Share

Episode 2 - Drama Bintang

Kanebo kering itu adalah sohibku,

Untung kawan, jika tidak sudah aku tendang,

-Bintang Airlangga-

___

Pria berparas rupawan sedang terlihat sibuk dengan dunianya, dia tengah sibuk membereskan kertas yang berserakan namun terjajar rapi. Pria itu adalah Dio, ia sedang sibuk merapikan tumpukan kertas tersebut supaya menjadi satu bagian dan terlihat lebih rapi. Dio baru saja selesai dengan kegiatan di setiap akhir pekannya. Karena pekerjaannya sudah selesai, Dio siap untuk pulang dan mengistirahatkan diri di kasur yang nyaman. 

“Akhirnya selesai juga” gumamnya bahagia. Ketika Dio sibuk dengan kegiatan beres – beres meja kerjanya, tiba - tiba suara yang tak asing menyerukan namanya. 

“Yo, Dio!.” seru lelaki itu lantang dari depan pintu studio yang hanya berjarak beberapa meter dari sang pemilik nama.

“Gue nggak budeg Bin, bisa nggak kalau lo gak teriak” jawabnya kesal, setibanya sang kawan disampingnya, pria bernama Dio itu tak segan memukul sarkas tengkuk sang kawan.

“Sakit ngab, ya sowri Yo, biasanya kalau nggak diteriakin nggak bakal nyahut lo nya.”

“Karena lo suka manggil nggak jelas makanya nggak gue respon.” 

“Dih gitu amat sih lo sama temen, Yo”

“Gue mau kasih tahu sesuatu sama lo, ada hal penting yang harus gue sampaikan.”

Dio tak mengindahkan ucapan dari temannya. Dio lebih memilih tetap melanjutkan kegiatan beberes meja kerjanya yang belum usai.

“Besok lo kudu dateng loh Yo, awas kalau nggak” Bintang mulai berbicara lagi, namun Dio masih enggan untuk meresponnya.

 Merasa diacuhkan oleh Dio, Bintang yang awalnya biasa saja mulai tersulut emosi.

“Ealah songong banget mas diajak ngomong sama temen aja nggak ngelirik” Dio yang mendengar perkataan temannya mendengus kesal lalu berbalik menghadap Bintang.

“Gue lagi beres-beres Bin, nggak lihat lo?” jawab Dio sambil mengalihkan pandangannya ke arah Bintang, teman seperhidupannya.

“Gue pulang dulu, nanti aja bahasnya kalau di rumah” jawaban final akhirnya terucap.

“Jawab sekarang Yo, kenapa nunggu pulang dulu sih? Bedanya apa coba jawab sekarang sama nanti. Ini acara penting loh jarang-jarang ada acara di fakultas kita”

Dio mulai berpikir ulang untuk menerima ajakan Bintang ke acara fakultasnya itu. Sebenarnya dia enggan datang ke acara seperti itu, karena baginya acara tersebut hanya acara ajang cari jodoh bagi yang jomblo serta acara pamer diri kalau dia sudah berhasil jadi orang sukses. Untuk yang kedua tidak masalah sebenarnya tapi kalau mereka terlalu menyombongkan diri, itu yang membuatnya tidak suka. Hal terpenting lainnya yang menurutnya tidak penting adalah teman – teman seangkatannya atau mahasiswa yang berada di semester menengah menuju ke akhir pasti mencari daun muda untuk dijadikan incaran, karena memang anak teknik jarang sekali ada perempuan, sekalinya ada pasti asoy. Itu kata Bintang tempo lalu yang selalu Dio ingat. Makanya dia malas untuk hadir, apalagi fakultasnya tak setiap tahun mengadakan acara seperti ini, jadi dapat dipastikan akan menjadi kesempatan bagi mereka yang memilik niat bulus untuk melancarkan aksinya.

“Harus kudu wajib dateng pokoknya tanpa penolakan” ujar Bintang penuh penekanan dengan gaya berkacak pinggangnya, tanda ia  serius dengan apa yang katakan.

“Insyaallah Bin, kalau gue nggak males, udah nggak ada lagi kan? gue pulang dulu” katanya.

Bintang mempersilakan Dio untuk pulang, sepertinya Dio masih enggan menerima ajakannya. Mungkin nanti Bintang akan membujuknya kembali.

“Jangan lupa segment minggu depan temanya teman hidup Yo, jangan lupa juga scriptnya banyakin kata manis nan memikat, mungkin nanti ada yang nyantol satu sama lo” teriak Bintang pada Dio karena yang diajak bicara sudah berjalan menjauh. 

Meskipun Dio sudah berjalan menjauh, dia  masih bisa mendengar ucapan Bintang dengan jelas dan memilih membalasnya dengan seringaian andalannya tanpa Bintang ketahui.

 “Apanya yang nyantol?, cuma suara ini. Suka ngawur emang si tiang kalau ngomong.”

***

Anna yang baru selesai dengan kegiatan makannya beberapa menit lalu, mulai menyandarkan kembali kepalanya di bahu sang kakak. Sambil bersandar Anna suka sekali memainkan sela – sela jarinya dengan memilin serta menyubitnya kecil, kebiasaan kala Anna  bosan ya seperti itu.  

“Kenapa? Bosan ya?” tanya Akta.

Namun Anna tak merespon pertanyaan kakaknya, dia memilih diam dan melanjutkan aktivitas unfaedah – nya. Jengah dengan situasi ini Akta membuka suaranya lagi.

“Kenapa diam hmm? Sakit kamu? Katanya mau cerita tadi.” Anna hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

“Anna” panggil Akta sekali lagi.

“Dalem Abang (iya Abang).”Sahutnya lemas tak berdaya, padahal tadi heboh sekali anaknya. Pasti ada tanda – tanda kumat lagi ini, kelihatan sekali dari gerak – geriknya. Akta membatin dalam hatinya 

“Katanya mau cerita. Abang udah siap mendengarkan ini loh.”

“Nggak jadi deh,” Ucap Anna dengan memposisikan diri sama seperti sebelumnya yaitu menyender nyaman dibahu Akta.

“Ck, kebiasaan pasti tentang kolornya Iza lagi” tebak Akta random, 

Anna terkejut karena Abangya tahu akan hal itu, “kok Abang tahu?” ucap Anna dengan ekspresi kejutnya.

“Ya tahu atuh, lah wong Abang dikasih tahu sama Rian.” Jawab Akta menjelaskan.

“Oalah pantesan, tahu. Tenyata biang gosip sudah menyampaikan.”

Akta mengangguk “Ayo minum obat dulu kamu.”

 “Nanti kalau mau tidur aja bang.”

“Tapi jam minum obatnya udah lewat loh dek” sang kakak mengingatkan.

“Tapi aku mager bang, nanti aja ya?” Anna mencoba bernogoisasi dengan ekspresi melasnya.

“Nggak beloh, Adek!”

“Tapi bang,”

Akhirnya Akta mengalah, jika seperti ini terus akan berujung tidak karuan. Akta bangun dari duduknya untuk mangambil obat adik terkasihnya di dalam kamar.  “Sekarang dek, bentar Abang ambilkan obatnya. Kamu suka bandel, nanti kalau sakit lagi gimana hayo.”

Setelah mengambilkan obat dan air untuk Anna, Akta kembali ke tempat semula dengan posisi yang sama.

“Dek besok Abang nggak pulang, ada acara kampus soalnya”

“Acara apa?” jawabnya setelah selasai menelan obatnya dengan bantuan air putih.

“Reunian gitu, tapi khusus fakultasnya Abang.” Anna hanya berdeham dan mengangguk – anggukan kepalanya paham.

“Kamu mau pulang? Kalau iya besok Abang anterin ke terminal”

“Nggak deh bang, dikosan aja aku. Males naik bus”

“Kalau gitu kamu mau ikut Abang aja, gimana?”

Anna mengeryitkan keningnya tanda gagal paham akan omongan kakaknya. Buat apa dia ikut? mahasiswa sana aja nggak, boleh emang? Anna berpikir.

“Udah nggak usah banyak mikir, katanya pingin ketemu doi kamu?”

“Doi? Siapa yang Abang maksud?” Anna gagal paham sumpah! apa yang dikatakan Akta diluar nalar logikanya, emang siapa doinya? Gebetan aja tidak punya. Kakaknya memang suka jika menistakannya seperti ini.

“Katanya mau ketemu sama DJ radio itu ayo ikut abang besok, kan dia alumni sekaligus mahasiswa di universitas Abang” sambil mengangkat kedua alisnya, Akta mencoba merayu adiknya untuk ikut.

“Nggak ahhh, bukan musti dia kan bang. Namanya boleh aja sama tapi belum tentu orangnya sama kan?”

“Nyesel loh kalau nggak ikut.”

Akta masih bersikukuh bahwa orang yang dimaksud Anna adalah orang yang dia kenal. Meskipun belum pasti, tapi Akta yakin bahwa dia adalah orangnya. Karena setahu dia orang yang dikenalnya itu senang bersyair dan terkenal dengan kata puitisnya. Meskipun Akta tidak kenal dekat, tetapi setidaknya dia pernah ngobrol beberapa kali perihal tugas kuliahnya pada orang tersebut. Karena orang tersebut selain mahasiwa pascasarjana dia juga merangkap asisten dosen disalah satu mata kuliah yang diambil olehnya.

***

Note : 

Selamat membaca semoga suka,

Cintai karya ku ini ya,

Terkasihmu - nawujung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status