Share

My Dominant Husband
My Dominant Husband
Author: Liemey_Ivi

On Fire

Tubuhnya terbakar. Namun, bukan dengan api.

Dalam ketidakberdayaannya, Vanessa Haven hanya bisa melemaskan diri agar rasa sakitnya berkurang. Ia tengah ditindih oleh pria berbadan besar dengan otot-otot padat yang menyembul di dadanya yang kekar. Tubuh bagian atas lelaki itu telanjang, dan ia masih mengenakan celana kain hitam yang dipakai saat acara pernikahan.

Beberapa jam yang lalu Vanessa berpura-pura tidur untuk menghindari malam pertama yang tidak diinginkan. Hati gadis itu masih belum siap, ia terpaksa menikahi Damian, demi sang ayah tercinta, James Haven. Jika benar malam ini harus terjadi, ia pun berharap dapat diperlakukan secara lembut dan mesra seperti pasangan yang saling mencinta.

Wanita bertubuh ramping itu jadi benar-benar terlelap setelah lama menutup mata dalam sandiwara. Dan begitu ia terbangun, tangannya sudah menyatu dengan jeruji kayu pada sandaran tempat tidur. Ikat pinggang bertepian keras menjadi pengganti tali.

Vanessa terkejut. Matanya membelalak, ia mencoba menarik tangan untuk melepaskan diri. Namun, hal itu hanya berakhir dengan sia-sia. Semakin ia berontak, semakin pula ia tersakiti dan terluka.

“Berhenti melawan! Atau kau semakin menderita!" Pria itu berucap tegas dengan mata hazel yang menyala. Ada amarah di dalam sana. Sesuatu yang gelap dan tersembunyi di wajahnya yang rupawan. Tak bisa dipungkiri, Vanessa pun mengakui hal itu. Ia bagai dewa Adonis dalam wujud manusia.

“Damian ..., aku tidak bisa bernapas.” Suara Vanessa lirih. Parau. Tertahan di tenggorokkan. Piyama sutra berbentuk kimono yang dipakainya, mulai berantakan akibat meronta.

“Jangan panggil aku Damian,” ucapnya dengan tatapan tajam. Ia mengangkat dirinya menjauh dari Vanessa. Namun, lelaki bertubuh besar itu masih menduduki pinggang ramping wanita yang baru saja dijadikannya istri.

Kelopak mata Damian berubah sayu, ia kemudian membawa tangan kekar dan lebarnya ke leher Vanessa. Mencengkeram. Lalu terangkat naik ke rahang oval nan mulus itu. Jari-jarinya masuk menyentuh tulang rahang dengan tekanan yang cukup kuat. “Panggil aku Master!”

Master? Apa maksud pria ini? Apa dia menganggap Vanessa seorang budak?

Pria itu baru saja resmi menjadi suami Vanessa pagi tadi, bukan tuannya. Mereka menyelenggarakan pesta mewah yang dihadiri pejabat dan konglomerat.

Vanessa mengeluh. Tak mendapati jawaban, tangan kekar itu malah meremas lebih erat. Rahang Vanessa terasa makin sakit. Bukannya bebas, ia tambah tak bisa bernapas.

Sungguh, bencana demi bencana bagai terus menyerang dirinya. Kebangkrutan sang Ayah, membuat ia harus meninggalkan Arley Graham. Pria dari kalangan biasa yang sudah menjalin hubungan dengannya selama tiga tahun.

Hidup Vanessa terasa begitu tenang sebelumnya, ia memiliki orang tua yang baik, bahkan kekasih yang begitu mencintainya. Sampai semua ini terjadi. Ibunya terkena leukimia, bahkan sekarang masih dirawat di rumah sakit. Ayahnya mengalami masalah perusahaan, dan membuat ia berakhir di sini. Menikah dengan seorang investor ternama yang bahkan tak dikenalinya. 

Pria itu mengambil alih perusahaan milik James Haven. Dan berkatnya, sang ayah dan ibu masih bisa bertahan. Damian juga mengizinkan James tetap mengelola perusahaan tersebut di bawah kuasanya.

Sungguh, jika bukan karena itu semua. Vanessa tak mau berada di sini. Malam pengantin yang seharusnya menjadi malam terindah. Tiba-tiba berubah jadi neraka.

Belum cukupkah semua penderitaan yang harus ia alami?

Dan kini ia malah diperlakukan dengan kasar. 

“Memohonlah ... Dan aku akan membiarkanmu bernapas dengan lebih baik,” ucapan dengan nada rendah itu membuat Vanessa tersentak dari pikirannya yang sedang mengasihani diri.

Air mata Vanessa mengalir ke pelipis. Kelopak yang membingkai mata amber indahnya tampak gemetar.

Melihat itu semua, bukan pengampunan yang diberikan Damian. Ia malah semakin mencekik wanita yang ada dalam kuasanya itu.

“Memohonlah, dan panggil aku dengan cara yang benar!”

Suara tercekat mulai keluar dari mulut Vanessa. Ia semakin tersiksa. Tubuhnya terasa semakin panas karena kekurangan oksigen. Wajah itu berubah merah, kini hampir menyamai warna rambut ginger miliknya.

Vanessa ingin menghentikan derita ini secepatnya. Ia tak kuasa menahan rasa sesak yang mendera. Namun, bagaimana? Untuk berbicara saja, rasanya begitu sulit. Seakan beradu dengan ringis kesakitan.

Sekuat tenaga Vanessa membuka mulutnya. Meski terbata-bata, ia berhasil berucap, “A-aku mohon, Master.”

Mata dengan pandangan yang begitu tajam itu bergoyang. Tangan besar yang mencengkeramnya, perlahan-lahan melonggar.

“Bagus ....” Damian berucap sembari membelai rambut oranye kemerahan itu.

Siapa sangka sentuhan yang tadi begitu kasar dan menyakitkan, berubah menjadi jamahan lembut yang menghanyutkan. Sayangnya, Vanessa terlalu kaget dan ketakutan untuk menikmati belaian itu.

“Mulai sekarang, saat aku menginginkanmu. Kamu wajib memanggilku Master. Apa kau mengerti?”

Suara Vanessa bagai enggan keluar. Namun, ia harus menjawab. Tak berdaya, ia memilih mengangguk dengan patuh.

“Hmm.” Damian mendesahkan napasnya. Tangan itu turun membelai pipi Vanessa. Mengelap air mata yang juga jatuh di sana. “Ternyata menaklukkanmu tidak sesulit yang aku bayangkan, Vanessa Haven.”

“Apa yang akan kau lakukan padaku?” tanya Vanessa. Setelah mengumpulkan keberanian yang ia punya.

“Ternyata kamu terlihat berbeda saat dipandang dari jarak sedekat ini.” Damian sama sekali tak memberikan jawaban. Ia membiarkan Vanessa larut dalam pemikiran resah. “Cantik.” Ia tersenyum bangga saat memuji.

Ucapan itu pun menimbulkan tanda tanya besar pada Vanessa. Apa maksudnya dengan terlihat berbeda dari dekat? Apa sebelumnya, pria ini pernah memantaunya dari jauh?

“Aku sangat menginginkanmu malam ini.” Suara itu berubah serak. Dan membuat darah Vanessa semakin mendidih.

Mata ambernya bergoyang menatap Damian, bagai korban yang terjebak oleh predator. Pria ini punya karisma yang begitu mengintimidasi. Melemahkan jiwanya, merongrong keberanian yang selama ini ia punya. Dan tentu membuat Vanessa tak berdaya.

“Sekarang ... aku harus mencicipimu dari bagian yang mana? Hmm?” tanya Damian yang lebih terdengar ditujukan pada dirinya sendiri. “Apa mata indah ini? Atau kening dan pipimu yang halus?” Jemarinya mulai menjalari wajah Vanessa. Penuh dengan dominasi. Ia kemudian turun ke hidung mancung itu. Berhenti di puncaknya. Lalu mengetuk dengan telunjuk. “Apa yang ini?”

Vanessa tercekat. Sudah pasti Damian dapat merasakan napas takutnya yang menderu. Ia tak bisa mengontrol debaran jantung yang semakin memacu.

“Atau ....” Suara barriton itu memandu jari telunjuknya melewati dua bibir Vanessa hingga ke dagu.

Jempol Damian turut bertindak, kini ia membelai sepanjang garis bibir ranum itu. Alisnya terangkat. Mata hazelnya terlihat makin gelap dan lapar. “Atau kauingin aku memulainya dari sini?” Ibu jari itu menarik bibir bawah Vanessa.

“Sshhh ....” Vanessa meringis tanpa sengaja. Bibirnya diusap begitu sensual.

“Kamu bereaksi sangat baik di bagian ini. Baiklah. Kamu menginginkannya?”

Vanessa kembali menelan saliva. Darah di pembuluhnya berdesir semakin hebat. Ia tak punya jawaban selain ingin terlepas dari sini.

Damian tiba-tiba tersenyum tipis. Alih-alih terlihat indah, itu lebih seperti seringai iblis yang menjebak.

Sekali hentak, bibir Vanessa langsung dilahapnya dengan rakus. Damian, menerobos segala kelembutan di sana. Lalu menarik dengan paksa ke dalam mulutnya. Ia mencium dengan sangat kasar. Agresif. Membuat bibir Vanessa terasa begitu perih.

Dengan susah payah, Vanessa mencoba melawan. Namun, semakin pula Damian mendominasinya. Lidah yang menuntut itu, memaksa masuk ke dalam rongga mulut sang tawanan.

Vanessa menggeliat. Menarik tangannya yang terikat. Dan bodohnya, rasa sakit dari ikat pinggang yang menggerus kulitnya itu, membuat ia mengeluh. Mulut Vanessa terbuka, dan Damian pun dengan leluasa dapat menjelajah di sana.

Lidah Damian mengabsen setiap bagian dalam mulut itu. Tak pernah dirasakan Vanessa sebuah ciuman yang menjajah seperti ini. Awalnya ia tersiksa, sampai saat Damian memberikan lagi kenikmatan yang sempat ia rebut.

Begitu ahli lelaki itu berciuman. Ia membelai dan memainkan tekanan serta tempo dengan sangat tepat. Membuat Vanessa yang awalnya melawan, malah menyerah dengan kecupan panas yang tersaji.

Dirinya mengejang, lalu berpasrah pada nikmat. Mata itu perlahan memejam.

Di saat Vanessa mulai terbiasa dengan bibir dan lidah itu. Damian malah menghentikannya di momen-momen terbaik.

Napas Vanessa terengah, kembali menatap Damian dengan nanar. Sekeliling bibirnya mulai terasa kesemutan. Membengkak dan menimbulkan ruam merah.

“Apa kau menyukainya? Hmm?” tanya Damian lagi.

Vanessa hanya terdiam. Masih syok dengan perkara tadi. Pikirannya menolak. Namun, tubuhnya berkhianat.

Tangan sensual Damian yang memancarkan aroma ocean dari nadi, kembali membelai wajah gemetar itu. Tatapannya semakin berkabut. Jemarinya turun hingga ke dada Vanessa, mengusap ujung yang mulai menegang di balik sutra. Ia menggoda, menjepit dengan telunjuk dan jari tengah, lalu tiba-tiba meremas seanteronya dengan cengkeraman penuh gairah.

Napas Vanessa tersendat. Ini kali pertama kelembutannya dijamah oleh lelaki. Kembali wajah tampan itu turun menyapa. Berbisik dengan hasrat memuncak, “Apa kau siap untuk ke tahap selanjutnya?”

    

  

TO BE CONTINUED

Holla Relays, Happy New Year 2021.

Ketemu lagi di N***l terbaru Tukang Toge Alay aka Tholay.

I*******m: @Puzzle_Girl_N***l

Jangan lupa dukungannya. 

Semangat kitaaaaaa.

Selamat Terbakar.

SALAM BERDEBAR. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status