‘Plak’
Sebuah raket nyamuk kembali mendarat di lengan Sopian yang menjerit kaget karena tersengat.
“Pak Mike!” gumam Pupe ketika bertemu pandang dengan Mike yang tersenyum melihatnya di dekat pintu. Tersenyum manis, Nisa menghampiri Pupe yang terkejut melihat kedatangan mereka dan menatap secara bergantian serta terkesiap ketika Nisa sudah berada di hadapannya.“Dengan Kak Pupe?”
Di kediaman Aldy, Sopian sedang disibukkan mengurus dua tuyul yang serba ribet karena akan diajak jalan-jalan olehnya ke taman bermain. Selain itu, Aldo juga meminta Sopian untuk mengantarkannya ke toko buku karena ingin membeli komik Naruto kesukaannya serta Lissa yang meminta dibelikan boneka barbie model terbaru. Merasa senang walaupun kewalahan, Sopian mempunyai ide cemerlang untuk meminta bantuan pada Haruna untuk menemaninya.
Kedua mata Lusi yang baru beberapa menit terjaga, membulat sempurna mendengar kalimat Nisa yang meluncur bagai kran bocor. Lusi menatap Pupe yang kini menggaruk kepalanya bingung.“Nak, apa maksud dari yang dia katakan?” tanya Lusi menuntut penjelasan pada Pupe yang salah tingkah.
Haruna yang sedang mengunyah cireng, tiba-tiba menghentikan kunyahannya. Matanya menatap ke depan di mana Aldo dan Lissa sedang bermain ayunan sambil tertawa senang. Namun, berbeda dengan dirinya kini yang entah sejak kapan selalu merasa sakit setiap Sopian membicarakan wanita itu. Wanita yang sudah menjadi mantannya kini. Mata Haruna perlahan memanas, dia mendongakkan kepalanya menatap langit yang sedikit mendung, dan berangin serta menerpa wajahnya.
Sekitar jam 4 sore, Sopian bersama anggota keluarga cemara akhirnya pulang setelah mampir ke toko buku sebentar membeli komik kesukaan Aldo serta boneka barbie dan perlengkapannya untuk menambah koleksi mainan Lissa. Tak lupa juga, Haruna pun membeli beberapa kotak pizza untuk dibawa pulang.
Di sudut lain ibu kota, seorang wanita cantik berambut panjang tengah memasuki sebuah rumah yang berhalaman cukup luas. Tak ragu dia membuka daun pintu tanpa mengucap salam dan langsung menuju ruang tengah di mana seorang wanita paruh baya sedang duduk sambil menonton tv. Mata wanita itu menoleh melihat kedatangannya. Tak ada sapaan manis atau sejenisnya dan justru biasa saja.
Haruna sedang bersiap pulang karena waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. Baru 6 bulan Haruna pindah ke kantor milik Aldy dan meninggalkan Jerman. Dia tinggal di rumah milik ayahnya, Reyhan, bersama seorang pembantu dan penjaga keamanan yang sudah ada sejak Haruna masih kecil. Kehidupan Haruna tentu baik-baik saja karena ada keluarga besar Setiawan yang menjadi tempatnya berbagi. Tak jarang pula Haruna pulang ke rumah Aldy dan menginap berhari-hari di sana. Terlebih di sana ada keponakan lucu yang selalu membuat hidupnya berwarna.
Selepas mengantarkan Wiwik, Sopian langsung pulang ke apartemennya di kawasan Jakarta Selatan. Sesampainya di rumah, Sopian langsung mandi dan mengganti pakaian. Saat ini dia sedang duduk di sofa sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil ditemani tv menyala.“Sebenarn