Anda lapar Nyonya?” tanyanya, meletakkan kembali buku dalam genggaman. Diana menggeleng pelan.
Diana berdiri di depan kamar Mike sejak lima menit yang lalu. Pria itu bahkan tidak membukakan pintu untuknya, membuat Diana merasa teramat sedih. Berkali-kali dia mengetuk pintu, tetapi sebanyak itu pula lelaki itu mengabaikannya dan memilih diam serta mengurung diri di dalam kamar tanpa mau menyahut panggilannya.“Mike .... ““ .... ““Mike, kumohon buka pintunya.”“ .... ““Tak bi
Diana memakai gaun putih panjang selutut dan stiletto krem bersanding dengan clutch bag berwarna senada. Wajahnya telah dirias dengan polesan make up sederhana yang tampak natural. Dia bahkan terlihat sangat cantik dengan penampilannya itu. Begitu membuka pintu, Diana hanya bisa mematung, mendapati Mike yang berdiri di hadapannya. Mata mereka bertemu pandang. Sekian detik lamanya, Diana menahan napas, merasakan getaran aneh yang menjalar di sepanjang tubuhnya, bagai sengatan listrik.“Ada apa dengan pakaianmu?” tanya Mike heran melihat penampilan Diana.Diana hanya diam dan membuang wajah dari Mike, berlalu begitu saja meninggalkan pria itu. Melihat sikap Diana baru
“Kau tidak mengerti Alain! Pernikahan ini membuatku tersiksa. Berkali-kali aku mencoba untuk mencintaimu, tetapi ternyata aku tidak bisa ... aku masih sangat mencintainya!” Mére membentak Pére di hadapanku. Wajah putihnya kini memerah.Aku tidak tahu apa yang terjadi, tetapi mereka sering bertengkar seperti ini.“Kumohon Lyly, jangan tinggalkan aku, aku masih sangat mencintaimu.”
Diana meringkuk di atas tempat tidur. Dia menahan suaranya agar tidak terisak, namun ternyata sulit karena pada akhirnya dia tetap menangis dan isakan kecil mengisi kamarnya yang temaram. Ini malam kelima sejak dia dan Mike tidak lagi berbicara. Diana tidak tahu harus bagaimana, semakin hari hubungannya dengan Mike semakin buruk. Pria itu bahkan tidak menganggapnya ada, membuatnya semakin merasa asing dan terabaikan.Suara sepatu pantofel yang menapaki lantai menghenti-kan tangisnya, sekuat mungkin Diana menahan isakan. Dia menunggu langkah kaki itu melewati kamarnya, namun Diana heran saat suara sepatu itu berhenti tepat di depan kamarnya, dan gemerincing kunci yang saling beradu semakin menambah keheranannya. Dia menunggu dengan waswas. Dan ketika pintu kamarnya terbuka, Diana men