Xander, Alice dan Logan duduk di ruang tamu sementara mr.Robert masih sibuk di dalam ruangan nya. Hanya ada mereka bertiga dan suasananya kali ini benar-benar canggung. Alice menghela nafas nya, tidak tau apa yang harus ia lakukan sekarang. Sementara Logan masih dalam pikirannya sendiri, ia sendiri bingung harus berkata seperti apa saat ini. Jika apa yang ia alami beberapa menit yang lalu hanya lah sebuah mimpi, tapi, mengapa rasanya itu benar-benar nyata sekali? Dan, ia juga mendapatkan sebuah luka di lengannya. Luka ketika pisau Alice menggores tangan nya ketika membunuh Jikininki yang hendak membunuh nya, pertanyaannya untuk sekarang. Adakah mimpi yang senyata ini??
Alice menatap jam tangan nya, ini sudah pukul 12 malam. Lebih tepat nya pukul 12.01, dan Xander benar. Ia mendengar suara-suara itu lagi. Alice berusaha untuk tidak bergerak dari ranjang nya. Ia menarik nafas dan mengeluarkan nya pelan. Suara itu seolah ingin membawa diri nya ke atas, tepatnya pada sesuatu yang berbunyi itu. Alice juga masih memikirkan apa yang dikatakan oleh mr.Robert padanya beberapa jam yang lalu.drtttt......drt.......drt....Ponsel nya tiba-tiba berbunyi, Alice menatap nomor Xander yang tertera di layar utama.
Malam natal yang seharusnya dihabiskan dengan penuh kegembiraan malah berakhir dengan berbaring diatas ranjang. Tidak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi kedepannya, tidak satupun. Yang kita hanya bisa adalah, terus berharap dan percaya dengan apa yang terbaik untuk kita. Sama seperti gadis yang masih memejamkan matanya dan berbaring lemah di atas ranjang."Apa dia baik-baik saja Ayah?"
"Bagimana keadaan nya?" seru Mr.Erick sambil duduk di sebelah putra nya yang sedang menyiapkan sup. Rasanya sudah cukup lama bagi Erick tidak menatap ruang dapur nya kembali terasa hidup seperti ini. Tepat nya saat sebelum Xander memutuskan untuk tinggal di apartemen nya sendiri."Tidak cukup baik! Tapi, aku rasa dia akan segera sadar!" seru Xander segera berjalan menuju kamar Alice dengan semangkok sup di tangan nya. Erick menghela nafas nya, putra nya tidak pernah seperhatian ini pada sosok lain. Bahkan pada nya sendir
Gadis dengan topeng yang menutupi wajah nya, serta jubah hitam nya membuat nya tidak bisa dikenali. Gadis itu memantau dari ketinggian, tepatnya di atap sekolah mereka. Meski sekolah sudah libur natal, masih ada saja beberapa siswa yang memakai sekolah untuk acara-acara kecil. Dan, dari siswa yang ada di dalam sekolah itu, ada seseorang yang menjadi target gadis itu."Kau sudah tau bukan? Kau harus mengambil hatinya dan sudah harus ada di dalam singgasana ku malam ini. Jika kau tidak berhasil, maka hati mu yang akan menj
Mizuki menghela nafas nya, ia mengeluarkan belati dari sakunya dan menatap sosok gadis di depan nya dengan wajah datar dan mata yang ditutupi. Sedangkan sosok gadis di depan itu menatap Mizuki dengan gelengan kepala. Jantung Mizuki terasa sakit, menandakan bahwa Xavier sepertinya menyuruh nya agar tidak lama menyelesaikan misi nya,maaf kan akubatin Mizuki dalam hati."Ehmmm, mmmmphhhh!" seru Mitha menggelengkan kepala saat Mizuki mulai melangkah dengan seringai n
Rasa sesak menyerang Alice sejak beberapa menit yang lalu. Logan yang baru saja membuka pintu segera berlari ketika melihat Alice tidak baik-baik saja. "Alice? Apa yang terjadi dengan mu? Kau berkeringat dan ini sedang musim salju!"Keringat dingin semakin bercucuran dari kening Alice membuat Logan semakin panik. Ia segera berlari ke dapur, berharap menemukan apa yang sedang Ia cari.Untung nya,Batin Logan saat menemukan segelas air dingin dan segera b
***Logan menatap Alice dan Xander yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara barang sedikit pun, semenjak ia sadar beberapa menit yang lalu. Ia menghampiri Alice yang sedang duduk di sebelah nya dengan wajah nya yang memerah.Apa selagi dia pingsan, ia ketinggalan sesuatu? "Ada apa dengan kalian berdua? Apa terjadi sesuatu dengan kalian? Atau, apa aku ketinggalan sesuatu?"Alice sedikit melirik Xander yang terlihat biasa sa
Kenyataan membuka pintu bagi imaginasi (Jhon Lenon)***Xander membuka lembar demi lembar buku yang sekarang sedang berada di tangan nya, awal sekolah setelah libur natal membuat mereka harus kembali fokus dengan sekolah mereka juga. Sejak semalam, tidak ada kejadian di sekolah mereka atau kasus teror seperti beberapa hari yang lalu. Meski begitu, perasaan Xander tidak bisa tenang sejak tadi. Seolah ada yang mengintai mer