Share

What is This?

Pagi yang cerah dirumah Anta, teriknya sinar matahari menembus jendela kamar Anta. Terlihat pergerak kecil dibalik selimut tebal yang membungkus tubuh Anta.

"Hoam.. gile jam berapa ni" katanya lalu melihat jam yang berada dinakas. Anta kaget melihat jam berapa sekarang.

"Gaswat udah jam segini" katanya lagi. Lalu iya buru buru menuju kamar mandi. Dengan kecepatan kilat dia menyelesaikan mandinya.

"Ahirnya selesai juga" katanya sambil menghela nafas lega.

Dia turun untuk sarapan dengan orang tuanya. Walau biasanya dia tak pernah sarapan bersama entah setan apa yang merasukinya. Hingga dia ingin sarapan bersama orang tuanya.

"Pagi Mom, pagi Dad" sapanya.

"Pagi" jawab mom dan dad bersamaan.

Anta duduk disalah satu kursi yang kosong. Lalu Anta ambil selembar roti lalu diolesi dengan selai coklat kesukaan Anta.

"Tumben kamu udah siap jam segini. Biasanya jam segini baru bangun" kata dad.

"Yailah dad, berangkat siang salah berangkat pagi juga salah. Dad maunya apasih sebenernya?" tanya Anta kesal.

"Bukan gitu maksud daddy. Tapi ya kalau bisa kamu berangkat pagi setiap hari" kata daddy.

“Ya terus maksud daddy tu kayak apa, Anta ngelakuin ini salah, Anta ngelakuin itu salah. Oke Anta tau, Anta tu gak pernah bener di mata daddy!” kata Anta emosi.

“Udah Anta, gak usah di masukin hati perkataan daddy” kata mommy Anta.

"Anta mau berangkat dulu. Assalamualaikum" kata Anta setelah mampu mengontrol emosinya. Langsung Anta ke garasi ngambil motor kesayangannya, Lalu Anta pergi ke sekolah.

Di jalan Anta, santai santai saja membawa motornya. Tidak seperti biasanya, biasanya dia membawa motor seperti orang di kejar setan. Tapi hari ini dia sedang menikmati udara pagi untuk mengganti udara kotor di paru parunya.

“Ternyata berangkat pagi tu enak juga. Tapi kalo gue berangkat pagi terus, yang ada pangkat bad boy terhormat gue diambil orang lagi” kata Anta.

*******

“Hi little boy, what are you doing?” tanya Lano dengan senyum miring.

“You!! It’s not your problem, and don’t distrub me again Lano!!” kata Anta emosi.

“ow.. ow.. woles man, i’m not distrub you. But, i just ask ‘what are you doing?’ BROTHER” kata Lano, menekan kata brother.

“Kenapa lo jadi gini Lan, apa salah gue sama LO ha!” teriak Anta.

“Salah lo banyak dan gak bisa di jelasin satu satu” kata Lano sinis.

“Tapi Lan!! Woy Lan!!” teriak Anta.

Lano tidak mendengarkan teriakan Anta, dia tetap berjalan menjauhi Anta. Dan meninggalkan Anta dengan perasaan yang campur aduk. Serta beribu pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

“Anjir lo Lan, kenapa lo selalu dateng tiba tiba ngerusak mood gue. Abis itu pergi gitu aja ha!!” kata Anta frustasi.

Anta memutuskan pergi ke taman belakang untuk menenangkan fikirannya yang sangat kacau. Dia mengeluarkan sebatang rokok, lalu dia menghisapnya dalam dalam. Dan menghembuskannya di udara.

Anta bukanlah seorang pecandu rokok, dia hanya menyentuh brang itu saat dia benar benar frustasi. Tapi mungkin jika Lexa tau apa yang dia lakukan sekarang. Mungkin Lexa akan memarahinya habis habisan. Tapi yang dia butuhkan sekarang hanya barang ini.

Tanpa Anta sadari, Lexa telah melihatnya sejak di parkiran tadi. Lexa mengamati mereka berdua, dan Lexa merasa ada yang salah dengan mereka berdua. Perlahan Lexa menghampiri Anta dan mengambil rokok yang Anta pegang.

“Heh apa apaan lo-“ kata Anta terputus. Setelah mengetahui siapa yang berani mengambil rokoknya.

“Lo yang apa apaan Nta, kenapa lo malah menghisap barang ini ha!! Kalo lo ada masalah lo bisa bicara sama gue, lo bisa curhat sama gue. Bukannya malah ngerusak hidup lo dengan barang ini! Sebenernya gue lo anggep apa ha!” kata Lexa emosi.

“Sorry Lex, gue gak maksud gitu. Tapi gue bener bener pusing sama hidup gue, kenapa rumit banget. Dan lo itu sahabat gue Lex, gue gak maksud buat gak nganggep lo. Gue cuma gak mau lo ikut terlibat sama masalah gue” jelas Anta.

“Itu gunanya sahabat, ada saat senang maupun sedih. Kalo gue cuma ada saat lo seneng, berarti gue bukan sahbat lo. Dan gue bukan orang yang ngebiarin sahabatnya sedih. Karna bagi gue sahabat itu keluarga ke dua gue” kata Lexa.

“Thanks Lex, lo sahabat gue yang paling baik. Tapi gue belum siap buat nyeritain semuanya sekarang” kata Anta lesu.

“Gak papa kok, gue bakal nunggu sampai lo siap nyeritain semuanya” kata Lexa menyakinkan.

Tanpa babibu Anta langsung memeluk Lexa erat. Lexa yang terkejut sempat menegang, tapi dia rileks kembali. Lexa merasa nyaman dan aman saat berada di pelukan Anta. Dan merasa sangat damai saat bersama Lexa.

Setelah sekita dua menit mereka berpelukan. Lexa melepaskannya dan mengajak Anta ke kelas. Anta merasa kehilangan, tapi dia sekarang sudah hampir bel masuk. Mereka berdua berjalan bersama menuju kelas.

Saat sampai di kelas, bertepatan dengan bel masuk. Sebenarnya Anta ingin bolos, tapi sudah keburu guru masuk. Dan dia usil menjahili Lexa, supaya mereka berdua bisa bolos bersama. Lexa tadinya tidak menanggapi menjadi kesal.

Anta mengusili Lexa, dari mengambil Bolpoint Lexa saat menulis. Memainkan rambut Lexa, menjawil hidung pesek Lexa. Lexa yang sudah tak tahan lagi dengan kelakuan Anta. Tak sengaja berteriak hingga guru menatapnya tajam.

“Anta lo bisa diem gak!!” teriak Lexa.

Lexa yang sadar apa yang dia lakukan, lalu menutup mulutnya. Guru yang sedang menjelaskan materi di depan menatapnya tajam. Dengan perasaan malu dia kembali duduk, tak sampai di situ.

“Kamu Lexa dan kamu Anta keluar dari kelas saya sekarang!!” teriak guru itu.

Lexa yang mendengar itu langsung melongo. Dia itu anak baik, dan sekarang dia di keluarkan dari kelasnya. Gara gara si tengil Anta, sedangkan Anta menanggapinya dengan senang hati.

“Tapi bu-“ kata Lexa terpotong.

“Gak ada tapi tapian, sekarang keluar dari kelas saya!” bentak guru itu.

“Yaudah sih bu selow aja napa, gak usah pake teriak” kata Anta santai.

“Kamu...!!!” kata guru itu menggeram.

“Kenapa bu, saya gak salah kok. Saya bicara benerkan, gak usah pake teriak teriak” kata Anta sok polos.

“Anta!! Lama lama kamu bikin ibu darah tinggi” kata guru.

“Ha! Darah tinggi bu. Mana bu, kok gak keliatan, malah masih tinggian saya ni” kata Anta. Mendekati guru itu, dan mensejajarkan tubuhnya.

Seluruh anak kelas menahan tawa melihat kejadian itu. Sedangkan Lexa menutup wajahnya menahan malu.

“Bukan temen gue” kata Lexa sambil menunjuk Anta.

Sedang bu guru itu syok melihat kelakuan Anta. Lalu menyuruh Anta dan Lexa keluar kelas. Anta bersorak senang, sedang Lexa masih menutup wajahnya menahan malu. Dengan kelakuan sahabatnya ini, bila sifat tengilnya sudah kambuh.

“Anta goblok, kenapa lo bawa bawa gue sih. Bisakan lo bolos sendiri, kenapa lo ngajak gue sih!” sebal Lexa.

“Kalo ada lo kan seru, ada orang yang bisa gue jailin. Nah kalo gue cantikkan gue eh- “ kata Anta terhenti.

“Hahaha... Hahaha... Lo hahaha... Cantik hahaha...” kata Lexa tertawa terbahak bahak.

“Maksud gue kalo gue bareng lo kan ada bisa di jailin” kata Anta sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“Halah ngomong aja sih Nta, kalo lo pengen di bilang cantik” goda Lexa.

“huh! Bodok lah, yang penting lo ketawa. Gue udah seneng, soalnya dari tadi lo cemberut mulu” kata Anta.

“Uh! Anta sweet banget sih, uluh uluh” kata Lexa.

“Ck yang penting sekarang kita jalan jalan aja, bosen gue” kata Anta berdecak.

Mereka ahirnya hanya berputar putar mengelilingi sekolah. Lexa sampe pegal kakinya karna berjalan tak tentu arah. Membuat Anta tak tega, Anta ahirnya menggendong Lexa mengelilingi sekolah hingga bel istirahat berbunyi.

Lexa yang sangat senang berteriak teriak tak jelas. Yang mengganggu kosentrasi kelas lain yang sedang pelajaran. Sedangkan Anta hanya tersenyum manis melihat kelakuan sahabat barunya itu. Dan di salah satu kelas ada orang yang menatap mereka sinis.

“Anta gue terbang!!!” teriak Lexa.

“Iye mak, gue tau lo seneng. Tapi gak usah teriak teriak kali, kasian kelas lain keganggu sama suara cempreng lo” ejek Anta.

“Bodok amat, yan penting gue sekarang terbang, yuhuuuu!!” kata Lexa dengan senyum lebar.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status