Mereka bertiga duduk di depan sosok lelaki tua itu, sementara Tristan berdiri di belakang mereka karena tidak kebagian tempat duduk. Jadi Tristan memilih untuk mendahulukan para adik-adiknya.
"Lalu, apa yang membawa kalian kemari? Erick memang sudah memberikan ku sebuah surat. Namun, dia tidak memberitahu apa yang bisa aku lakukan pada kalian bertiga!" seru Sebastian mengamati ketiga pemuda yang duduk di depanNya.
"Kami datang, untuk mengembalikan ingatan yang kami tidak tahu jelasnya seperti apa. Sengaja dilupakan atau memang tidak kami ingat atau malah tidak kami ketahui sama-sekali!" seru Xander yang mengambil alih percakapan itu.
Sebastian menganggukkan kepalanya, "Apa kalian sudah pergi menemui sosok itu?"
"Sudah, dan dia yang memberitahu kami agar datang pada mu. Dia tidak mampu mengembalikan ingatan Alice. Dia bilang ingatan Alice disegel oleh sesuatu yang begitu kuat, namun aku dan Logan belum mencoba ritual itu. Tapi kami yakin bahwa kami juga ti
Bagian 44 ||Korban ke-4||Mobil Logan sudah sampai di garasi rumah besar itu dengan selamat, perjalanan pulang terasa lebih cepat daripada perjalanan pergi. Tristan menatap semua penumpang Nya, masih tertidur dan bahkan belum sadar bahwa mereka sudah sampai. Namun Logan yang berada di sebelahnya mulai bergerak dan membuka matanya. Ia menatap sekeliling "Apa kita sudah sampai?" ujar Nya menatap Tristan yang masih memainkan ponselnya. Ia sekilas menatap sekeliling mereka dan aroma dingin yang menusuk kulit membuat rasa sadar Logan lebih cepat bekerja."Sudah, aku turun lebih dulu. Bangunkan mereka berdua, aku sudah sangat kelaparan dan pegal. Kau membiarkan ku menyetir sendirian. Sangat kejam dan mengesalkan!" seru Tristan masih sempat-sempatnya berceloteh. Logan hanya membalasnya dengan senyuman ringan. Ia lalu menatap Xander yang tidur bersandar di kursi dan Alice yang masih tidur dengan kepala di pangkuan Xander. Tangan Logan menggoyangkan bahu Xander.
Alice yang tadi masih sibuk dengan laptopnya tiba-tiba merasakan hatinya kembali sakit, rasa sakit nya tidak seperti biasanya. Sakit nya terasa dua kali lebih parah dari sebelum-sebelumnya. Logan yang baru saja datang dengan handuk yang melingkar di pinggangnya segera menghampiri Alice yang meringkuk di ranjang sambil mengeluarkan keringat dingin."Alice—Alice, ada apa? Apa hatimu sakit lagi?" seru Logan panik, saking paniknya ia hampir lupa bahwa ia hanya memakai handuk saat ini. Xander tidak di sini, shitt—umpat Logan dengan raut cemas mencari handphonenya."H-hati ku, s—sakit sekali Logan!" isak Alice sambil menahan rasa sakit yang menyerang hatinya.Keringat dingin masih membanjiri kening Alice, sementara Logan masih kelimpungan untuk mencari ponsel nya. Saat benda pipih itu sudah berada di tangannya, tangan Logan langsung mencari nomor Xander. Shitt—Umpat Logan lagi, karena kal ini ponsel nya benar-benar tidak bisa di ajak bekerja."Alice—apa yang kau butuh kan? Ak—aku sama sekal
Mr.Tanaka lagi-lagi menarik nafas nya dalam, sekolah mereka lagi-lagi dihantui oleh kasus pembunuhan ini. Jika bisa dihitung, dalam beberapa bulan terakhir ini. Sudah ada 4 korban siswi dengan luka yang sama, dan 1 korban siswa. Namun khusus untuk kasus Kyler, sudah bisa diatasi oleh para anggota osis nya yang melibatkan gadis indigo itu sebagai saksinya. Namun khusus untuk kasus seperti yang ada didepannya saat ini, Tanaka benar-benar tidak tahu apa yang harus diperbuat. Karena ia sama bingung nya dengan para polisi yang menyelidiki kasus ini."Mr.Tanaka, apa anda menyediakan peralatan seperti ini di sekolah anda?"Tanaka berbalik saat mendengar sebuah suara dari arah belakangnya, ia lalu menatap sosok polisi yang selama ini terus menangani kasus di sekolah mereka. Ia lalu menatap sebuah kapak berlumur darah yang sedang berada di tangan polisi itu. Tanaka menyerngitkan keningnya, ia yakin bahwa ia tidak pernah mengijinkan benda-benda seperti itu untuk dibawa ke sekolah mereka."Tidak
Matahari sudah menunjukkan dirinya dari ufuk sebelah timur, sinar nya mulai menyinari bumi. Termasuk daerah pekarangan rumah Xander. Dari arah anak tangga, sosok dua manusia berjalan menuruni anak tangga. Logan dan Alice—mereka berdua masih saja bersikap santai, seolah tidak memiliki beban dan tidak memikirkan Xander yang sudah sejak 15 menit yang lalu menunggu mereka. Xander menatap mereka di depan mobilnya dengan raut wajah kesal bukan main. Ingin sekali ia berangkat lebih dulu dan meninggalkan dua manusia yang sudah ada di depannya. Menatapnya seolah tidak melakukan kesalahan apapun."Xander? Logan bilang kau berangkat sendiri!" seru Alice yang baru saja sadar bahwa Xander masih berada di depan mobil Logan. Bersandar di depan mobil itu dan menatap nya juga Logan dengan tatapan kesal."Masuklah, aku sudah menunggu kalian berdua sejak 15 menit yang lalu!" kesal Xander, segera mengambil kunci mobil dari tangan Logan. Ia masuk ke bagian pengemudi dan menutup pintu di sebelahnya dengan
Xander menatap jam di tangannya, ia sudah duduk di dalam restoran yang dipesankan oleh Alice padanya sejak 30 menit yang lalu. Namun, gadis itu tak kunjung datang. Membuat perasaan Xander sedikit kalut, karena tidak biasanya Alice telat sampai terlalu lama. Ia menatap ponselnya, pesan nya juga tidak dibalas sejak tadi. Tidak Alice tidak Logan, mereka berdua sama saja. Sama-sama tidak membalas pesan nya. Sepulang sekolah, Alice memang mengirimi Nya pesan untuk bertemu sebentar di restoran dekat dengan perpustakaan tidak jauh dari sekolah mereka. Mereka juga tidak kelihatan setelah bel pulang, mobil Logan ditinggalkan karena kunci mobil itu ada padanya."Xander? Kamu di sini juga?"Xander yang masih sibuk dengan ponselnya menatap sosok gadis yang berada di depannya. Ia tidak kenal, namun sekilas pernah melihat gadis di depannya. Karena tidak peduli, Xander hanya kembali menatap ponselnya saat nama Logan mulai mengetik di aplikasi khusus mereka bertiga."Yak, aku Wulan jika kamu tidak ta
Xander menatap bangunan yang ada di depan mereka, menarik nafasnya lalu menatap Logan dan juga Alice yang masih menatap bangunan itu. Nampak suram, minim penerangan dan benar-benar sedikit mencurigakan. Setelah mereka merayakan ulang tahun kecil-kecilan Xander. Mereka segera menuju alamat lokasi yang diberikan oleh Mizuki pada Alice. Dan disinilah mereka sekarang—dibangunan yang benar-benar belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Meski mereka pernah mendengar gedung itu beberapa bulan yang lalu. Tidak terlalu lama namun juga tidak terlalu lama. Membuat mereka tidak tertarik untuk mencari tau info dari bangunan itu. "Apa kau yakin kita sudah berada di lokasi yang tepat Alice? Apa kau tidak salah lihat peta?". Logan yang sudah puas memandangi gedung itu menatap Alice yang duduk di depan—bersama Xander—yang juga ikut menatap Alice."Aku rasa tidak, kau bisa melihatnya kalau kau ragu—Aku sudah mengirimkan mu lokasi yang diberikan oleh Mizuki!" seru Alice setelah men-share lokasi itu. Me
Setelah puas dengan pemandangan yang memanjakan mata itu, Xander yang sudah mulai merasa bosan langsung membuka percakapan dengan aura serius. "Jadi, apa yang kau ketahui mengenai ini? Aku rasa kau sudah tahu kedatangan kami kemari untuk apa!" ujar Xander membuat perhatian Alice yang sejak tadi masih tertuju pada ponsel nya menatap Xander. Logan juga akhirnya bisa fokus saat sadar tujuan utama mereka datang kemari.Mizuki nampak menghela nafas nya, ia meletakkan sodanya. Lalu menyingkirkan poni di depan wajah nya. Membuat 3 orang di depan nya seketika terdiam. Xander menatap Alice dan Mizuki bergantian. Keadaan Xander juga tidak jauh berbeda dengan Logan, ia menatap wajah Alice dan Mizuki dengan tatapan melotot. Masih tidak percaya dengan apa yang ada di depan matanya saat ini."A—apa yang sebenarnya ingin kau katakanan pada kami?" Seru Xander setelah sadar dari keterkejutannya. Ia lalu menatap Alice yang juga sama terkejutnya dengan Mizuki."Mungkin kalian tidak akan percaya, tapi ha
Alice, Logan dan Xander masih diam. Xander mengendarai mobil Logan dengan tatapan yang hanya tertuju ke depan. Sementara Alice sedang sibuk untuk mencari tahu dunia 'Cronika' yang dikatakan oleh Mizuki pada mereka. Namun, ponsel pintar Alice tidak memberikan informasi mengenai apa-apa dari apa yang sedang mereka cari. Logan yang berada di belakang memejamkan matanya mulai dari mereka turun dari apartemen Mizuki dan ketika mereka sudah hampir setengah jalan di perjalanan pulang. Namun Logan tiba-tiba membuka kedua matanya dan mencondongkan badannya. Sedikit menatap ponsel Alice yang menyinari wajah Alice."Kau mencari hal konyol itu di ponsel mu Alice?" ujar Logan membuat Alice segera menutup ponsel nya—kesal. Ia menatap Logan dengan bibir mencibir, dan membuat Xander mau-tidak mau menatap Alice. Ia sebenarnya tau bahwa gadis itu sedang mencari mengenai dunia itu. Namun ia terlalu enggan untuk menginterupsi apa yang sedang dilakukan olehnya. Ia hanya membiarkan Alice melakukan apa yang