Share

Episode 5 - Jangan Bangunkan Aku

Oalah, ternyata seperti ini rasanya bertemu orang yang didamba. Rasanya seperti terbang dan jatuh terperesok dalam kebahagiaan.

-Annandya Mahira Faiz-

____

Penampilan yang tak terduga baru saja usai, dan itu mampu membuat Anna terdiam seribu bahasa ditempatnya. Ia terpaku beberapa saat dan memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. Seolah ini sebuah kebetulan, mengapa suaranya bisa sama persis, sejauh ini rungu Anna tidak pernah salah jika menyangkut penyiar radio kesayangannya. Anna masih mencoba mencerna keadaan saat ini jika nama boleh sama, karena nama Diofano tidak mungkin hanya satu di muka bumi ini. Namun untuk suara kenapa terdengar begitu sama, bahkan sama persis terdengar mustahil bukan?. Apa benar dia orang yang sama?, pikir Anna. Jika prediksinya benar apa yang harus ia lakukan, tiba – tiba saja tubuhnya menegang mengetahui kenyataan ini, tapi Anna memilih untuk memastikan kembali bahwa analisa pada orang tersebut benar Diofano penyiar radio kesayangannya. 

Ucapan sang kakak tempo lalu, terngiang kembali dalam ingatan. Apa mungkin yang dikatakan Akta padanya selama ini benar, atau mungkin sebenarnya Akta sudah tahu jika Diofano yang dia kenal adalah orang yang sama dengan Diofano penyiar radio yang selama ini Anna eluhkan – eluhkan. Ahh, pikiran Anna bercabang sekarang. Apa kakaknya mengajaknya malam ini sengaja untuk ini? Memang sih tujuan Akta mengajaknya untuk itu. tapi untuk fakta bahwa Akta sudah mengetahui identitas sebenarnya dari seorang Diofano, tidak terpikirkan oleh Anna. Seoalah mati rasa diri Anna, otaknya sudah traveling entah kemana memikiran tentang apa yang harus ia lakukansekarang.

Orang awam jika mengetahui tingkah Anna, mungkin akan bepikir jika itu berlebihan. Karena jika orang itu benar Diofano, memangnya kenapa? Tidak ada masalah harusnya. Namun itu beda dengan Anna, dia berpikir keras dan mencoba untuk benar – benar menelaah situasi saat ini, apa benar dia orangnya? Dia masih mencoba untuk menerima ini. Sebenarnya siapa dia? Kok bisa membuatnya hingga bertingkah seperti itu? sebegitu berartikah Diofano dalam dirinya? Tentu saja jawabannya, iya. Karena nama itu selalu terpaku dalam diri Anna, karena bagi Anna peran Diofano sangat penting untuk hidupnya, berkat mengenal Diofano melalui siaran radionya mampu membuat Anna sedikit demi sedikit untuk bangkit dari keterpurukannya, dan memiliki semangat baru. 

Karena cukup lama sang adik nge – freeze, Akta mencoba memanggil Anna untuk menyadarkannya dari lamunan dunianya. Akta heran karena sejak tadi Anna hanya diam mematung dan tak merespon semua ocehannya, bahkan panggilan Akta tidak bisa menyadarkan Anna dari lamunannya. Hingga akhirnya Akta berteriak tepat disisi telinga sang adik.  “Anna?” panggilnya, namun tidak ada sahutan darinya.

“Annandya!” 

Anna terkejut dengan suara keras kakaknya karena Akta berteriak tepat didaun telinganya. “Kenapa kamu diam?” tanya Akta.

“Abang sengaja mengajakku kesini kan?” yang ditanya malah balik bertanya.

“Apanya yang disengaja?.”

“Abang sudah tahukan siapa dia yang sebenarnya?.”

“Apa maksud kamu? Aku tidak mengerti.”

“Suaranya  mirip, kamu sudah tahu sebelumnya, makanya kamu mengajakku?.”

Akta hanya tersenyum dan memasang mimik wajah yang tidak dimengerti oleh Anna “Benarkan tebakan Abang? Abang memang tidak pernah salah dalam mengenali orang.”

“Tuhkan benar, Abang sudah tahukan sebelumnya?.”

“Sumpah! Abang nggak tahu dek. Abang tuh sengaja mengajakmu karena  ingin kamu memastikannya sendiri”

“Ngapusi (bohong)!.” Anna dalam mode merajuk sekarang.

“Abang serius sayangku, cintaku. Abang tidak berani jika harus berbohong padamu” jawabnya dengan tingkah sok menggemaskan dan itu mampu membuat Anna semakin kesal.

“Terserah Abang ajalah” ucapnya kesal. 

Ketika sepasang anak kembar Adam ini sedang berseteru dengan dunia mereka. Mereka tidak sadar tempat jika sudah adu argumen seperti itu. Meskpiun orang yang berada disekitar mereka tak memerhatikan, namun terdapat satu orang yang penasaran sehingga dia datang menghampiri untuk menegur anak Adam yang sedang asik berseteru tanpa tahu tempat.

“Hai” sapa orang tersebut sambil menepuk bahu Akta.

Merasa ada yang menyentuh salah satu bagian tubuhnya sang pemilik tubuh menoleh ke arah sumber suara “ Mas Dio?.”

“Kamu Akta – kan?.”

“Iya mas, kamu masih ingat?.”

“Tentu saja, karena kamu sering bertanya padaku waktu semester kemarin”

Akta  hanya terkekeh geli mendengar jawaban Dio. Memang benar, semester kemarin Akta serning bertanya pada Dio tentang tugas kuliah, karena Akta yang kurang mengerti dengan materi salah satu mata kuliah yang dia ambil, dan kebetulan asisten dosen yang mengajar adalah Dio. Jadi Akta sering menanyakan ini – itu pada materi yang kurang dipahaminya. Dan itu dilakukan Akta hampir setiap hari, bagaimana bisa Dio melupakannya.

Saat Dio dan Akta sedang asik berbincang banyak hal, ada satu anak manusia yang hanya diam memerhatikan lawan bicara sang kakak dalam diam. Semenjak kedatangan Dio tadi, Anna hanya diam dalam dunianya, dia berdecak kagum tanpa disadarinya. Anna tepesona dengan Dio sang penyiar radio yang selama ini dikaguminya. Anna terkagum dengan manusia tampan di depannya ini, selama ini Anna hanya berimajinasi bagaimana rupa sang penyiar radio yang di eluh – eluhkan itu. Anna tidak pernah membayangkan jikalau sang penyiar radio akan setampan ini dalam dunia nyata. Sosok pria yang berlabel tampan mutlak sekarang menjadi gelar baru untuk Dio dari Anna. Wajah tampan itu terlihat sempurna dari pahatan garis wajah, mata bulat hingga pipi padat tercipta begitu indah dipandang oleh mata hamba Tuhan Yang Maha Esa. 

Karena masih terkagum dengan manusia sempurna ciptaan Tuhan didepannya. Anna masih setia dalam diamnya karena belum percaya dengan kenyataan yang ada didepannya. Selama ini, orang yang ada dihadapannya hanya Anna buat dalam imajinasinya berbekal dengan suara bagaimana sosok penyiar radio ini sesungguhnya, namun sekarang orang tersebut berada tepat dihadapannya. Rasanya masih belum sanggup untuk menelaah realita ini, karena selama ini Anna meragukan ucapan sang kakak tentang Dio, karena dia takut kenyataan tidak sesuai dengan harapan. 

Cukup lama dalam dunianya, hingga dia tersadar dengan tawa sang kakak yang tertangkap oleh rungunya. Entah apa yang membuat kakaknya tertawa seperti itu, hingga suara tawanya tertangkap begitu nyaring dan mampu menyadarkan Anna dari keheningannya.

“Hahah, kenapa kamu masih mengingat kejadian memalukan itu Mas.” gelak tawa Akta semakin menjadi, hingga membuat adiknya yang sedari tadi berada disampingnya semakin heran karena tak mengerti keadaan yang sebenarnya. Anna kehilangan arah, dia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Karena sedari tadi ia teralalu hanyut dengan dunianya sendiri hingga tidak memerhatikan sekitar, termasuk dengan situasi kakak laki – lakinya dan Dio yang sedang berbincang bersama. Dari pada Anna menyahut untuk menimpali, alangkah baiknya Ia  diam dan memilih untuk memerhatikan saja. 

“Akta, siapa dia?” tanya Dio pada Akta, saat melihat Anna yang berada disamping Akta. perempuan yang sedari tadi hanya diam dan itu mampu mencuri perhatiannya. 

“ Dia mas maksudnya?” tanya Akta balik sambil menunjuk sang adik.

“Iya siapa lagi, kan kalian cuma berdua’’

“Adek saya mas, lebih tepatnya kembaran saya.”

“Oalah, mahasiswa sini juga?”

“Nggak mas, anak poltek dia (read politeknik).”

“Ohh kirain, pantesan saya nggak pernah melihatnya.”

“Kamu cantik, siapa nama kamu?”

Anna yang mendengar pujian itu, sontak terkejut dan otomatis kedua pipinya merona dengan ucapan spontan Dio. Mengapa kata cantik yang terucap dari lisan Dio bagaikan penghargaan tahunan yang begitu berharga baginya. Anna pun kembali terdiam setelah mendengar ucapan Dio tadi, diam bukan berarti tak bereaksi nyatanya lengkungan bibirnya tercetak jelas menandakan dia senang ketika Dio memujinya cantik. Seoalah waktu berhenti beputar, Anna masih setia dengan terjebak pada dunia fana yang diciptakannya sendiri. 

“Dek, ditanya sama mas Dio itu loh!” Akta berucap untuk menyadarkan adiknya, namun itu belum berhasil. Dan akhirnya Akta mengulang lagi hingga beberapa kali untuk menyadarkan sang adik.

“Adek!” panggilnya sekali lagi.

“Ahh, kenapa Bang?” jawab Anna yang baru saja tersadar.

“Kamu ditanya Mas Dio kenapa tidak menjawab”

“Ditanya apa?” jawabnya polos.

“Kamu kemana aja sih dek? Perasaan dari tadi disini terus nggak kemana – mana” Dio yang melihat ekpresi polos Anna tersenyum kecil karena gemas. Mengapa adik dari Akta mampu menarik atensinya sejak pertama kali bertemu.

  “Nama kamu siapa?. Nama saya Dio” Dio mengulangi lagi pertanyaannya yang digagal pahami Anna sambil mengulurkan tangannya kearah Anna.

Namun Anna kembali terdiam dan tidak segera menjawab pertanyaan dari Dio. Akta sedikit kesal namun juga gemas pada tingkah adiknya, karena sikap adiknya yang malu – malu begitu ketara sekali. Ia menyenggol pundak adiknya agar segera tersadar. Akta berpikir jika adiknya begitu terpesona dengan kakak tingkat merangkap asisten dosennya itu. Tingkah adiknya begitu ketara untuk Akta, dia juga heran jika adiknya sampai membeku seperti hanya karena melihat Dio. 

“Anna!!” ucap Akta sedikit memekik untuk menyadarkan adiknya.

“Anna, nama saya Anna” jawab Anna sedikit tergagap pada saat memperkenalkan diri. Anna dengan kakunya membalas jabatan tangan Dio tanpa menatap kearah sang lawan bicara karena kegugupannya.

“Ahh Anna, hallo Anna salam kenal” ucap Dio serta memberi salam resmi perkenalan.

“Hai juga...” jawab Anna terpotong kembali karena kegugupannya yang tak dapat dikendalikannya.

“Biasa aja kalau sama saya, kamu bisa panggil saya seperti Akta manggil saya” balas Dio dengan senyum simpul andalannya.

Anna mengangguk saja, dia tidak punya daya lebih untuk membalas perkataan Dio. Akta yang sedari tadi memerhatikan terus sikap adiknya ketika berinteraksi dengan Dio, membuat Akta mencubit pipi gembul milik adiknya untuk segera melepas jabatan tangan mereka. Karena tanpa Anna sadari akibat kegugupannya dia terus menjabat tangan Dio seperti enggan untuk melepaskan. 

“Adek!” 

Tersadar dengan panggilan sang kakak dengan segera Anna melepaskan jabatan tangannya dan menundukan kepalanya karena malu. Jika sang kakak tidak menyadarkannya  mungkin dia akan pingsan karena terlalu gugup. 

Akta yang sadar akan situasi ambigu ini dengan cepat memecahkannya dengan membuka obrolan bersama Dio.

“Tumben Mas Dio datang?”

“Dipaksa Bintang, sebenarnnya malas banget datang kesini.”

“Sibuk apa mas sekarang?.”

“Masih seperti sebelumnya, Ta. Dan ada beberapa kerjaan sambilan juga.”

“Masih jadi asdos (asisten dosen) mas?”

“Yaps, sambil nyelesain kuliah juga sih.” 

“Kesibukkan lainnya apa mas?” 

Pertanyaan Akta semakin berlanjut dan bertubi, untung Dio sabar menjawab.

“Ada, saya jadi penyiar radio juga sekarang.”

Akta hanya hanya menganggukkan kepalanya sesaat setelah mendengar jawaban Dio, selanjutnya Akta melanjutkan obrolan ringannya bersama Dio. Anna yang hanya menjadi penikmat obrolan kakaknya dan Dio diam – diam mengulum senyum saat mendengar ucapan Dio yang mengatakan jika dia adalah seorang penyiar radio. Bukankah itu artinya Diofano yang berada dihadapannya sekarang adalah penyiar radio yang dikaguminya selama ini, Anna jadi yakin sekarang.

Usai berbincang bersama membicarakan banyak hal. Dio berpamitan untuk segera pulang karena dia sudah bosan dengan keadaan. Jika bukan karena Akta, Dio sudah pasti pulang dari tadi.

“Kamu tidak mau pulang, Ta?”

“Nanti mas nunggu sampai acaranya selesai dulu.”

“Ya sudah, saya pulang dulu.” 

“Hati – hati Mas!!”

Ingin rasanya Dio segera pulang, namun ada rasa enggan meninggalkan. Ada apa dengan dirinya, kenapa bisa seperti ini, hingga Dio memutuskan berbalik arah sebelum pergi hanya untuk mengucapkan salam perpisahan pada Anna.

“Sampai jumpa kembali Anna, senang bisa berkenalan denganmu” ucapnya dengan lengkungan manis dari bibirnya sambil melambaikan tangannya, tanda salam perpisahan.

Seakan bumi berhenti beputar dari porosnya, Anna terpatung kembali karena  bingung harus bereaksi seperti apa. Anna merasa dia sedang berada didunia yang tidak nyata, rasanya dia berada dalam mimpi. Jika ini benar tolong jangan bangunkan dia, karena Anna tidak mau melewatkan moment saat ini.  

Waktu berlalu begitu cepat, seminggu sudah acara fakultas itu berlalu,  setiap moment yang terjadi masih tercetak jelas dalam benak, hampir setiap detik Anna teringat kembali dimana moment Dio memberikan senyum manis kepadanya, “Ya Allah ku mohon jangan hapus ingatan ini dalam ingatanku” Anna meminta pada Tuhannya. 

***

Note :

Semoga suka!!

Dan dinikmati setiap rasa di setiap chapnya,

Cintamu - nawujung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status