2 minggu kemudian....Sesuai ucapannya waktu itu, 1 minggu sebelum pernikahan Naya, Juna dan Yuna akan berangkat ke jakarta. Malam ini mereka akan berangkat ke jakarta sesuai tiket yang sudah dipesan oleh Juna. Sebelum berangkat ke bandara, mereka memutuskan untuk mampir membeli kado pernikahan terlebih dulu karena takut jika tidak akan sempat membeli kado nantinya di jakarta.Disebuah toko brand ternama yang berada didalam mall, Yuna terlihat sibuk mencari kado mana yang ingin ia beli untuk Naya. Wanita itu sangat bingung ingin membeli apa mengingat Naya merupakan orang yang sangat simple. Naya tidak mungkin menyukai sesuatu yang mewah."Permisi, ada yang bisa dibantu?" tanya salah satu pegawai toko itu."Oh, begini mbak. Saya ingin membeli kado pernikahan untuk teman saya. Orang nya itu tidak terlalu suka sesuatu yang mewah, kira-kira mbak ada saran nggak ya?" balas Yuna. Walaupun sebenarnya wanita itu malu menanyakan hal itu, tapi ia terpaksa bertanya daripada menghabiskan waktunya
Tidak terasa hari yang ditunggu pun akhirnya besok tiba. Hari ini adalah hari terakhir Arka dan Naya dipingit sebelum besok mereka mengucapkan janji suci pernikahan. 3 hari tidak bertemu dengan Naya membuat Arka sangat frustasi. Pria itu terlihat sangat merindukan calon istrinya bahkan beberapa kali ia berniat ingin mendatangi Naya diam-diam namun niatnya itu harus tertangkap basah oleh ibunya. "Arka! Harus berapa kali sih mama bilang, sabar nak. Besok juga kamu bertemu dengan Naya. Kenapa kamu sangat sulit diberitahu sih?" marah sang ibu pada Arka yang lagk-lagi tertangkap basah ingin pergi dari rumah menemui Naya. Sang ayah yang juga berada disana hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang anak. Ayah Arka sendiri tidak ikut memarahi Arka karena pria itu tahu dan sudah merasakan bagaimana rasanya menahan rasa rindu. Dulu sebelum menikah dengan ibu Arka, Ayah Arka juga menjalani masa pingitan. Namun dulu ia harus menahan 1 minggu tidak bertemu dengan istrinya. "Ma, kenapa si
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit. Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya. "Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka. Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak pe
Naya berlari menyusuri koridor sekolah menuju kelas nya, hari ini dia terlambat bangun dan sialnya dia juga tertinggal bus sehingga membuatnya terlambat. Sepanjang Perjalanan dia terus berdoa agar guru gilanya itu belum masuk ke kelasnya. Hingga saat sudah sampai didepan kelas nya, gadis itu langsung membuka pintu yang ternyata sudah tertutup rapat. Matanya membulat sempurna tat kala melihat guru gilanya sudah berdiri tepat didepan pintu seolah sedang menyambut dirinya. "P-pak arka? Hosh hosh," lirih Naya sambil berusaha mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan akibat berlari tadi. "Kamu terlambat 1 menit 3 detik, Nayena Lim," ucapan seseorang yang biasa di panggil pak Arka itu mampu membuat Naya melongo. Astaga, hanya 1 menit tapi sudah dibilang terlambat. Memang gila gurunya ini. "Maaf pak tadi saya tertinggal bus." "Kamu tahu bukan kalau aku tidak suka orang yang tidak ontime? Keluar dari kelas, lari keliling lapangan 5x setelah itu temui aku di ruangan ku." "Lapangan bas
Sejak tadi pak Arka tidak bisa fokus mengajar karena melihat Naya dan Juna. apalagi setelah kejadian tadi pagi. Ada perasaan tak suka di hati nya melihat mereka berdua dekat. "Maaf pak jadi hari ini kita belajar apa ya?" tanya salah satu murid karena sedari tadi pak Arka belum memberi mereka soal ataupun menjelaskan pelajaran. "Tidak ada." jawab nya dingin. "Maksud bapak? Free class?" "Hari ini terserah kalian mau ngapain asal jangan ada yang berisik atau keluar kelas." Seketika semua murid bersorak Senang. Biasanya setiap pelajaran pak Arka pasti akan terasa mencekam tapi kali ini berbeda. "Maaf pak, menurut saya itu akan membuang waktu jika tidak melanjutkan pelajaran." sahut Juna. Sebagai ketua kelas Juna merasa kurang setuju dengan ide gurunya itu. "Tidak ada yang meminta pendapatmu." balas Arka sambil menatap Juna tak suka. "Maaf pak bukannya saya lancang, tapi..." "Kamu bisa belajar di perpustakaan jika tidak ingin merasakan free class kali ini." Sahut pak Arka sebelum J
Saking fokus nya belajar bersama, Naya dan Juna sampai tidak sadar bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ngomong;ngomong jam pelajaran terakhir kosong jadi mereka bisa belajar di perpustakaan. "Tuhkan bener udah sepi," ujar Naya setelah keluar dari perpustakaan bersama Juna. "Aku nggak denger bel pulang tadi,Nay." "Jihan pasti udah pulang deh. Terus Aku pulang nya gimana," gumam gadis itu meratapi nasib sial yang kembali menghampirinya. "Bareng Aku aja." Sahut Juna berhasil membuat gadis itu langsung menoleh kearahnya. "Beneran gapapa? Nggak ngerepotin kamu?" "Nggak lah. Lagian tadi Kamu berangkat bareng Aku jadi pulang bareng juga sekalian." "Yaudah deh boleh daripada jalan kaki hehe." Belum sampai di parkiran, langkah mereka harus terhenti saat mendengar suara seseorang memanggil nama Juna. "Loh Yuna kamu belum pulang ?" "Juna Aku pulang bareng Kamu ya? Supir ku nggak bisa jemput." Gadis yang baru saja memanggil Juna itu adalah Yuna, kekasih Juna. gad
"Besok aku jemput ya?" "Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya. "Kenapa kamu harus peduli?" "Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya. ,,,,,,,,, Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan. "Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna. "Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya? "Selamat pagi anak-anak." Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka. "Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin