Kamea menundukan kepalanya saat Alif ikut bergabung di meja makan untuk sarapan bersama. Gadis itu masih mengingat kejadian semalam. Ia takut Alif akan mengadu kepada mama Anita dan papa Pradana, dan mereka akan memarahinya.
“Pagi Ma, Pa,” sapanya.
Alif melirik sekilas pada Kamea yang sedari tadi hanya menundukan kepalanya. Diam-diam belia itu mencuri-curi pandang, sekedar ingin memastikan bahwa Alif sudah tidak marah lagi.
“Pagi,” sahut papa Pradana tak acuh.
“Pagi, sayang.” Sahut mama Anita dengan senyum manisnya.
Kamea kembali melirik Alif dengan hati-hati agar tidak ketahuan oleh lelaki itu. Belia itu menyeringai canggung saat mengetahui ternyata Alif sedang memerhatikannya juga sambil mengunyah makanannya.
“Pagi, Om ganteng,” tuturnya dengan nada dibuat seramah mungkin.
Alif tak menjawa
Hari yang ditunggu pun telah tiba. Mama Anita tak berhenti mengembangkan senyum manisnya saat melihat pantulan tubuh Kamea di depan cermin. Gadis belia itu sangat cantik dengan balutan kebaya berwarna putih tulang yang pas di tubuh rampingnya.Wajah belianya semakin terlihat cantik hanya dengan memakai sedikit polesan makeup. Ia tak pernah menyangka, pernikahannya akan terjadi di usianya yang terbilang masih sangat muda. Demi sebuah amanat, Kamea mau menjalani semuanya. Tanpa paksaan.“Putri mama cantik banget,” tutur mama Anita saat Kamea membalikan tubuhnya berhadapan dengan mama Anita.Bibir tipis yang dipoles dengan lipstick berwarna merah muda itu tertarik mengukir sebuah senyum manis. Mama Anita memeluk tubuh Kamea dengan hati-hati agar tidak merusak riasan yang sudah dikenakan oleh gadis itu.“Selamat ya, sayang. Mama sangat senang kamu menjadi menantu di rumah ini. Mama sena
“Saya terima nikah dan kawinnya ananda Kamea Jovita Tasanee ….”Kamea tidak fokus mendengar kelanjutan kalimat yang ucapkan Alif dengan nada tegas dan serius di hadapan penghulu dan para saksi. Gadis itu terhanyut dalam pikirannya yang bercampur aduk antara bahagia dan juga sedih menjadi satu.Tetesan cairan bening merembes ke luar dari mata indahnya ketika semua orang menyerukan kata “Sah” secara bersamaan dan dilanjutkan dengan doa. Ada rasa yang sulit dijabarkan dengan kata-kata. Yang jelas Kamea sadar, saat ini ia sudah resmi menjadi istri dari seorang Reval Alif Pradana yang dikaguminya secara diam-diam.“Selamat sayang, akhirnya kalian sudah resmi menjadi pasangan suami istri,” ucap mama Anita sambil memeluk Kamea.“Sekarang, salaman dulu sama suamimu,” titahnya.Kamea menghela napas panjang, gugup. Ia menatap wajah Ali
Kamea menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Tak mau menyerah. "Ya udah, kalau aku gak boleh tidur di sini, aku mau ke luar," ucapnya."Keluarlah!" titah Alif datar.Gadis itu memiringkan bibirnya sambil mengangguk-anggukan kepala. "Aku sih gakpapa tidur di manapun. Tapi kalau sampai mama dan papa melihat aku tidur di luar, apa jadinya?" ucapnya sambil berpura-pura sedang berpikir."Hm, mereka pasti akan memarahi om Alif," ucapnya lagi dengan nada penuh penekanan.Alif membulatkan matanya sempurna. Rahangnya mengeras, kedua tangan kekar itu mengepal kuat. Geram pada gadis belia itu yang sudah berani mengancamnya."Kau-"Belum saja Alif menyelesaikan ucapannya. Belia itu tersenyum penuh kemenangan, sepersekian detik kemudian ia berlari menuju ke arah tempat tidur. Tak memedulikan teriakan dan kekesalan suaminya itu.Kamea naik ke atas
Kamea mengerjapkan mata saat bunyi dering alarm pada ponselnya memenuhi indra pendengarannya. Kesadaran gadis itu belum sepenuhnya terkumpul. Ia menguap dengan kondisi mata yang masih tertutup.Ada yang aneh dengan tubuhnya. Terasa berat seperti sesuatu sedang menindihnya. Kamea membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Alif yang masih terpejam.Deru napas lelaki berkulit putih itu terasa hangat menerpa wajah Kamea. Gadis itu menelan saliva yang terasa menyangkut di tenggorokannya. Terpaku sepersekian detik memandangi wajah tampan sang suami.Pandangannya turun ke bawah, iris berwarna hitam itu membulat sempurna ketika melihat tangan kekar alif melingkar di pinggangnya. Lelaki itu memeluk tubuh Kamea seperti memeluk guling. Sementara guling yang semalam mereka jadikan pembatas, saat ini entah menghilang ke mana."Aaaaaarrrgh!"Teriakan Kamea berhasil membangunka
"Kemana anak itu?" gumam Alif.Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamarnya, tetapi tidak bisa menemukan Kamea ada di manapun. Lelaki beralis tebal itu mengedikkan bahunya kemudian melenggang ke arah lemari pakaiannya.Sebelum ia membuka pintu lemarinya, tak sengaja iris berwarna cokelat itu melihat pakaian kerja miliknya berada di atas kasur lengkap dengan dasi yang senada dengan kemejanya. Alif mengernyitkan alis sesaat. Ia kembali melihat ke sekeliling kamarnya, tetapi tidak melihat siapapun berada di kamar itu selain dirinya sendiri."Ch, pasti kerjaan gadis kecil itu," gumam Alif.Beberapa detik berpikir, menimang apakah dirinya akan memakai pakaian yang dipilihkan Kamea atau memilih pakaian sendiri? Kedua sudut bibirnya tertari ke atas mengulas sebuah senyum yang sulit diartikan. Alif mengeluarkan pakaian yang baru kemudian memasukan kembali pakaian yang sudah dipilihkan Kamea ke dal
Pagi ini, pagi pertama Kamea berstatus istri Reval Alif Pradana. Bibir mungil itu tak henti mengembangkan senyumnya. Ia beranjak dari tempat tidur ketika melihat suaminya sudah masuk ke dalam kamar mandi.Menurut film-film yang pernah ia lihat, seorang istri itu biasanya menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan oleh suaminya. Atas inisiatifnya sendiri, belia itu membuka lemari pakaian Alif kemudian memilih kemeja yang akan dikenakan lelaki itu ke kantor.Kamea memilih kemeja berwarna biru muda yang tergantung di dalam lemari. Ia juga memilihkan dasi yang cocok dipasangkan dengan kemeja pilihannya. Bibir mungilnya kembali tertarik membentuk sebuah senyum yang manis."Nah, mas Alif akan terlihat lebih tampan kalau memakai kemeja ini. Terlihat cerah sesuai dengan kulit putihnya," gumam Kamea.Gadis itu melirik ke arah pintu kamar mandi. Belum ada tanda-tanda Alif sudah selesai mandi. Kamea menyimpan pakaian A
"Nanti siang saya akan menjemputmu,"Kamea yang baru saja ke luar dari kamar mandi dengan kondisi sudah memakai pakaiannya itu menoleh ketika tiba-tiba saja Alif berbicara. Kedua alisnya saling bertautan menatap bingung pada lelaki yang saat ini sedang duduk di sofa kamarnya."Om, ngomong sama aku?" tanya Kamea sambil menunjuk pada dirinya sendiri. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan di kamarnya, tetapi tak melihat siapapun ada di sana kecuali dirinya dan Alif.Lelaki beralis tebal itu mendesah kasar. "Bukan! Saya bicara sama hantu," gerutunya kesal."Hah? Jadi di sini ada hantunya?" gumam Kamea pelan tetapi masih bisa didengar oleh Alif.Belia itu menoleh ke kiri dan kanan mencoba mencari mahluk yang sedang diajak bicara oleh suaminya. Namun percuma saja, matanya tidak cukup tajam untuk melihat mahluk tak kasat mata itu.Alif melongo memerh
Kamea melenggang mengekori Alif yang berjalan di depannya. Gadis itu sedikit berlari agar bisa mengimbangi langkah lelaki beralis tebal itu. Sedari tadi mulut mungilnya tak berhenti menggerutu kesal."Om, ih kalo orang manggil itu nyahut dong!" gerutu Kamea.Ia gram karena sedari tadi panggilannya diabaikan oleh Alif. Lelaki itu masih tak acuh meneruskan langkahnya menuju ke mobilnya yang sudah terparkir rapi di depan halaman rumah."Om. Om Reval Alif Pradana!"Mendengar nama lengkapnya disebutkan oleh Kamea, lelaki berambut hitam itu menghentikan langkahnya secara tiba-tiba. Iris berwarna cokelat itu memutar geram. Gadis kecil itu sangat tidak sopan berani memanggil namanya seperti itu.Brukk!"Aduh,"Bibir mungil itu meringis ketika dahinya tak sengaja menabrak punggung kekar Alif yang entah sejak kapan lelaki itu berdiri di hadapannya.