Share

5. Kemarahan Rere

Sambil menghela nafas panjang, Rere membungkukkan badannya hendak merangkak menjauh, namun belum juga melangkah, tangannya sudah ditangkap Alman.

"Jangan menjauh!" Cegah Alman dengan tatapan mata yang kembali membuat Rere bergidik.

"Mmm ...." Dengus Rere, sambil memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan dari Alman.

"Tidak akan kulakukan lagi kalau kau tidak melakukan apa yang tadi kularang."

"Kalau kau terus mengintimidasi, lebih baik kita tidak usah berteman lagi." Dengan mengibaskan tangannya dari genggaman Alman, Rere ingin melanjutkan keinginannya untuk terus menjaga jarak. 

"Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi, asalkan kau juga tidak memancingku untuk melakukannya." Dengan menampakkan wajah serius.

Rere sepertinya tak perduli dengan janji yang diucapkan Alman. Untuk kedua kalinya, ia mencoba melepaskan tangan dari genggaman Alman.

"Dew ... please!" 

Alman memandang Rere kini dengan tatapan yang berbeda, hingga membuat Rere yang memang sangat menyukai mata elang milik Alman tak bisa menolak keinginan lelaki itu.

Bersamaan dengan kembalinya Rere yang duduk di tempatnya semula, seorang pelayan pria datang membawa baki yang beroda kecil, di ikuti di belakangnya seorang perempuan yang berseragam sama.

Selesai meletakkan baki, pelayan lelaki melangkah mundur, sepertinya memberikan tempat untuk pelayan perempuan melakukan tugasnya.

Rere dan Alman hanya diam saat menyaksikan di depannya mulai dipenuhi oleh piring piring berisi makanan yang tadi mereka pesan. 

"Selamat menikmati." Ujar dua orang pelayan itu dengan senyum sambil sedikit membungkukkan badannya, kemudian segera berlalu setelah Alman memberikan tip di atas baki mereka.

Rara yang sudah tak berselera akibat kejadian tadi, hanya bisa menatap isi dari piring piring yang bertebaran di depannya. 

Berbeda dengan yang Alman lakukan. Dia dengan entengnya mengambil piring dan nasi kemudian ia letakkan di depan Rere. Kemudian melakukan hal yang sama namun kini ia letakkan tepat di depannya.

"Ayo makan."

"Mmm ...."

"Kenapa kamu semarah itu, padahal aku melakukannya karena kau tidak mau menurutiku. Kenapa tidak pada saat Yunan yang melakukannya?"

Lagi lagi Rere hanya bisa mendengus kesal saat Alman mulai mengingatkannya tentang kenangan yang tidak ingin ia ingat.

"Aku sudah bilang, kalau aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku, asalkan kau mau menerima apa yang kulakukan untukmu."

"Untuk apa?"

"Karena aku mencintaimu, Dewi. Aku tahu kamu paham benar tentang ini, jadi jangan pura pura lupa."

"Tapi ...."

"Kita bahas nanti lagi, sekarang makan, atau ...." Alman sengaja menghentikan ancamannya sambil menyeringai jahat.

"Atau ...."

"Aku akan maksa menyuapimu di depan anak anak itu."

Rere menengok ke arah yang ditunjuk Alman melalui kepalanya tadi, dan benar aja, ada beberapa anak yang sedang memperhatikan mereka berdua.

Dengan berat hati, Rere mengulurkan tangannya mengambil piring yang tadi Alman isi dengan nasi.

Kemudian tangannya juga menarik piring berisi ayam bakar madu yang dipesannya tadi, lebih dekat ke arahnya.

Malas yang awalnya terasa, berubah saat sesuap nasi dan secuil ayam beserta sambal masuk meluncur ke dalam mulutnya. 

Tanpa malu malu lagi, Rere langsung menemukan lagi selera yang sempat hilang tadi, bahkan kini dia sudah tak perduli dengan tatapan dan senyuman bibir makhluk tampan yang tak henti memandanginya.

"Huk! Huk!"

"Minum dulu." Suruh Alman sambil mengulurkan segelas es jeruk ke tangan Rere. 

Rere menerima gelas yang diulurkan Alman kemudian meminumnya hingga menyisakan isi setengahnya saja.

Diletakkan gelas yang baru saja di minumnya tanpa melihat sama sekali ke arah Alman. Walau dia sadar Alman masih menatapnya.

Kemudian dengan cueknya, Rere kembali meneruskan makannya dengan lahap, hingga hanya tersisa tulang ayam di piring.

"Alhamdulillah!" Ujarnya setelah menghabiskan segelas es jeruk yang tersisa tadi, kemudian mencuci tangannya di mangkok yang hanya berisi air dan sedikit potongan jeruk nipis.

"Kenyang?" Tanya Alman dengan penuh perhatian, tangannya kembali terulur memberikan kain lap berwarna putih. 

"Mmm ...." Rere hanya bergumam,. Tangannya menyambut kain lap yang Alman berikan tanpa sekalipun menoleh ke arah si pemberi.

"Mau meneruskan jalan jalan, nggak?" tanya Alman lagi.

"Jalan jalan? Kamu kan belum makan?" Tanya Rere membuat dirinya sontak menatap wajah bermata elang itu.

"Melihatmu makan tadi, sudah cukup membuatku kenyang." Jawabnya sambil tersenyum hangat, hingga membuat Rere sontak tertawa ngakak, menertawakan kegesrekan dirinya sendiri.

Alman bergeser ke tepi, kemudian berdiri sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

"Mas!" 

Seorang lelaki berseragam datang menghampiri Alman, dengan tetap mendorong baki beroda.

"Ya, Pak! Ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong di bungkus semua yang di sini ya?" Pinta Alman sambil menunjuk ke piring piring yang berisi masakan yang sama sekali tak tersentuh olehnya dan Rere.

"Baik, Pak!" Jawab pria berseragam itu sambil tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Kemudian menghampiri gazebo tempat Rere yang masih duduk kekenyangan.

"Permisi." Ujar si pria tadi, yang kembali memberikan mengangguk ramah dengan memberikan senyum hangat pada Rere saat tanpa sengaja mereka saling bertatapan.

"Ayo, Dew. Kita tunggu di kasir." Ajak Alman dengan tangan terulur untuk membantu Dewi berdiri dari duduknya.

Jangankan menyentuh tangan Alman, menengok pun Rere sudah tidak lagi, mungkin kejadian tadi kembali membuat hatinya kesal. Rere berdiri dan melewati si pria berseragam yang tampaknya juga meliriknya dengan sembunyi.

"Ayo!" Jawab Rere yang melangkah melewati Alman yang berdiri di pinggir gazebo.

Meninggalkan Alman yang hanya bisa mengepalkan tangannya yang terlanjur terulur tadi. Kemudian melangkah dengan mulut membisu jauh di belakang Rere, yang sudah duduk di kursi depan kasir. 

"Kita langsung pulang saja, aku sedang nggak enak hati." Ujar Rere saat Alman baru saja meletakkan pantatnya di kursi disebelah kiri Rere.

"Kenapa?" Tanya Alman, yang duduk dengan membelokkan arah ke arah wanita cantik berbibir manis.

"Nggak papa, lagian aku belum membenahi barang yang akan kubawa ke Jakarta." ujar Rere, dengan mata menatap nanar ke lantai.

"Kamu yakin?"

"Ya!" 

Jawaban singkat Rere membuat Alman menarik nafas panjang dan menghembusnya kasar.

"Apa perlu bantuan untuk membereskan barangmu?" Tanya Alman masih dengan penuh perhatian.

"Tidak usah, terimakasih." Tukas Rere, 

Rere sengaja berbohong tentang alasan kenapa dia tidak ingin melanjutkan jalan jalannya bersama Alman, andai Alman tahu, semua barangnya sudah siap dia beresi.

"Pak, terimakasih!"

Seorang mbak berseragam menghampiri Alman dan Rere, tangannya mengulurkan bungkusan kresek berwarna hitam dengan logo nama dan gambar rumah tempat mereka makan.

"Sama sama!" Jawab Alman dan Rere, berdua bersamaan. Alman yang menerima bingkisan makanan dari tangan si Mbak, namun kemudian di berikan lagi pada Rere.

"Kok di berikan padaku?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status