Share

Chapter.4

"Besok aku jemput ya?"

"Maaf Pak, sebaiknya bapak jangan dekat-dekat dengan Saya. Saya tidak enak jika nanti ada murid yang lihat," ucap Naya saat sudah sampai didepan rumah nya.

"Kenapa kamu harus peduli?"

"Maaf Pak saya harus masuk sekarang," Sahut Naya langsung masuk kedalam rumah nya sebelum pak Arka menahannya.

,,,,,,,,,

Keesokan harinya, di jam pertama pelajaran nasib sial rupanya sudah menghampiri Naya. Gadis itu terus bergerak gelisah membuat Juna yang duduk dibelakangnya kebingungan.

"Kamu kenapa. Nay?" tanya Juna.

"Juna, buku tugasku ketinggalan dirumah," bisik Naya dengan wajah panik nya. Oh ayolah pagi ini dia harus mengumpulkan tugas dari Pak Arka. Kalian pasti tahu kan bagaimana nasib nya jika tidak mengumpulkan tugasnya?

"Selamat pagi anak-anak."

Jantung Naya seakan berhenti saat itu juga setelah melihat kedatangan Pak Arka.

"Kumpulkan tugas yang sudah Saya berikan kemarin," perintah Pak Arka dengan nada dingin dan juga tegas membuat detak jantung Naya semakin tidak beraturan.

"Bagaimana ini, aku bisa habis ditangan guru gila itu." 

Naya menoleh saat mendengar Juna memanggilnya sambil mendorong pelan kursinya "Ini," ucap pria itu menyerahkan buku tugasnya.

"Ini apa?" Gadis itu terkejut saat membuka buku tugas yang Juna berikan. Dihalaman paling depan ada nama dirinya. Kebetulan Juna mengganti buku tugas nya dengan yang baru karena yang sebelumnya sudah penuh, dia belum sempat memberi nama pada buku tugas nya. Karena tidak tega melihat Naya dihukum nanti jika tidak mengumpulkan tugas, akhirnya Juna menulis nama Naya dibuku tugas nya.

"J-Juna ini..."

"Ada apa Nayena Lim, Juna prawira? Apa yang kalian bicarakan?" tanya Pak Arka.

"Mana buku tugas mu, Nay," lanjutnya meminta buku tugas Naya.

Setelah semua sudah terkumpul, pak Arka mulai menghitung buku tugas yang terkumpul "Kurang 1 ? Ada yang belum mengumpulkan tugas?"

Naya sudah ingin mengangkat tangannya tapi keduluan Juna "Saya Pak." 

"Kamu? Wah ketua kelas sekaligus ketua osis tidak mengerjakan tugas?"

"Maaf pak saya lupa."

"Lupa? Kamu tahu kan apa peranmu di kelas dan sekolah ini? Dan Kamu juga pasti tahu kan apa yang akan kamu dapatkan karena tidak mengumpulkan tugas?"

"Iya Pak, saya mengerti. Maafkan Saya."

"Keluar dari kelas! Lari Keliling lapangan utama 50x!" 

Naya beserta murid lainnya terkejut mendengar hukuman yang diberikan untuk Juna. 

"Pak itu terlalu berlebihan," sahut Naya membuat pak Arka langsung menatapnya tajam.

"Kenapa Nay? Kamu ingin Saya menambah hukamannya?"

"Juna, keluar sekarang dan jalankan hukumanmu atau Saya akan menambah hukumanmu!"

"Baik Pak," balas Juna langsung beranjak dari bangku nya, keluar dari kelas menuju lapangan utama untuk menjalankan hukuman.

"Semuanya buka buku halaman 42."

Selama pelajaran, Naya tidak bisa fokus sama sekali. Dia sering melirik keluar jendela melihat Juna yang sedang berlari mengelilingi lapangan ditengah cuaca yang sangat panas.

BRAK!!

Tiba tiba sebuah penghapus papan tulis terlempar kearah Naya, hampir saja mengenai wajahnya "Kamu ingin keluar dari kelas atau mengikuti pelajaran ku, Nayena Lim!"

"M-maaf pak."

"Maju kedepan, kerjakan soal nomor 15."

"Apa?"

"Kamu tuli ?"

"B-baik Pak."

Selagi Naya mengerjakan soal di papan tulis, pak Arka melirik kearah Juna yang terlihat mulai lelah "Itulah akibatnya jika kamu berani dekat dan menyentuh wanitaku," batin pak Arka.

,,,,,,,,,,,

Setelah jam istirahat berbunyi Naya langsung berlari ke lapangan untuk melihat keadaan Juna. Bersamaan dengan itu Juna baru saja menyelesaikan hukumannya. Kini dia duduk disalah satu bangku dipinggir lapangan. Jangan lupakan keringat yang membasahi wajah dan seragamnya, bahkan dia terlihat kesusahan untuk mengatur nafasnya .

"Ini minum dulu." 

Juna menoleh, melihat Naya yang entah sejak kapan duduk disampingnya sambil menyerahkan sebotol air dingin untuk nya. Karena merasa sangat lelah pria itu langsung menerima minuman itu, meneguk nya hingga habis tak tersisa.

"Juna terlihat sangat tampan, astaga Nay apa yang kamu pikirin sih. Aish jangan jangan aku mulai tertular mesum dari guru gila itu, tidak tidak," batin Naya sambil menggelengkan kepalanya.

"Th- hanks Nayh," ucap Juna yang masih susah mengatur nafas nya.

"Iya. Hmm Juna maaf, gara-gara aku kamu jadi dihukum. Seharusnya kamu tidak membantuku tadi, biadkan Aku saja yang di hukum. Maaf."

Juna diam sejenak sampai nafas nya benar-benar kembali normal. "Gapapa. Aku tidak mungkin membiarkan temanku dihukum apalagi Kamu perempuan. Anggap saja aku sekalian olahraga hehe sudah lama aku tidak olahraga," Balas Juna yang langsung mendapat pukulan dari Naya tepat di bahunya hingga membuat pria itu meringis.

"Eh, sakit ya? Aduh maaf,Ju."

"Gak kok Nay aku cuman bercanda."

"Ish dasar. Udah itu minum lagi."

"Udah habis Nay."

"Oh iya hehe mau aku beliin lagi ?"

"Gausah, thanks ya."

"Kamu masih berani dekat dengannya Nay? Oke, aku akan membuat Juna semakin tersiksa sampai Kamu berhenti dekat dengannya," gumam pak Arka tak suka melihat Juna dan Naya yang tertawa bersama.

,,,,,,,,,,,,,,

Naya baru saja mengumpulkan buku ke ruangan guru, beruntung ruangan pak Arka terpisah dengan ruangan guru lain jadi dia bisa mengumpulkan semua buku tanpa takut sama sekali.

"Naya!"

Baru beberapa menit bernafas lega, jantung Naya sudah dibuat bekerja extra lagi setelah mendengar suara seseorang yang menurutnya lebih seram dari suara hantu. Seolah tidak mendengar apapun Naya memilih untuk melanjutkan langkahnya lebih cepat.

"Naya!"

Naya tidak perduli, dia terus melangkahkan kakinya cepat. 

"Nayena Lim berhenti!!"

Detak jantung Naya semakin berdetak kencang begitu mendengar langkah kaki yang semakin mendekat.

"Oh Pak kepala sekolah."

Pak Arka menghentikan langkahnya begitu mendengar Naya memanggil pak kepala sekolah yang notabenenya adalah kakeknya.

"Maaf Pak kepala sekolah."

"Oh iya ada apa ?"

"Hmm S-saya Naya. Salah satu murid disini."

"Iya aku tahu, kamu memakai seragam sekolah ku. Ada apa Nay ?"

Naya tampak kebingungan untuk menjawab apa, tujuannya memanggil Pak kepala sekolah yang tak sengaja lewat hanya untuk menghindar dari pak Arka.

"Naya, ada apa? Aku sedang buru-buru ingin pergi."

"Hmm, bapak ingin kedepan? Mari Saya antar. Mari pak, saya hanya ingin memastikan bapak selamat sampai depan."

"Terima kasih Naya, aku pergi dulu. Kamu kembali lah ke kela mu," ucap pak kepala sekolah setelah sampai dilobby sekolah.

"Baik pak, Hati hati dijalan."

"Hufft untung saja Aku bisa menghindari guru gila itu. Aku harus kembali ke kelas sebelum dia menemukanku lagi," gumam Naya setelah kepsek itu pergi dengan mobilnya.

Saat hendak berbalik badan, tiba-tiba dia menabrak dada seseorang yang terlihat lebih tinggi dari nya. "Mau kabur kemana lagi kamu, Naya? Siapa yang Kamu panggil guru gila?"

"P-pak Arka ?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status