Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun datang. Hari ini Naya dan Arka akan melangsungkan janji suci pernikahan. Dengan balutan dress berwarna putih bersih, Naya tampak begitu cantik dan anggun. Tanpa ada seseorang di sampingnya, Naya berjalan pelan memasuki altar. Beberapa tamu undangan yang melihatnya terlihat kagum akan kecantikannya. Di ujung, Arka berdiri dengan gagahnya menunggu sang calon istri. Begitu sampai di depannya, Arka menarik salah satu tangan Naya, menggenggamnya dan membawanya berjalan menuju sang pendeta. Acara janji suci pun dimulai. Diawali dengan ucapan janji suci pernikahan dan dilanjutkan dengan acara pertukaran cincin. Kedua orang tua Arka serta Ibu Naya dan teman-teman Mereka terlihat terharu melihat bagaimana haruya acara pemberkatan itu dilaksanakan. Ibu Naya yang melihat putri satu-satunya kini telah sah menjadi istri orang terlihat tidak bisa menahan air matanya. Wanita Paruh baya itu sedih karena tidak bisa menghadirkan sosok ayah di saat Naya melangsungk
1 tahun kemudian... Dengan langkah cepatnya Arka berlari Menyusuri lorong rumah sakit. Pria itu tidak berhenti merapalkan doa berharap tidak akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan kepada istrinya. Beberapa saat yang lalu saat ia sedang melaksanakan meeting bersama kliennya, tiba-tiba ibunya menghubunginya dan mengatakan jika Naya akan melahirkan. Tepat setelah mendapat kabar itu Arka langsung pergi ke rumah sakit. Sesampainya diruang bersalin, Arka melihat kedua orang tuanya dan juga Ibu Naya duduk di depan ruang tunggu sambil menangis. Dengan cepat pria itu langsung menghampiri mereka "Pa, ma, bu, dimana Naya? Bagaimana keadaannya?" Tanyanya dengan raut wajah paniknya. "Arka, kamu sudah datang. Sebaiknya kamu masuk ke dalam, sejak tadi Naya terus berteriak memanggil namamu. Temani ia bersalin, nak. Kuatkan dia," ucap ibu Arka. Arka mengangguk sebelum kemudian masuk ke dalam ruang bersalin, di dalam ruangan ia melihat Naya yang tampak kesakitan berusaha untuk melahirkan anak pe
Naya berlari menyusuri koridor sekolah menuju kelas nya, hari ini dia terlambat bangun dan sialnya dia juga tertinggal bus sehingga membuatnya terlambat. Sepanjang Perjalanan dia terus berdoa agar guru gilanya itu belum masuk ke kelasnya. Hingga saat sudah sampai didepan kelas nya, gadis itu langsung membuka pintu yang ternyata sudah tertutup rapat. Matanya membulat sempurna tat kala melihat guru gilanya sudah berdiri tepat didepan pintu seolah sedang menyambut dirinya. "P-pak arka? Hosh hosh," lirih Naya sambil berusaha mengatur nafasnya yang masih tidak beraturan akibat berlari tadi. "Kamu terlambat 1 menit 3 detik, Nayena Lim," ucapan seseorang yang biasa di panggil pak Arka itu mampu membuat Naya melongo. Astaga, hanya 1 menit tapi sudah dibilang terlambat. Memang gila gurunya ini. "Maaf pak tadi saya tertinggal bus." "Kamu tahu bukan kalau aku tidak suka orang yang tidak ontime? Keluar dari kelas, lari keliling lapangan 5x setelah itu temui aku di ruangan ku." "Lapangan bas
Sejak tadi pak Arka tidak bisa fokus mengajar karena melihat Naya dan Juna. apalagi setelah kejadian tadi pagi. Ada perasaan tak suka di hati nya melihat mereka berdua dekat. "Maaf pak jadi hari ini kita belajar apa ya?" tanya salah satu murid karena sedari tadi pak Arka belum memberi mereka soal ataupun menjelaskan pelajaran. "Tidak ada." jawab nya dingin. "Maksud bapak? Free class?" "Hari ini terserah kalian mau ngapain asal jangan ada yang berisik atau keluar kelas." Seketika semua murid bersorak Senang. Biasanya setiap pelajaran pak Arka pasti akan terasa mencekam tapi kali ini berbeda. "Maaf pak, menurut saya itu akan membuang waktu jika tidak melanjutkan pelajaran." sahut Juna. Sebagai ketua kelas Juna merasa kurang setuju dengan ide gurunya itu. "Tidak ada yang meminta pendapatmu." balas Arka sambil menatap Juna tak suka. "Maaf pak bukannya saya lancang, tapi..." "Kamu bisa belajar di perpustakaan jika tidak ingin merasakan free class kali ini." Sahut pak Arka sebelum J
Saking fokus nya belajar bersama, Naya dan Juna sampai tidak sadar bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Ngomong;ngomong jam pelajaran terakhir kosong jadi mereka bisa belajar di perpustakaan. "Tuhkan bener udah sepi," ujar Naya setelah keluar dari perpustakaan bersama Juna. "Aku nggak denger bel pulang tadi,Nay." "Jihan pasti udah pulang deh. Terus Aku pulang nya gimana," gumam gadis itu meratapi nasib sial yang kembali menghampirinya. "Bareng Aku aja." Sahut Juna berhasil membuat gadis itu langsung menoleh kearahnya. "Beneran gapapa? Nggak ngerepotin kamu?" "Nggak lah. Lagian tadi Kamu berangkat bareng Aku jadi pulang bareng juga sekalian." "Yaudah deh boleh daripada jalan kaki hehe." Belum sampai di parkiran, langkah mereka harus terhenti saat mendengar suara seseorang memanggil nama Juna. "Loh Yuna kamu belum pulang ?" "Juna Aku pulang bareng Kamu ya? Supir ku nggak bisa jemput." Gadis yang baru saja memanggil Juna itu adalah Yuna, kekasih Juna. gad
"Besok aku jemput ya?" "Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya. "Kenapa kamu harus peduli?" "Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya. ,,,,,,,,, Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan. "Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna. "Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya? "Selamat pagi anak-anak." Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka. "Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin
Naya menegang ditempat saat mengetahui jika guru gila yang sedang ia hindari sudah berdiri tegak didepannya. "Kamu mau kabur kemana lagi? Mau menghindariku lagi, hmm?" "T-tidak Pak. Saya Hmm Saya.." "Saya apa? "Ayo Naya Kamu harus berfikir sekarang." "Kamu pikir Kamu bisa kabur dariku? Kamu pikir Kamu bisa bersembunyi dari ku ?" "S-sebenarnya bapak ingin apa ?" tanya Naya takut. "Aku ingin apa ? Hmmm... bagaimana jika Aku bilang aku ingin Kamu?" tanya pak Arka dengan nada dinginnya membuat Naya semakin ketakutan. "Kamu salah bertanya Naya, aaa bodoh," batin gadis itu merutuki apa yang baru saja ia tanyakan. "Kamu bertanya aku ingin apa, dan Kamu juga sudah mengetahui jawabannya. Jadi..." "Ah bapak kepala sekolah kembali lagi ?" Pak Arka langsung menoleh kearah pandang Naya, detik itu juga pria itu melihat Naya yang sudah berhasil Lari kabur dari nya. "Nayena Lim !!!!" teriaknya penuh Amarah karena berhasil tertipu. ,,,,,,,,,, Naya berlari sekencang mungkin menuju kelas ny
Hari ini sekolahan mengadakan acara camping selama beberapa hari kedepan. Semua siswa kelas 12 diwajibkan untuk mengikuti acara itu. "Aku duduk dengan Sina!" teriak Dahya memilih tempat duduk ditengah. Naya menghela nafasnya bingung memilih tempat duduk, Jihan tidak mengikuti acara camping karena sakit, sedangkan Dahya duduk dengan Sina dan otomatis dia tidak mempunyai teman tempat duduk. "Coba cari teman sekelasmu Nay. Pasti ada yang mau duduk denganmu." Sangat mustahil Naya mendapat teman tempat duduk apalagi dengan teman sekelasnya. Bahkan hampir semua teman cewek di kelasnya membencinya karena dia dekat dengan pak Arka, guru dambaan semua murid. "Loh Naya kok masih berdiri? Kamu duduk dimana?" tanya Yuna yang baru saja naik kedalam bus bersama Juna. "Hmm aku.." "Naya duduk denganku." "Pak Arka?" "Ayo Nay duduk." "Tapi Pak..." "Kamu mau berdiri sampai tempat tujuan? Bus sudah akan berangkat." Belum juga mendapat jawaban dari Naya, Pak Arka sudah mendorong tubuh gadis itu