Share

8. Upaya

“Bi, Biarkan aku yang mencari buah-buahan,” ucap Amora mengusulkan diri untuk mencari makanan.

Hari ini, adalah hari ketiga Amora ikut dalam perjalanan Xavier dan Vheer. Amora mengikuti perjalanan tersebut dengan patuh dan tanpa mengeluhkan apa pun. Meskipun merasa sangat tidak nyaman karena harus tidur dengan hanya beralaskan daun, atau merasa selelah apa pun Amora menahan diri untuk tidak mengatakannya. Benar, Amora menahan diri sebaik mungkin sembari mencari celah untuk melarikan diri dari sang Amagl terkutuk. Lalu hari ini adalah waktu yang paling tepat bagi Amora untuk melarikan diri. Setidaknya, sudah tiga hari ini Amora berusaha untuk mendapatkan penilaian baik dari Xavier. Walaupun, sebenarnya Xavier sendiri tidak terlalu memberikan reaksi apa pun padanya.

Vheer yang mendengar perkataan Amora, segera menatap Xavier. Karena tentu saja, mereka harus mendapatkan izin dari Xavier. Xavier hanya mengangguk ringan, membuat Amora senang bukan main. Pintu untuk dirinya melarikan diri pun sudah terbuka. Kini Amora hanya tinggal menjalankan rencananya dengan hati-hati. Xavier sendiri beranjak menuju sungai, sementara Vheer berkata pada Amora, “Kalau begitu, mari Nona.”

Amora mengikuti langkah Vheer sembari memutar otaknya. Ia memang sudah lepas dari pengawasan Xavier, tetapi kini ia harus mencari jalan untuk lepas dari pengawasan Vheer. Amora menggigit bibirnya, berusaha keras untuk mendapatkan jalan. Lalu, Amora pun mendapatkan sebuah ide. Ia berkata, “Vheer, bisakah kau mencarikan aku buah beri? Aku sangat ingin memakannya.”

Vheer yang mendengar hal itu, segera menghentikan langkahnya dan menatap Amora dengan antusias. Vheer mengangguk senang. “Saya akan mencarikannya, Nona. Saya akan menemukan buah beri segar yang besar dan manis untuk Nona,” ucap Vheer.

Namun, saat Vheer akan melangkah menuju tempat di mana beri berada, Amora segera berkata, “Tapi bolehkah kau pergi terlebih dahulu? Aku ingin buang air.”

“Kalau begitu, biarkan para siluman ke—”

“Ti, tidak perlu. Jangan meminta mereka mengikutiku. Itu memalukan,” potong Amora dengan pipi memerah dan membuat Vheer sadar bahwa ia sudah melakukan hal yang tidak sopan.

“Ah, kalau begitu, saya akan meninggalkan jejak yang bisa Nona ikuti ke tempat di mana saya memetik buah. Tenang, tidak akan ada hal yang berbahaya,” ucap Vheer membuat Amora hampir menghela napas lega karena apa yang ia rencanakan berjalan dengan lancar.

“Baiklah.”

Vheer pun beranjak pergi terlebih dahulu diikuti oleh siluman-siluman kecil, sementara Amora berjalan perlahan menuju semak-semak. Namun, begitu dirinya sudah melihat Vheer benar-benar menghilang dari pandangan matanya, Amora pun tidak menyia-nyiakan waktu untuk berlari seperti orang gila. Amora tidak peduli lagi dengan etika, atau apa pun yang berkaitan dengan hal yang harus dijaga oleh seorang bangsawan. Hal yang Amora pikirkan adalah melarikan dirinya sejauh mungkin dari Amagl terkutuk. Amora memang tidak tahu di mana kini dirinya berada. Hanya saja, Amora yakin, jika ia akan bertemu dengan manusia karena ini bukanlah pulau Blaxland. Ia akan memulai hidup baru dengan identitas barunya. Dada Amora terasa begitu sesak karena rasa antusias yang menyeruak. Tinggal beberapa langkah hanya dirinya bisa kembali hidup normal sebagai manusia. Namun, Amora menjerit keras saat dirinya tiba-tiba diterjang oleh sesuatu. Amora terengah-engah saat dirinya merasakan tubuh rampingnya dililit dengan kuat oleh ular berukuran dua kali lipat dari tubuh Amora.

Ular tersebut berwarna putih bersih dengan mata berwarna merah darah. Amora menjerit keras dan menggeliat berusaha untuk melepaskan diri dari lilitan ular tersebut. Amora benar-benar menangis frustasi karena lolos dari Amagl terkutuk, kini dirinya malah akan menjadi mangsa ular rasaksa yang masih melilit tubuhnya. Di tengah tangis Amora tersebut tiba-tiba ular putih rasaksa itu berubah menjadi seorang pria berambut putih dan bernentra merah. Ia tersenyum lebar dan berkata pada Amora, “Manusia, kau akan menjadi istriku.”

***

Vheer berlari panik menuju tempat di mana sang tuan menunggu sembari membakar ikan hasil buruannya. “Tuan, Nona Amora hilang! Sa, Saya telah lalai. Nona hilang, saya tidak bisa menemukan keberadaannya,” ucap Vheer.

Xavier yang mendengar hal itu, tidak terlihat panik. Ia malah memastikan jika ikan yang tengah ia panggang, terpanggang dengan baik. Melihat ketenangan Xavier, Vheer terlihat frustasi. Para siluman kecil juga merasakan hal yang sama. “Tuan!” seru Vheer.

Barulah, Xavier menatap Vheer dengan tatapan tajam. “Apa kau sudah kehilangan sopan santunmu, Vheer?” tanya Xavier.

Vheer dan para siluman kecil, segera menundukan kepala mereka. Sadar jika sudah melakukan hal yang tidak sopan di hadapan Xavier, tuan yang harus mereka layani dengan penuh hormat. Melihat jika para siluman itu sudah tenang, Xavier pun meletakkan ikan bakar yang sudah matang sempurna di atas daun yang sudah ia siapkan. Ia pun bersiul pelan, lalu tiba-tiba seekor singa rasaksa berbulu putih dan memiliki sayap keperakan, terbang dari sebuah dahan dan berakhir mendengkur senang di belakang punggung Xavier. Para siluman kecil yang ketakutan segera bersembunyi di semak-semak, sementara Vheer sendiri mematung menatap siluman agung yang berada di hadapannya. Singa putih itu adalah siluman tunggangan setia Xavier. Semenjak Xavier tertidur panjang, siluman singa putih itu sudah tidak pernah terlihat lagi, dan membuat Vheer berpikir jika ia musnah karena sang tuan tengah berada dalam kondisi terlemahnya.

“Hoia,” panggil Xavier, membuat siluman singa itu terlihat mendengkur meminta untuk dimanjakan oleh sang tuan.

Xavier yang menatap netra emas milik  Hoia, tersenyum tipis. “Iya, aku juga merindukanmu,” ucap Xavier penuh kasih sebelum mengusap ujung moncong singa putih yang terlihat tidak berbahaya di hadapannya. Namun, Vheer dan para siluman lain, tahu jika Hoia hanya bertindak manis di hadapan sang tuan. Selebihnya, Hoia adalah siluman buas yang tidak akan berpikir dua kali untuk mencabik mangsanya. Ia sangat setia dan menuruti apa pun yang diperintahkan oleh Xavier. Jadi, begitu Xavier tidur panjang, Hoia pasti kehilangan arah. Hanya saja, Hoia sama sekali tidak terlihat di sekitar tempat di mana Xavier tertidur. Hoia menghilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali, seakan-akan keberadaannya selama ini hanyalah kisah yang sengaja dibuat oleh seseorang.

Xavier pun menempelkan keningnya pada kening Hoia, hal itu dilakukan untuk berbagi ingatan dan penglihatan dengan tunggangan setianya itu. Sinar keperakan muncul di sela-sela kening keduanya, menandakan jika sihir tengah bekerja. Vheer dan para siluman menatap penuh rasa penasaran pada Xavier dan Hoia. Mereka tidak mengetahui apa yang terjadi, dan apa yang sebenarnya tengah direncanakan oleh tuan mereka itu. Vheer sendiri terlihat begitu cemas. Tentu saja hal tersebut tidak terpelas dari keberadaan Amora yang masih belum mereka ketahui. Hutan ini memang terbilang aman, karena tidak terlalu banyak siluman. Jika pun ada, mereka memilih untuk bersembunyi di siang hari seperti ini. Namun, tidak menutup kemungkinan jika saat ini Amora bertemu dengan seorang siluman yang membahayakan nyawanya.

Karena kemungkinan itulah, selama ini Xavier memerintahkan Hoia yang juga muncul begitu dirinya membuka mata, untuk bersembunyi dan mengikuti perjalanan mereka secara diam-diam. Atau lebih tepatnya, mengawasi dan merekam apa saja yang dilakukan oleh Amora. Hal itulah yang membuat Xavier membiarkan Amora pergi dengan Vheer tanpa pengawasan darinya. Hoia yang setia menjalankan tugasnya tentu saja lebih dari cukup untuk mengawasi apa yang terjadi. Namun, tugas Hoia memang hanya sebatas mengawasi. Jadi, jika pun ada hal berbahaya yang terjadi pada Amora, Hoia tidak memiliki kewajiban untuk menolongnya. Xavier selesai membaca ingatan Hoia. Ia pun bangkit dari duduknya, dan membuat Hoia semakin merendahkan punggungnya, untuk memudahkan Xavier naik ke atas punggungnya. Setelah dirinya duduk dengan nyaman di sana, Xavier menatap Vheer dan berkata, “Tunggu di sini.”

Lalu sedetik kemudian, Hoia membuka kedua sayap peraknya lebar-lebar sebelum terbang dengan gagahnya. Vheer pun tidak memiliki pilihan lain, selain menuruti perintah yang sudah diberikan oleh Xavier padanya. Sementara itu, Hoia terbang dengan cepat menuju tempat yang diarahkan oleh sang tuan. Tak lama, Hoia terbang menukik menuju sebuah lubang yang tersembunyi di balik semak-semak dan pohon yang tumbuh tinggi. Ternyata, lubang tersebut berukuran terlalu kecil bagi Hoia. Jadi, pada akhirnya Xavier melompat dari punggung Hoia, dan saat itu pula Hoia mengubah wujudnya menjadi singa putih normal. Dengan langkah ringai, Xavier melangkah memasuki gua yang ternyata adalah sarang dari siluman ular.

Xavier menggerakkan jemarinya dengan lihai, menggunakan sihirnya mengubah kepadatan udara dan air di sekitarnya, untuk menjadi senjata berupa jarum-jarum kecil yang menyerang lawannya. Ia mengalahkan siluman-siluman yang bertugas sebagai penjaga pintu. Rupanya, kehadiran Xavier tersebut bertepatan dengan terdengarnya suara jeritan Amora. Begitu benar-benar masuk ke dalam sarang ular tersebut, Xavier bisa melihat Amora yang terikat dan memakan pakaian minim, khas kaun ular, menangis dan menolak untuk dicium oleh sang pemimpin. Untungnya, karena kehadiran Xavier, semua kegiatan yang dilakukan oleh para siluman ular itu berhenti. Kini, semua orang mengarahkan perhatian mereka sepenuhnya pada Xavier yang menatap mereka dengan tenang.

“Sialan, beraninya kau memasuki sarangku!” seru sang raja ular yang tak lain adalah pria berambut putih yang bernama Sean.

Belum juga Sean menyerang Xavier, si raja ular itu sudah lebih dulu diserang oleh Xavier. Sean menghantam sisi gua, dengan rahang yang dicengkram ketat oleh Xavier. Tentu saja, para siluman ular lainnya berusaha untuk menyerang Xavier. Namun, Hoia segera mengubah wujudnya dan mengibaskan sayapnya dengan kuat. Mereka semua yang melihat hal itu pun sadar, jika apa yang mereka pikirkan sejak awal memang benar. Sosok berambut abu-abu keperakan itu, tak lain adalah sang Amagl terkutuk. Sean berusaha untuk melepaskan diri dan menyerang balik Xavier. Meskipun Xavier hanya memiliki kekuatan yang terbatas, Xavier dengan mudah membuat Sean tak berdaya karena dirinya membuat paru-paru Sean dipenuhi oleh air dan sedikit demi sedkit membekukannya. Bernapas berubah menjadi sangat menyakitkan bagi Sean saat ini. “Kau tidak boleh menginginkan milik orang lain,” bisik Xavier penuh peringatan.

Xavier yang melihat hal itu, memilih untuk melepaskan Sean dan berniat berbalik pada Amora. Namun, Sean ternyata belum menyerah. Ia segera berubah wujud menjadi ular, dan segera bergerak menuju Amora dan melilit gadis itu dengan kuat. Sean menatap Xavier dan berkata, “Kau mungkin sosok Amagl yang selama ini dikisahkan. Tapi, jangan berpikir bahwa aku akan merasa takut padamu. Aku, sudah memutuskan jika manusia ini akan menjadi istriku. Jadi, hal itu akan terjadi.”

Amora hampir kehilangan napas, karena ternyata lilitan tubuh Sean terlalu kuat. Xavier masih terlihat tenang, dan hanya menatap Amora yang menatapnya dengan netra hijau yang berlinang oleh air mata. Amora tidak sadar, jika saat ini pola rumit yang indah mulai terlihat pada lehernya. Pola berwarna perak keemasan itu mengeluarkan cahaya yang ternyata membuat Sean kehilangan fokus, dan merasakan sengatan rasa sakit pada tubuhnya. Lalu sedetik kemudian, Xavier menggerakkan tangannya, dan sebuah pedang berukuran sedang muncul di tangan Xavier. Pedang tersebut terwujud karena Xavier memadatkan udara dan air di sekitarnya. Secepat kilat, kini Xavier sudah berada tepat di hadapan Sean. Pergerakannya terlalu cepat, bahkan terlalu cepat untuk dilihat oleh Sean yang terhitung sebagai seorang siluman tingkat tinggi.

Tanpa banyak kata, Xavier pun menusuk tubuh Sean begitu saja, dan seketika Sean kembali pada wujud manusianya. Sean tumbang, dan Xavier dengan sigap menangkap tubuh Amora yang lunglai. “Kau kembali berusaha untuk melarikan diri. Sayangnya, upayamu itu akan terus berakhir gagal, Amora,” bisik Xavier mengantarkan Amora jatuh ke dalam alam bawah sadarnya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
Amora, habis ini masih mau kabur gak?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status