Share

Episode 3 - Mewujudkan Terka

Mencoba mewujudkan kepastian dengan rabaan,

-Annandya Mahira Faiz-

___

     Setelah berpikir semalaman akhirnya Anna memtuskan untuk menerima tawaran kakaknya. Sehingga pagi ini, Anna memberi kabar pada sang kakak bahwa dia mau bergabung ke acara fakultas Akta. Salah satu faktor yang mampu membuatnya mengiyakan ajakan sang kakak adalah karena Anna penasaran. Bohong, jika Anna tidak penasaran dengan apa yang dikatakan Akta hampir setiap hari. Penasaran banget juga nggak sebenarnya, rasa penasarannya hanya sedikit. Namun tidak ada salahnya untuk memastikannya sendiri, sebenarnya Anna enggan berharap. Karena dia takut ekspetasinya tidak sesuai dengan kenyataan. Tapi dilubuk hatinya yang terdalam, Anna sedikit berharap bahwa itu nyata, tidak hanya sekadar namanya yang sama tapi orangnya juga sama, yaitu orang yang dianggap mood boosster selama ini.

“Na kamu harus sadar, jangan banyak berharap” ucapnya untuk menyadarkan diri sendiri.

Hampir seharian Anna memilah baju yang ada didalam lemarinya. Dia berusaha mencari pakaian yang pas untuk dikenakannya sore nanti. Iza yang berada didalam kamar hanya tiduran saja di kasur milik Anna, memandang aneh ke arah temannya yang banyak tingkah hari ini.

“Kamu mau memilih baju sampai kapan? Lihatlah  sudah pukul dua siang, nanti kamu terlambat.”

“Ahh, cepat sekali waktu berlalu, aku bingung mau pakai yang mana.”Anna mengadu kebingungan pada sang kawan.

 “Kamu pakai saja baju yang sedang kamu pegang.”

“Yang ini maksud kamu?” Anna menunjukkan pakaian yang dipilihkan Iza untukknya.

“Hmm, yang itu saja. Kamu pasti cantik kalau mengenakan baju itu.”

“Okay, aku akan mencobanya.”

Iza menggelengkan kepalanya heran. Kemudian Anna pergi ke kamar mandi untuk mencoba pakaian yang telah dipilihnya, setelah mencoba dan memastikan pakaian yang dia kenakan. Akhirnnya keputusan final sudah ditentukan, Anna akan memakai pakaian yang telah disarankan oleh Iza untuknya. Anna bergegas ke kamar mandi untuk segera menuntaskan acara mandinya, yang sudah tertunda satu jam lamanya, untuk memilih pakaian yang akan dikenakannya saja cukup menyita banyak waktu. Untung ada Iza yang membantunya memilihkan kalau tidak, pasti dia masih berkutik dengan kebingungannya. 

Selesai bersiap dan sedikit berdandan, Anna mengambil ponselnya untuk memesan ojek online untuk mengantarnya ke tempat tujuan, yaitu ke kos kakaknya. Karena jam sudah menunjukkan pukul setengah empat sore, dia harus segera bergegas agar tidak telat datang ke acara. Sebenarnya Akta sudah menawarkan untuk menjemputnya, namun Anna menolak karena arahnya berlawanan. Anna tidak mau jika kakaknya bolak – balik hanya demi menjemputnya, mending dia saja yang kesana, karena dia bisa naik ojek online seperti biasanya.

Setelah menempuh empat puluh menit perjalanan, akhirnya Anna tiba ditujuannya. Setibanya disana Anna langsung mengambil ponsel miliknya. Lalu dia menghubungi kakaknya untuk memberi kabar bahwa dia sudah tiba.

“Abang aku sudah ada didepan.”

 “Tunggu sebentar aku akan segera keluar.”

Sambil mengangkat panggilan dari adiknya, Akta berjalan keluar ke pintu masuk kosnya untuk menjemput sang adik yang telah tiba dan sedang menunggu di teras depan.

Akta melambaikan tangannya ke arah Anna yang berada tepat didepan pintu gerbang kosnya yang berjarak hanya puluhan meter saja. Anna membalas lambaian tangan Akta dan mengahampiri sang kakak yang sedang menunggu didepan pintu masuk.

Anna menjadi pusat perhatian ketika menampakan diri dihunian kos para pria tersebut, saat dia melewati lorong menuju ke kamar kakaknya semua mata tertuju padanya. Meskipun tidak banyak orang tapi mampu membuat Anna merasa tidak nyaman.  Kos yang menjadi hunian Akta termasuk kos eksklusif sehingga tidak ada banyak penghuni. Mungkin satu lorong hanya ada enam unit kamar. Tidak seperti kosnya yang memiliki sepuluh unit kamar setiap lorongnya. 

Anna yang merasa tidak nyaman selalu menempel pada sang kakak. Para penghuni kos terpesona dan terkesima dengan kecantikan Anna. Sehingga mereka enggan untuk mengalihkan pandang dari objek yang tidak mampu mereka abaikan.

“Hi cantik” sapa salah satu teman kos Akta pada Anna. Anna yang disapa merasa bingung, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya, sebetulnya dia kenal dengan lelaki itu karena lelaki tersebut adalah teman Akta. Namun karena dia tidak nyaman, akhirnya dia lebih memilih diam.

“Kenapa kamu diam saja? Apa kamu lupa denganku” ujarnya lagi.

Lelaki ini masih berusaha untuk mendapat simpati dari Anna. Waktu itu dia pernah berkata jika dia jatuh terpikat dengan adik temannya tersebut. Hendra berkata jika jatuh dalam pesona Anna di tiga detik pertemuan pertama mereka.

“Stop, jangan ganggu adek gue lagi, Hendra. Dia nggak nyaman” akhirnya Akta membuka suara. Dia sedikit gemas dengan kelakuan temannya. Temannya itu senang sekali menggoda adiknya ketika main ke kosan. Inilah alasan mengapa Akta melarang Anna main ke kosnya. Karena Anna tidak nyaman dengan perilaku teman kosannya, salah satunya adalah dia, si  Hendra.

“Adek lo cantik, gimana kalau buat gue saja?” ujarnya sambil menaik turunkan alisnya seraya mengedipkan matanya ke arah Anna dengan niat menggoda. 

Siapa yang tidak terpesona dengan makhluk manis yang diciptakan oleh sang pencipta dengan sempurna. Anna berparas cantik nan manis, parasnya dapat membuat orang yang melihatnya sekali langsung terpikat bahkan mampu menjadikannya candu. Salah satunnya adalah Hendra, dia sangat mengagumi Anna. Bahkan dia selalu membujuk Akta untuk mengizinkannya mendekati Anna. Namun naas, ocehan Hendra hanya dianggap angin lalu oleh Akta. 

Seperti penampilan Anna sore ini, dia terlihat sangat cantik. Karena hal itulah yang membuat Hendra tidak sanggup untuk tidak menggoda adik sang teman. Pesona Anna sangat tepapar nyata dengan riasan tipis di wajahnya. Ditambah pakaian yang dikenakannya hari ini yaitu tunik berwarna merah muda yang dipadukannya dengan celana hitam yang pas membungkus kakinya. Tampilan sederhananya itu membuat Anna terlihat sempurna untuk dipandang mata, seolah pesona milik Anna menjadi candu bagi yang melihatnya. 

“Hendra, stop!” Akta mengeraskan suaranya karena terlalu kesal dengan kelakuan Hendra. Bukan masalah sebenarnya tapi Anna tidak nyaman adalah alasan utama Akta seperti ini. Sebenarnya, Hendra tahu jika Anna itu pemalu dengan orang yang dianggapnya asing, karena Akta pernah memberitahunya. Namun mulutnya itu gatal jika tidak menggoda Anna, dengan alasan Anna terlalu berharga untuk diabaikan. 

“Cantikku, pergi sama aku yuk?” usaha Hendra untuk merayu Anna. 

Kekesalan Akta yang sudah diujung membuatnya menatap sengit kearah Hendra mengisyaratkan pada temannya tersebur untuk berhenti. Tapi dari logatnya, pria jangkung itu masi ingin melancarkan aksinya. Maka dari itu Akta membawa Anna untuk undur diri dari sana. Karena situasi yang tidak memungkinkan untuk Hendra berhenti.

 Setibanya di dalam kamar milik Akta, ia menyuruh Anna untuk berdiam diri di sana dan jangan pergi keluar tanpa Akta bersamanya. “Kamu disini saja, Abang pergi mandi sebentar.” Perintah Akta pada Anna. Setelahnya dia bergegas pergi  membawa serta handuknya untuk  pergi ke kamar mandi.

Rasa was-was yang menderu mampu membuat Akta terhenti didepan pintu kamarnya, dan mengingatkan sang adik kembali “kalau butuh apa – apa tunggu abang jangan keluar sendiri.” Anna yang paham akan maksud Akta mengangguk mengiyakan titah sang kakak.

“Iya Abang, sana ihh cepetan mandi. Aku tebak, Abang pasti belum salat.” Ucapnya dengan ekspresi nyinyirnya.

“Dihh, udah ya. Asal nuduh aja kamu” Akta berseloroh membela diri.

“Kirain belum, biasanya kan gitu.” 

“Enak aja, emang kamu?.”

“Kenapa jadi aku Bang? Sana ihh mandi. Udah sore juga. Katanya mau dateng lebih awal. Tapi malah banyak ngomong.”

“Cerewet banget sih, yang ngajak gelut duluan siapa hayoo?.” Akta dengan suara ngegasnya mencoba mencibir adiknya.

Anna yang kesal, tak mau mengalah dan ikut – ikutan berseru, dengan “Ya udah Abang pergi sana, jangan ngajak debat mulu. Capek aku!”

“Adek sih!”

“ABANG!”

“Iya iya bosque.”

***

“Loh Yo kok belum siap – siap sih,  ini udah jam berapa?” tanya Bintang dari depan pintu kamar milik Dio. Dio yang enggan menjawab memilih fokus dengan buku yang sedang dibacanya.

 Geram dengan Dio yang mengabaikannya, Bintang menyerukan nama temannya lantang untuk mengalihkan perhatian sang kawan. 

“Dio!” risih dengan kelakuan Bintang, ia tatap sekejap kawannya lalu kembali dengan kesibukkanya dan tak mengindahkan Bintang yang sedang tersulut emosi disana. 

Selang beberapa menit, akhirnya Dio bersuara karena temannya itu tetap gigih dengan kemauannya, Dio tidak ingin kaki dari teman jangkungnya itu kram karena tanpa lelah berdiri didepan pintu untuk mendapat perhatiannya, seperti seorang yang sedang mengemis cinta pada pujuaan hatinya.

“Acara masih jam tujuh kan? ini mahgrib aja belum nanti abis maghrib gue siap-siapnya.”

Tidak puas dengan jawaban Dio, Bintang mendengkus kesal. Rasanya sia – sia usaha yang telah dilakukannya untuk meyakinkan Dio. Namun jawaban yang dapat sangat mengecewakan.

 “Mending siap – siap sekarang, nanti kalau udah siap tinggal salat kan bisa?, biar langsung cuss gitu nanti, lo nggak lihat gue udah ganteng gini” ujarnya.

“Nanti aja Bin, serius gue masih mager” jawab Dio masih dengan pendiriannya.

“Yo wis lah, penting jenengan rawuh nggih! (iya udah, penting dirimu dateng)”

“Nggih mas bintang ingkang bagus (siap mas bintang yang ganteng)”

Karena lelah Bintang berlalu meninggalkan Dio, setidaknya Dio akan tetap datang karena lelaki itu tidak pernah mengingkari ucapannya. Sebenarnya, Bintang merasa sedikit frustasi memikirkan kelakuan ajaib Dio, kenapa harus ada manusia semacam temannya itu? Bintang harap di dunia ini cuma ada satu, karena apa? Satu aja bisa buat runyam apalagi ada yang lain. Nanti bumi tempat berpijak manusia normal seperti dirinya akan lelah jika harus menghadapi makhluk lain seperti Dio. 

Sebenarnya Dio orang yang baik baik, ramah juga sih. Kadang juga banyak bicara tapi kalau mood - nya lagi bagus. Tapi kalau mode malas sedang aktif ya begitu, jadi sensitif kayak perempuan lagi dapet. Boro-boro kalau cuma itu, Dio juga cuek banget orangnya, jarang memperhatikan sekitar. Diri sendiri aja kadang dicuekin apalagi orang lain, ajaib memang manusia satu ini. Untung saja ganteng, setidaknya Dio punya hal yang bisa disombongkan. Hal tersebut yang dijadikan pedoman bagi Bintang untuk temannya, karena dengan seperti itu mampu sedikit meredam emosinya saat menghadapi kelakuan Dio. 

***

Note :

Selamat membaca, 

Ayo tinggalkan komen kalian ya,

Share cinta kalian untuk chap ini

Terima kasih sudah berkenan membaca,

Tersayangmu – nawujung. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status