Share

Episode 6 - The Real Dunia Itu Sempit

Seluas apapun bumi, jika Tuhan menghendaki untuk berjumpa maka itu tidak mustahil untuk terjadi.

-nawujung-.

____

“Na, kuy berangkat” teriak Iza dari depan pintu kamar Anna.

“Bentaran Za, lagi pake lipbalm dulu”

“Aku tunggu didepan, mau manasin motor dulu”

Hari ini Anna ada kelas pagi dan dia tidak terlalu menyukainya. Dengan alasan, adanya kelas pagi mengganggu waktu tidurnya serta rasa kantuknya yang tidak bisa di toleransi di waktu pagi.  Hal itu diakibatkan karena waktu tidur malamnya yang tidak teratur sehingga membuatnya benci adanya kelas pagi. 

Jam tidur Anna memang berantakan, bagaimana tidak gadis berpipi gembul  ini sering sekali tidur pada waktu dini hari bahkan menjelang pagi, Anna juga pernah melalui. Biasanya dia akan tidur pada pukul satu pagi, itu saja waktu tercepat dia tertidur. Paling parahnya lagi, Anna bisa tidak tidur sampai  waktu shubuh tiba. Itu artinya Anna tidak tidur sama sekali, paling dia hanya tidur satu – dua jam setelah salat shubuh. 

Sialnya lagi, hari ini adalah mata kuliah yang tidak ia sukai. Bukannya Anna benci dengan mata kuliahnya. Hanya saja dosen pengampunya yang membuatnya tidak suka dengan mata kuliah ini. Karena bagi Anna kalau Pak Sapto yang menerangkan bukan paham tapi malah rasa kantuk yang ia dapatkan. Rasanya dapat menambah beban hidupnya saja, tidur malamnya tidak nyenyak ditambah kuliah yang tidak ber – faedah membuat Anna semakin kesal, jika ini bukan mata kuliah wajib Anna lebih memilih bolos saja dari matkul (mata kuliah) ini dan memilih untuk melanjutkan tidurnya yang tertunda. Karena hal itulah, setiap mata kuliah ini Anna memilih duduk dibangku paling belakang untuk melanjutkan acara tidurnya dan point pentingnya dia tidak akan ketahuan. 

Setibanya dikelas, suasana kelas sudah ramai karena memang Anna dan Iza suka datang ke kelas pada akhir waktu. Artinya jika jam masuk pukul delapan pagi maka mereka akan masuk kelas sepuluh menit sebelum kelas dimulai. Itupun sudah waktu paling awal bagi mereka karena biasanya mereka datang saat kelas sudah dimulia. Sungguh tidak mencerminkan mahasiswa yang budiman.

“Loh Sal, Pak Saptonya belum datang? Tumben biasanya juga datang lebih dulu dari pada mahasiswanya” tanya Anna pada teman sekelasnya yang bernama Salia.

“Care banget kamu Na, tumben. Biasanya juga senang kalau Pak Sapto kosong” Iza menimpali ucapan Anna yang sok menanyakan keberadaan sang Dosen.

“Pak Saptonya nggak bisa dateng, katanya” jawab Salia.

“Asek, jam kosong dong. Kantin nyok” sahut Anna girang.

“Kosong, ndasmu kui Na (pala lo peang Na)” sang ketua kelas menimpali ucapan halu sang kawan (Anna).

“Ihh kasar banget ngomonganya Yan, mukanya aja gemesin mulutnya pedes banget ihhh” ledek Anna.

“Lagian kamu sih, mana ada sih, jam kosong matkul itu. Kamu nggak dengear emang? kalau pak Sapto dipindah tugaskan jadi kita dapat dosen baru.” 

“Yah, kan aku  nggak tahu Yan. Tapi benar kosongkan? Pak Saptonya kan nggak ada”

“Dih dibilang ada dosen baru yang bakal jadi penggantinya, saudari Anna. tuh kuping dipake makanya jangan Cuma dipajang aja”ucap Rian ngegas bin bar – bar.

“Siapa Yan dosennya?” tanya Iza untuk mengehentikan perseteruan Anna dan Rian.

 ”Aku juga nggak tahu Za, katanya sih dosen baru, barusan dapat nfo kek gitu dari akademik.”

Anna dan Iza  hanya manggut – manggut saja seperti burung beo berbunyi saat mendengar penjelasan dari ketua kelas mereka. Karena meresa tidak ada hal penting lainnya, mereka pun menuju ke kursi keramat andalan mereka yaitu kursi paling pojok belakang sana, yang jauh dari sentuhan dosen yang suka dengan barisan depan. Pojok belakang adalah tempat paling syahdu dan nyaman, apalagi buat tiduran. Beuh nikmat dunia yang tak terindahkan kalau kata Iza.

Setelah lebih dari dua puluh menit menunggu. Akhrinya ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar ruang kelas. Orang tersebut berjalan masuk menuju kursi depan yang biasa di duduki oleh dosen. Sudah dipastikan kalau itu pasti dosen barunya.

“Selamat pagi”

“Selamat pagi Pak”

“Sebelumnya saya minta maaf atas keterlambatan saya, apa benar ini kelasnya Pak Sapto?” tanya sang dosen. 

“Iya Pak benar” sahut serempak para mahasiswaa disana.

“Maaf Pak boleh bertanya?, apa benar bapak yang akan menggantikan Pak Sapto” tanya Rian sopan sebagaim ketua kelas untuk mewakilkan teman lainnya.

“Dengan siapa mas?” tanya pak dosen tersebut.

“Ahh iya Pak maaf, nama saya Adrian Putra biasanya dipanggil Rian” ujar Rian memperkenalkan diri.

  “Iya benar Rian, saya pengganti Pak Sapto. Ahh iya perkenalkan nama saya Diofano Alghiffary kalian bisa panggil saya Pak Dio.”

“Ahhh kayaknya terlalu muda kalau dipanggil bapak ini mah” celetuk salah satu mahasiswa dikelas.

“Tidak apa – apa memang harusnya seperti itukan” jawab Dio. Setelah perkenalan singkat dirinya, sekarang ia sudah bersiap untuk mengabsen daftar mahasiswanya yang tertera di lembaran kertas kehadiran para mahasiswa. 

Anna yang duduk dikursi paling pojok tidak mengindahkan keadaan kelas. Dia tahu kalau dosennya sudah datang, namun dia belum mengetahui siapa dosen barunya itu. Anna memilih masa bodoh dengan dosen barunya toh nanti kenal sendiri pikirnya, dia tak mempedulikan siapapun dosen barunya. Asal dosen barunya tidak menyebalkan seperti Pak Sapto saja sudah sangat cukup baginya. Anna sedang asik merapikan rangkumannya yang belum ia selesaikan di buku note miliknya. Buku note ini merupakan senjata pamungkas milik Anna, karena setiap rangkuman mata kuliah yang diambilnya terdapat di dalam note tersebut. 

Anna yang sedang asik berkutik dengan buku notenya itu sampai tak sadar jika namanya sudah dipanggil oleh sang dosen, untuk mencatat daftar kehadiran.   

“Annandya Mahira Faiz”

“Annandya Mahira Faiz”

Panggilan pertama dan kedua tak digubris oleh Anna karena memang dia tidak mendengarnya. Anna sedang fokus dengan buku catatanya yang ia amati sejak tadi. Hingga sang dosen memanggil untuk ketiga kalinya dengan suara yang lebih keras, “Anandya Mahira Faiz” suara Dio terdengar sedikit lebih keras namun tetap saja Anna belum mendengarnya. Sungguh itu telinga apa gagang panci pikir sang dosen

Karena kedunguan Anna tersebut. Pada akhirnya saat panggilan ketiganya, Iza yang duduk disebelah Anna menyenggol lengan kanan sang kawan, “kamu udah dipanggil Na, haduuh itu telinga apa gantungan panci sih bolot amat.” cerca Iza

Setelah sadar Anna mengangkat tangan sebelah kanannya menunjukkan diri bahwa dia hadir disana, “hadir Pak” pada akhirnya Anna menjawab. Disaat bersamaan Anna juga mengangkat kepalanya dan ia terperanjat dari tempat duduknya karena terkejut.

“Yu kenapa sih Na, iya tahu kalau dosennya ganteng masih muda lagi. Tapi nggak gitu juga ngeliatnya, lebay banget yu”  ucap Iza dengan bahasa alaynya pada Anna.

Anna masih diam dan tidak bergeming ditempat cukup lama, yang berada didepan juga bereaksi demikian tetapi tidak lama. Setelah tersadar, akhirnya Dio melanjutkan acaranya untuk mengabsen satu per satu mahasiswanya.

“Ternyata dunia memang sesempit itu” gumam Anna dalam hati.

*** 

What’s up gaes

Semoga suka!!

Terkasihmu – nawujung 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status